Part 45

15 2 0
                                    

Adimas berjalan mendekat kearah Adisty dengan tatapan tajamnya. Dirinya sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi.

"sudah aku bilang untuk tidak berhubungan dengan lelaki manapun Adisty" ucap Adimas tajam, berjalan mendekat.

"itu hak aku, kita udah nggak ada apa-apa lagi Adimas" jawab Adisty sembari berusaha menjauh dari Adimas yang terus saja mendekat.

"kau terlalu keras kepala Adisty"

Adisty tak menjawab lantaran dirinya tersentak kaget karena Adimas menarik dirinya begitu saja, hingga tubuhnya kini berada di depan Adimas persis.

"kita masih memiliki status Adisty, karena aku tidak pernah menyetujui pertunangan kita batal" kata Adimas, lebih menekan Adisty.

"dan kau tau sendiri jika kita akan melangsungkan pernikahan sebentar lagi" ucap Adimas lagi, memenjarakan tubuh Adisy diantara tembok dan dirinya. Adisty tanpa sadar menahan napasnya tatkala Adimas mengendus lehernya. Semakin merapatkan tubuh mereka.

"apa kau mengerti Adisty?" Adimas berbisik tajam di telinga Adisty.

Seketika itu pula akal sehat Adisty kembali, dirinya memutar ingatannya beberapa tahun lalu. Dirinya benci karea masih saja tak bisa melawan Adimas.

"tidak. Dan akan tetap tidak" Adisty mulai mengeluarkan suaranya, meskipun dalam volume kecil Adimas masih bisa mendengarnya.

"kau sudah memiliki pasangan hidupmu sendiri Adimas. Kau sangat tidak adil jika memintaku juga" Adisty berkata dengan mantap, keraguannya seketika hilang saat mendengar kabar itu dulu. Dirinya tidak mau berbaalik arah. Adisty bodoh jika melakukan itu.

"Viona. Kau sudah berhubungan dengannya Adimas" Adisty menarik napas dalam, menahan suaranya agar tidak bergetar.

"kau yang akan menikah dengannya, bukan aku" menghembuskan napasnya, Adisty bersiap meneruskan ucapannya yang malah semakin menusuk hatinya.

"hubungan kita sudah berakhir satu tahun lalu"

Adimas menggeram, "Viona hanya sebatas teman aku Adis, tidak lebih"

"teman yang memanggil honey"

"itu karena dia ingin menguji dirimu Adisty" Adimas mendesis frustasi.

Viona sialan!

"dia sudah bertunangan dengan kekasihnya, bukan dengan diriku. Kita hanya berhubungan bisnis"

"jangan mencari alasan Adimas, semua orang sudah tau tentang hubungan kalian. Bukankah begitu?" perkataan Adisty kali ini lebih terasa untuk meyakinkan dirinya sendiri.

"aku bersumpah akan menyeret dia dan tunangannya ke sini besok jika kau masih saja keras kepala Adisty" Adimas sungguh ingin mengeluarkan segala umpatannya sekarang.

"aku hanya menjadi tunangan pura-puranya untuk membuat kekasih yang sebelumnya tak menganggapnya itu sadar. Tidak lebih"

Adisty goyah, dirinya benar-benar tidak bisa mempertahankan pemikirannya jika Adimas adalah milik orang lain, bukan miliknya. Itu terbukti dengan Adisty yang mengeluarkan air matanya tanpa suara. Dia sungguh merindukan Adimas.

"aku mohon percayalah" kata Adimas dengan memeluk Adisty erat, mencium puncak kepala Adisty sayang.

"aku memang salah, karena tak memberitahu mu. Maaf kan aku jika itu sangan membuatmu terluka. Maaf" Adimas tak henti-hentinya mengucapkan kata maafnya. Sungguh dirinya tak bisa melepas Adisty lagi. Demi tuhan hanya wanita inilah yang mampu menggetarkan hatinya.

Adisty semakin menumpahkan air matanya, membalas pelukan Adimas tak kalah erat. Memastikan jika orang yang sangat dicintainya kini berada di pelukannya, bukan hanya hayalannya saja.

Secara berkala Adimas menciumi puncak kepala Adisty, tak membiarkan wanitanya lepas lagi. Kali ini Adimas bersumpah tidak akan membiarkan Adisty pergi lagi, sudah cukup selama ini mereka kucing-kucingan. Adimas tidak mau lagi. Dirinya sudah capek.

*****

"kurasa kita bisa menyiapkan pernikahan kita"

Adisty berdecak. "kau tau? aku masih marah pada mu"

Adimas menghela napas gemas mendengar perkataan Adisty,"kau boleh marah pada ku, tapi pernikahan kita tetap akan berlangsung. Kau tak bisa menolaknya"

Adisty hanya memutar bola matanya , dirinya juga masih saja bersandar di dada Adimas. Setelah drama yang mereka buat tadi selesai, Adimas membawanya ke ranjang wanita itu, bukan maksud apa-apa, hanya sekedar duduk dan berpelukan seperti sekarang ini.

"kita pulang ke mansion saja bagaimana?" perkataan Adimas memecahkan keheningan diantara mereka.

"tidak. Aku tidak mau"

Adimas membelai rambut Adisty pelan, "kenapa? Kasihan bunda sama ayah udah jauh-jauh ke sini buat nyusuli anak keras kepala mereka" ucap Adimas setengah mengejek Adisty.

Adisty berdecak tak suka, "kalau begitu kau saja yang pulang"

"kau tau aku tidak bisa melakukan itu jika tidak bersamamu Adisty"

"jangan pikir aku akan membiarkan mu menginap di sini" kata Adisty kesal sembari menegakkan duduknya, tidak bersandar di dada Adimas lagi.

Adimas mengangkat sebelah alisnya heran, "kenapa tidak?"

"karna aku tidak suka" jawab Adisty enteng.

Adimas tersenyum simpul menatap Adisty dengan tatapan jahilnya, "kau tau aku tidak akan menuruti ucapanmu"

"dasar gila" umpat Adisty sembari beranjak dari ranjangnya, berjalan keluar.

"mau kemana?"

"dapur, aku haus"

Tak membuang waktu Adimas segera menyusul Adisty, menyamakan langkah mereka. Adimas memeluk pinggang Adisty erat tatkala mereka sudah berada di dapur, bahkan kini kepalanya sudah tenggelam dileher Adisty, menghirup aroma kekasihnya dalam-dalam.

"Adimas akusedang membawa gelas" Adisty menggeram saat merasakan ulah Adimas di lehernya.

"hmmmm"

Adisty meletakkan kembali gelasnya, berusaha melepaskan tangan Adimas dari pinggangnya.

"lepmmm" Adisty tak bisa meneruskan ucapannya, lantara Adimas sudah membalik tubuhnya, mencium bibirnya dengan tergesa, tak hanya itu tangan Adimas bahkan kini sudah beralih ke tengkuk Adisty, semakin memperdalam ciuman mereka. Demi tuhan... jika seperti ini terus, Adisty tidak yakin bisa mengendalikan dirinya. Adimas begitu panas sekarang.

Kaki Adisty lemas, rasanya dirinya sudah tak sanggup lagi berdiri jika saja Adimas tak menahannya. Bagaimana tidak jika Adimas masih saja melumat bibirnya setelah beberapa menit lalu. Sungguh lelaki ini harus di siram air agar mau melepaskannya.

"aku mencintaimu" kata Adimas pelan setelah ciuman mereka lepas, masih menyatukan dahi mereka. Bahkan napas Adisty yang memburu bisa terdengar oleh Adimas. Tapi ia harus berhenti sekarang. Atau ia akan lepas kendali.



Akhirnya mau ending jugaa...

Terimakasih buat kalian yang sudah menemani Adimas sama Adisty selama ini

Terimakasih buat vote nya

Terimakasih buat komentarnya

Dan terimakasih sudah meluangkan waktu untu membaca cerita nggak jelasku ini

Pokoknya terimakasih banyak....

Semoga kalian masih menemani mereka sampai ending nanti

Nggak lama lagi kok...

Jadi selamat membaca...

Jangan lupa vote dan komennya

Luv you...

Shrinking VioletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang