Nam Mi Ra
Rumahku lebih jauh daripada rumah Jimin. Pagi itu menjadi hari pertama, yang kemudian berlanjut pada hari-hari berikutnya, dia menaiki bus yang sama denganku. Aku bertanya, apakah dia sengaja melewatkan bus yang datang pagi itu, demi berangkat bersamaku. Dia tidak menjawab, justru mengajukan pertanyaan lain. Sejak saat itu pula, aku belajar hal yang sama. Jika aku tidak ingin menjawab sesuatu, aku akan melemparkan pertanyaan lain, yang sering kali tidak ada kaitannya dengan bahasan sebelumnya. Aku bisa belajar cepat tentang hal-hal semacam ini. Terlebih dari Jimin.
Jimin bertanya lagi, tentang perasaanku yang sepertinya sudah lebih baik. Kemudian, arah bicaranya tidak terduga. Pertama-tama, dia berbicara tentang Taehyung dan keluarganya. Keluarga Kim yang sangat terkenal di sekolah kami karena kekayaan dan penerus mereka yang tidak bisa dibilang tidak tampan. Pemaparan Jimin, sebenernya sudah kuketahui lama, bahkan jauh lebih rinci. Aku sudah lama menyukai Kim Seokjin, jadi ya... tidak mungkin ada informasi sedikitpun yang luput dari pengetahuanku.
"Ibaratnya, Taehyung itu kunci kotak harta karun. Kalau kamu mengabaikannya, kamu tidak bisa mendapatkan harta karun itu," ucapnya.
Tolong ya, apakah ada suatu yang salah dengan sarapan Jimin pagi ini? Apa yang sebenarnya dia katakan?
"Jadi, tolonglah maafkan Taehyung untuk kejadian kemarin. Ya?"
"Ha?"
"Taehyung bisa menjadi jalanmu untuk lebih dekat dengan Kim Seokjin Hyung."
"Oh... jadi ini maksud dongeng pagimu, ha?"
"Mi Ra.... please.... Taehyung benar-benar hanya berniat bercanda.... Kamu kan tahu, dia seperti apa. Ya... ya... ya...."
Aku tidak memberi jawaban.
"Dia akan memberimu nomor HP Kim Seokjin Hyung, jika kamu memaafkannya," pancing Jimin.
"Hah? Benarkah? Benarkaaaahhh?" tanyaku sungguh tidak tahu malu dan tidak sadar tempat.
Perhatian penumpang bus tertuju ke arahku dan Jimin.
"Mi Ra...." keluh Jimin lirih.
Hahaha.... Tapi tidak apa-apa. Toh usia kami masih sangat muda. Imbalan nomor HP sebenarnya bukan hal mewah, bahkan responsku yang berlebihan malah terkesan aku yang sangat murahan. Namun lagi-lagi, segala hal bodoh tetap dimaklumi saat kita masih muda. Tidak apa-apa.
![](https://img.wattpad.com/cover/130341405-288-k215302.jpg)
YOU ARE READING
Love Yourself: What Am I to You
FanfictionSeperti halnya melepas, menerima juga bukan perkara mudah. Harus ada kompromi dalam diri, atau justru merelakan. Aku masih sering sulit menerima keadaanku yang sekarang karena peran masalalu. Hingga akhirnya, ada orang-orang yang menyadarkan bahwa a...