"Aku sarapan oat dicampur irisan apel hampir setiap pagi. Itu cukup mengenyangkan, meskipun tidak selalu menyenangkan."
Jungkook memulai obrolan. Anak ini cukup banyak bicara dan tidak berhenti bergerak. Sembari berjalan, dia sering menggoyang-goyangkan tangan, pundak, dan gerakan menari patah-patah. Dia benar anak-anak. Dan, bolehkan aku bilang kalau dia agak aneh?
"Aku tidak pernah ambil pusing dengan sarapan. Hampir setiap pagi, aku tinggal menuju meja makan dan sudah tersedia di sana. Kecuali pagi tadi."
"Wah... hidupmu enak sekali, Hyung. Kamu tinggal besama orang tua, ya? Bolehkah aku menginap agar pagiku lebih bervariasi?" pintanya.
"Aku tinggal bersama keluarga," ucapku lirih sekali, karena... ragu-ragu.
"Keluarga? Hmmm...."
"Apakah tidak aneh membicarakan sarapan di malam hari dingin begini?" potongku dengan melontarkan pertanyaan lain.
"Hahaha... sebenarnya aku gugup sekali bertemu dengan Hyung. Aku cukup pendiam," ucapnya sambil menggaruk belakang kepalanya. "Tapi kata Jhope Hyung, Jimin Hyung lebih pendiam dibanding aku. Jadi tolong hargailah usahaku yang hari ini lebih cerewet daripada biasanya."
Jadi gerakan anehnya dari tadi karena gugup?
"Ini terlalu dingin. Kenapa juga aku menurutimu jalan-jalan."
"Kita akan mencari kehangatan. Kita akan makan! Di ruang latihan, hmmm... suasanya kurang menyenangkan untuk pertemuan pertama kita. Hehe...."
"Hari ini aku sudah dua kali menjadi monster. Pertama untuk teman lamaku, kemudian untuk temanku yang sangat baru. Maaf...."
"Ah... tidak... tidak... Hyung. Jangan minta maaf. Dalam pertemanan, pantang ada kata maaf."
"Kata siapa?"
"Aku lupa menemukan kalimat itu di mana...."
"Aku pernah membaca juga. Bukan dalam pertemanan, tapi dalam cinta."
"Oh... sudah berubah, ya?" ucapnya sambil nyengir dan deretan gigi kelinci itu terlihat lagi.
Aku ingin sekali menjitaknya.
***
Kami menghangatkan badan dengan makan ramen. Hening. Kami sibuk dengan hidangan di hadapan masing-masing, atau sebenarnya otak sedang berpikir akan memulai pembicaraan apa, setelah tema sarapan yang cukup aneh sebelumnya.
Aku bertanya usianya, dia bertanya usiaku, aku bertanya apa kesibukannya, dia bertanya apa kesibukanku. Cukup kaku, lebih-lebih setelah dia mengulurkan sebuah pamflet yang berisi tentang kompetisi dance.
"Aku sudah bilang, aku bukan penari."
"Semuanya bisa dilatih, Hyung. Bukankah Hyung juga sering melihat Jhope Hyung dan Hana Noona? Ayolah...."
"Kookie-a...."
"Saat kecil, apakah Hyung langsung bisa berjalan? Tidak, kan? Ada latihan yang membuatnya bisa. Lalu, apa salahnya dengan menari?"
"Ini berbeda, Kookie-a. Aku lelah berdebat. Niatku ke ruang latihan agar bertemu ketenangan. Tapi ini justru...."
"Baiklah. Kita bicarakan ini lain kali," ucapnya sambil tersenyum.
Aku mengembuskan napas lega.
"Tapi, menunda bahkan menghindar tidak pernah menyelesaikan apa pun, Hyung."
YOU ARE READING
Love Yourself: What Am I to You
FanficSeperti halnya melepas, menerima juga bukan perkara mudah. Harus ada kompromi dalam diri, atau justru merelakan. Aku masih sering sulit menerima keadaanku yang sekarang karena peran masalalu. Hingga akhirnya, ada orang-orang yang menyadarkan bahwa a...