part 2. Tingkah 3G

84 11 8
                                    

Tak ada satu muridpun yang duduk dengan tangan bersedekap di meja, menegakkan tubuhnya, menghadap ke depan, dengan tenangnya.

Bahkan meja mereka tak ada yang menghadap dengan benar. Kursi saling jungkir balik mengadap ke belakang, samping, serong kanan, serong kiri.

Tak jarang satu meja dikerubungi dengan enam sampai delapan kursi hanya untuk bergosip ria dengan teman baru mereka.

"lo ngapain aja sih, sampai bisa dihukum kek gitu? Nggak bosen lo?"

"mana gue tau kalau bakalan telat Bela... " jawab Adisty lesu dengan meluruhkan kepalanya ke meja.
"hari ini kosong kan?" lanjutnya yang sudah kembali tegak.

"kosong kepalamu! Udah merdeka gue kalau hari ini kosong!"

"hahaha... Gaya lo merdeka!"

Mereka menghentikan percakapan mereka saat melihat yang lain buru-buru membenahi duduk mereka tatkala melihat bu Riris menuju kelas mereka dari jendela. Bukan apa apa, pasalnya bu Riris itu sahabat akrab dan sepekerjaan sama pak widja. Mereka sangat kompak dalam hukum menghukum sekaligus memberi poin. Adisty bahkan sampai harus memegang kepalanya saat berurusan dengan kedua sejoli itu. Bukannya kompak dalam memberi nilai bagus, tapi kompak dalam poin mempoin. Siapa yang tak kesal?

"selamat pagi"

"pagi bu"

"kita bentuk organisasi kelas sekarang"

Baru saja bu Riris duduk, ehhh... Ada makhluk tuhan yang berjalan dengan sengaknya ke arah bangku kosong di belakang.

"oke! Karena Adimas telat masuk kelas, dia jadi ketua kelas!" semua yang ada di sana melongo mendengar penuturan wali kelas baru mereka.

Dimana-mana, ketua kelas itu orangnya yang teladan, tegas, dan bertanggung jawab. Lah ini??? Memang sih... Adimas itu teladan. Tapi dalam artian Telat datang pulang duluan! Gimana sama anak anaknya ntar. Dia juga bertanggung jawab, tapi bertanggung jawab dalam hal hukumannya. Jangan salah ya... Meskipun bentukan Adimas itu gesrek 3G yang artinya Ganteng Ganteng Gila, tapi dia selalu Menyelesaikan hukumannya dengan baik. Tegas? Lebih bisa di bilang, kalau Adimas itu mudah banget marahnya. Kalau dia ngomong A, maka harus A. Tak boleh di tawar lagi. Ini kan bukan pasar. Ya kan??

"kok saya bu? Saya sering di hukum loh bu... Saya juga sering telat waktu masuk bu... Apalagi saya murid kesayangannya pak widja bu... Ibu yakin mau jadiin saya ketua kelas? "

"iya. Ibu yakin! Kesini kamu sekarang" Adimas hanya bisa menghela nafas pasrah.

Padahal ia sudah menceritakan kejelekannya dengan berat hati tadi supaya tak jadi di jadikan ketua kelas. Namun apalah daya... Nasib anak ganteng ya gini...

"sekarang kamu pilih anggota yang lain. Ibu ada urusan di kantor"

Mendadak bulan sabit kebalik terbit di bibir Adimas.

"beneran nih bu... Saya yang pilih anggota yang lain?"

"iya! Nanti namanya setorkan ke sekertarisnya biar mereka yang bikin susunannya"

"kalau gitu saya setuju bu, dengan senang hati saya menerima perintah ibu. Mari bu saya antar sampai ke pintu"

"kamu ngusir saya? "

"haduh... Kenapa ibu peka banget sih, saya jadi makin sayang sama ibu"

"jidatmu itu! " setelah mengatakan itu, bu Riris segera berjalan keluar kelas yang akan ia pandu setahun kedepan.

"baiklah. Gue bakalan nentuin anggotanya"

Tak lama kemudian Adimas sibuk dengan tulisannya di papan tulis. Berkutat dengan spidol yang ntah ia dapat dari mana.

Shrinking VioletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang