Adisty mulai mengemasi barangnya, menaruhnya di koper, memisahkan barang-barang yang ia anggap penting. Sejujurnya dirinya tak ingin membawa barang apapun dari sini, toh juga di sana ia tetap harus membeli baju yang baru, mengingat perbedaan suhu yang sangat kentara. Namun pikiran itu terpatahkan tatkala bundanya bersikeras untuk tetap membawa pakaian dari sini.
Adisty meneliti kembali dokumen yang akan ia bawa, cukup banyak memang mengingat itu semua adalah dokumen kerjasama perusahaannya dengan koleganya. Seolah teringat, Adisty segera mengambil handphonenya, mencari nama Prita sebelum mendialnya.
"ya nona" jawab Prita pada dering pertama. Sudah Adisty duga, sekretarisnya itu tak akan mengecewakannya.
"Prita, datang ke mansion sekarang juga"
"tapi nona, saya sedang rapat deng-"
"tunda" kata Adisty tegas menyela perkataan Prita.
"baik nona"
Setelah jawaban itu, Adisty segera menutup panggilannya. Dirinya kembali memandang koper-kopernya yang masih berserakan. Mungkin dia harus memilah kembali, dan teta membawa barang-barang yang penting saja.
"ADITYA!" teriak Adisty dari kamarnya, tak lama kemudian terdengan decakan yang diyakini adalah Adiknya itu. Adisty tersenyum simpul.
"ck, tidak usah teriak! Ada apa?!" balas Adit dengan kesal, namun kakinya tetap saja mendekati Adisty sebelum mendudukan dirinya di ranjang Adisty.
"berapa hari lagi kamu lulus?"
"tigapuluh hari" jawabnya singkat. Sepertinya adik laki-lakinya ini masih kesal dengan dirinya.
"kau tetap ingin mengambil alih perusahaan? Tidak mau kuliah?"
"kata siapa aku tidak mau kuliah?! Aku bisa kuliah juga bisa mengambil perusahaan. Kakak kira aku ini bodoh?!" balas Aditya sembari menatap Adisty malas.
"dan itu berarti kau tak akan kuliah di luar negeri"
"aku tak masalah dengan itu, lagipula teman-temanku juga tetap kuliah di sini"
"baiklah jika itu maumu. Tapi jangan memaksakan diri jika kamu tidak bisa memegang keduanya. Itu bukan tanggung jawabmu"
"apa kakak sedang mengguruiku?"
Kali ini Adisty berdecak kesal sebelum menjatuhkan jitakannya ke kepala adiknya itu, "dasar"
Adisty mengalihkan perhatiannya saat pintu kamarnya diketuk.
"nona" mendengar itu, Adisty langsung kembali dengan dokumen-dokumen yang sempat ia teliti tadi, sebelum menjawabnya.
"masuk"
Prita berdiri di hadapan Adisty, namun tak ayal dirinya menyapa Aditya, "tuan muda"
Aditya hanya mengangguk, sebelum merebahkan tubuhnya di kasur Adisty sembari memaikan handphonenya. Jangan lupakan tentang Aditya yang sangat menggemari game.
"ini berkas kerjasama dengan perusahaan AA Grup" kata Adisty sembari memberikan map kepada Prita.
"tunggu! Tadi kakak bilang apa? AA Grup?"
"ya. Kenapa? Apa kau tau sesuatu?"
"tidak. Aku hanya tanya saja. Memangnya tidak boleh" Adisty memutar bola matanya jengah sebelum melanjutkan ucapannya.
"Dan ini adalah rancanagan yang sudah aku buat, jika kau ingin mengubahnya, maka ubah saja" lanjut Adisty sembari menyerahkan dua dokumen berwarna berbeda.
"baik nona"
"dan mulai hari ini kau yang akan bertanggung jawab akan proyek ini"
"maaf nona?"
"aku akan mengurus perusahaan kosmetik di Korea, dan mungkin tak akan kembali ke sini. Jadi ambil proyek ini, dan kerjakan dengan baik"
"kakak tidak bilang tidak akan kembali" kata Aditya yang kini sudah mendudukan dirinya.
"yaa... kakak akan kembali untuk mengunjungi kalian. Tapi tidak untuk perusahaan. Bukankah kau bilang akan mengambil alihnya?"
"ya... dan aku bilang sampai kakak kembali" tegas Aditya.
"tidak perlu kakak Adit, jika kau bosan, Prita yang akan ambil alih perusahaan. Dan kau bisa bermain dengan teman-temanmu. Seperti yang kau katakan kemarin" kata Adisty sembari mendudukan dirinya di kursi.
"dan Prita, tolong bimbing Aditya setelah dia lulus nanti, dia yang akan merepotkanmu untuk sementara" lanjutnya dengan senyum lirih yang dia tujukan untuk sekretarisnya.
"baik nona. Akan saya laksanakan dengan sebaik mungkin"
"oke. Sekarang bantu aku membersihkan semua kekacauan ini. Dan kau Adit, jika tidak ingin membantu, keluar sekarang juga"
Aditya berdecak sebelum beranjak dari ranjang Adisty berjalan kembali menuju kamarnya. Sedangkan Prita segera meraih koper Adisty yang berisikan baju-bajunya. Merapikan agar bisa terisi dengan baik, dan mengeluarkan baju yang dikiranya tidak akan membantu di sana.
"apa kau sudah menyiapkan tiketku?" kata Adisty saat sudah melihat Aditya keluar dari kamarnya.
"sudah nona. Bahkan ibu anda sempat menyegah saya untuk tidak membelikan tiket nona"
"sudah kuduga, bunda tidak akan rela begitu saja"
"yaa... begitupula dengan ayah anda nona"
"ayah juga?"
"yaa... beliau berkata kepada saya untuk menolak permintaan anda, menolak untuk mengambil alih perusahaan nona"
"kenapa begitu? Bukankah ayah sendiri yang menyetujuiku untuk pergi, aku tak menyangka jika ayah akan menusukku seperti itu"
"itu bukan menusuk nona. Beliau hanya ingin nona tetap bersama dengan mereka, dengan keluarga anda. Bahkan anda belum lama berada di sini"
"itu bukan alasan untuk mencegahku pergi. Dan aku akan tetap pergi bagaimanapun keadaannya"
Prita hanya bisa menatap nonanya dengan pandangan kosong. Dirinya juga tidak mau jika Adisty pergi secepat ini. Semua orang tak akan menyukai ide Adisty saat ini.
"saya harap nona bisa hidup dengan baik di sana nanti. Jangan khawatir dengan perusahaan di sini, saya yang akan menyelesaikannya bagaimanapun caranya"
"ya... itu memang tugasmu Prita"
Adisty merebahka badannya tatkala mengatakan itu. Rasanya seluruh tubuhnya sangat lelah hingga tak punya tenaga lagi untuk bangun. Dia terlelap dalam mimpinya. Prita tersenyum simpul melihat Adisty tertidur dengan tenang. Hampir satu bulan ini Adisty tidak tidur dengan baik karena sibuk merancang proyek dengan perusahaan AA GRUP. Yang sekarang justru diserahkan kepadanya, padahal Prita melihat binar senang di mata nonanya saat mengetahui proyek apa yang sedang dikerjakannya. Sebuah tempat di tepi pantai, sebuah resort yang selama ini ia nanti-nantikan. Namun justru Adisty alihkan kepadanya, meninggalkannya begitu saja setelah sebulan ini lembur.
"saya harap anda dapat bertemu dengan orang yang lebih baik daripada mantan tunangan anda nona. Dan saya yakin anda akan menemukan orang yang lebih tampan di sana" kata Prita sebelum kembali melanjutkan kegiatannya.
TERIMAKASIH SUDAH MAU MENUNGGU ADISTY SELAMA INI
TERIMAKASIH JUGA YANG SUDAH VOTE
TERIMAKASIH UNTUK SEMUANYA
TERUS DUKUNG CERITA INI YAAA...
KAMU SEDANG MEMBACA
Shrinking Violet
Teen FictionAdimas Adisty. Nama itu,.... Bukankah terlihat familiar? Mereka berdua sudah mencoba untuk melupakan satu sama lain. Namun takdir masih tak mau berpisah dengan kisah mereka. Karena ego tinggi mereka, mereka tak bisa merasakan indahnya kebersamaan...