Penerimaan yang sepertinya sudah sangat dekat dan akrab, mendadak terasa jauh. Penolakan justru berasal dari orang asing, dan tidak penting.
Tapi sangat mengganggu.
Kim Namjoon.
"Sudah lama?" tanyanya.
"Ha?" tanyaku balik. Aku masih terkejut.
"Kamu merebut Ruri dariku. Sadar?"
"Ha?"
"Usiamu berapa?"
"20," jawabku polos.
"Apa usia 20 punya kegemaran bilang 'ha' begitu?"
"Ha? Em... tunggu sebentar.... Apa aku harus memanggilmu hyung?"Pertanyaan macam apa ini? Di situasi semacam ini? rutukku.
"Sebelumnya Ruri hanya untukku. Lalu tiba-tiba kamu datang. Aku sudah nyaris, Jimin. Nyaris mendapatkannya."
***
Aku seperti ingin menyapa 20 tahunku yang kutinggalkan beberapa waktu lalu. Meskipun tidak begitu baik di sana, tetapi di sini aku juga tidak lebih baik.
Atau memang dewasa membawa banyak petaka?
Awalnya aku hanya bermasalah dengan diriku sendiri. Kini, banyak yang datang bertubi-tubi.
Kim Namjoon tidak bicara banyak. Setelah mengagetkanku dengan tuduhan semena-mena dan memberondong tertanyaan tanpa aba-aba, dia langsung membawa kucing yang tadi kubawa.
Calico itu miliknya, barangkali. Betapa malangnya calico yang manis harus dirawat "seorang naga".
Ada dugaan dalam pikiranku. Ingin kusimpan saja, tapi sesungguhnya ini mengusik.
Ah ya, barangkali aku terlalu muda untuk semua ini.
Tapi, apakah selama ini Ruri Noona dan Kim Namjoon tinggal bersama?
YOU ARE READING
Love Yourself: What Am I to You
FanfictionSeperti halnya melepas, menerima juga bukan perkara mudah. Harus ada kompromi dalam diri, atau justru merelakan. Aku masih sering sulit menerima keadaanku yang sekarang karena peran masalalu. Hingga akhirnya, ada orang-orang yang menyadarkan bahwa a...