Jimin-a, aku tidak perlu mabuk lagi untuk memunculkan keberanian dan menjelaskan semuanya kepadamu. Mari bertemu dan bicara.
Pesan itu yang akhirnya membawa langkahku ke tempat latihan untuk bertemu Jhope Hyung. Malam sudah cukup larut dan sangat dingin. Namjoon Hyung masih di rumah. Malah dia berniat untuk menginap.
Terserah saja, asalkan dia tidur di kamarku. Bukan kamar noona.
Please, Jimin-a. Jangan berpikir yang tidak-tidak.
"Oh, Hyung... kenapa ada di luar? Ini sangat dingin," ucapku begitu melihat Jhope Hyung yang berdiri di luar gedung.
"Kukira kamu tidak akan datang, Jimin-a. Pesanku sejak kemarin tidak kamu balas."
"Apa Hyung kemarin juga menungguku di sini?"
Dia hanya tersenyum.
"Soju?" tawarnya.
"Boleh."
***
Aku pernah bilang, kan, kalau Hyung yang menemukanku. Hari itu kukira akan menjadi hari seperti biasanya. Setelah selesai melihat pertunjukan tari yang tak terhitung lagi ke berapa kali, saking banyaknya, aku bersiap pulang. Ruangan memang sudah agak lengang. Tapi itu memang waktu yang selalu kupilih. Aku senang melihat panggung yang telah kosong karena bisa dengan leluasa membayangkan diriku menari di sana.
"Heh anak manis!" teriaknya dari arah belakang panggung.
Aku celingukan karena di sisi lain merasa dipanggil, tetapi sisi lainnya merasa tidak percaya diri kalau yang dimaksud barusan adalah aku. Beberapa orang terakhir yang bersiap meninggalkan ruangan, menujukan matanya kepadaku.
"Ha?" tanyaku sambil menunjuk diriku sendiri.
"Soju! Mari minum soju. Tunggu di situ sebentar," ucapnya masih dengan terengah-engah sisa kecapekan. Keringat juga masih membanjiri wajahnya.
***
"Aku minta maaf."
"Hahaha... kenapa belakangan ini banyak sekali orang yang minta maaf? Justru itu membuatku terlihat jahat Hyung. Tidak ada yang salah. Tidak perlu minta maaf. Dan tidak ada yang harus dimaafkan."
Dingin malam itu, kami siasati dengan pahit di tenggorokan karena soju, tapi selanjutnya hangat. Ini seperti pertemuan pertama kami dulu.
YOU ARE READING
Love Yourself: What Am I to You
FanficSeperti halnya melepas, menerima juga bukan perkara mudah. Harus ada kompromi dalam diri, atau justru merelakan. Aku masih sering sulit menerima keadaanku yang sekarang karena peran masalalu. Hingga akhirnya, ada orang-orang yang menyadarkan bahwa a...