Park Jimin
Aku hanya berjalan dan tiba-tiba sampai di depan minimarket. Jangan tanya betapa kagetnya aku. Apa dan siapa yang menuntunku ke sini? Klise sekali jika aku menjawab; karena hati. Halah, sangat basi!
Dari luar, aku melihat Mi Ra di tempatnya kemarin, meja kasir. Antrean orang belanja cukup banyak. Dia melepas setiap orang yang selesai belanja dengan senyum. Rasanya lama sekali aku tidak melihat senyum itu. Ah, atau memang sudah sangat lama, ya?
Dulu, aku menjadi orang yang paling sering mendapat senyumannya. Apalagi ketika mulutnya lebih sering mengucapkan Kim Seokjin, Kim Seokjin, dan Kim Seokjin. Selalu nama itu.
Aku tidak bisa menyalahkan pesona laki-laki yang mendapat julukan The Worldwide Handsome itu. Selain memang tampan, Seokjin Hyung berbeda dengan dua Kim yang lain. Kim Namjoon terlihat seperti angkuh. Barangkali karena tingkat kecerdasannya yang hampir tidak bisa disebut sebagai manusia, saking pintarnya. Tapi dia juga agak kasar. Seperti kejadian malam itu.
Kim Taehyung? Masih kurang jelas dengan karakter dia?
Dia juga bukan manusia. Dia alien.
Bahkan saat usia kami belum diperbolehkan menenggak alkohol, Taehyung sudah mengerjaiku yang membuatku kehilangan kesadaran, lalu bangun di pagi hari dengan sakit kepala mendera, selanjutnya kehilangan Mi Ra. Oh, tentu itu bukan kenangan yang manis.
Mungkin karena usia kami yang sama, emosi pun sulit kami kendalikan.
Betapa sering aku berkoar-koar sudah tumbuh dewasa dengan baik. Nyatanya ketika aku dihadapkan lagi dengan mereka, aku seperti tidak beranjak dari diriku ketika masih SMA.
Kesadaranku dikembalikan oleh sebuah tarikan kecil dari ujung jaket yang kukenakan.
"Ha?" responsku sedikit terkejut.
Aku menunduk dan dia menyodorkan sebuah permen.
"Untukku?"
"Buka. Untukku," jawabnya.
Aku menurunkan badan, berjongkok untuk menyesuaikan tinggi kami.
Anak kecil ini lucu sekali. Aku seperti pernah melihatnya sebelumnya. Tapi di mana? Sungguh wajah, mata, dan senyumnya tidak asing.
"Ya.... Ahjussi akan membukakan permen ini untukmu. Siapa namamu, Gadis Kecil?"
"Jimin-a!!!" seru seseorang tepat setelah bunyi lonceng pintu minimarket berbunyi.
Aku dan dia, menoleh bersamaan.
"Ya?"
Jawab kami, lagi-lagibersamaan.
YOU ARE READING
Love Yourself: What Am I to You
Fiksi PenggemarSeperti halnya melepas, menerima juga bukan perkara mudah. Harus ada kompromi dalam diri, atau justru merelakan. Aku masih sering sulit menerima keadaanku yang sekarang karena peran masalalu. Hingga akhirnya, ada orang-orang yang menyadarkan bahwa a...