Adisty mengalungkan tangannya di pundak Adimas, sedangkan tangan Adimas sudah bertengger indah di pinggang Adisty. Mereka terlihat sangat serasi sekarang, belum lagi dengan gaun Adisty yang serasi dengan kemeja navy Adimas, itu menjadi nilai plus bagi mereka untuk menyapu perhatian di lantai dansa ini.
"kau tau, sebentar lagi kita akan memiliki pesta kita sendiri" kata Adimas menatap Adisty hangat. Sungguh Adimas tidak akan membiarkan Adisty pergilagi darinya.
"ya... dan aku tidak akan menyerahkan lantai dansaku kepada pasangan lain. Karena itu adalah milikku" balas Adisty.
"tentu saja. Pesta itu milik kita, jadi siapa yang berani mengambil alihnya"
"ku rasa Viona akan marah kepadaku"
"kenapa?" Adimas mengerutkan dahinya.
"kau tidak lihat? Semua orang memperhatikan kita saat ini. Bukankah ini berarti kita mengambil alih pestanya?" kata Adisty dengan terkekeh pelan.
Adimas mengedarkan pandangannya, dia tersenyum simpul saat apa yang dikatakan Adisty memang benar adanya. Mereka sukses mengambil alih pesta. Hingga tak sengaja matanya bersitatap dengan mata Viona, ada raut kesal disana. Dan itu membuat Adimas terkekeh pelan sebelum kembali menatap Adisty.
"kurasa kau benar. Viona marah pada kita"
"hahaha... anggap saja ini hadiah dari kita" kata Adisty menimbulkan kernyit heran di dahi Adimas.
"kau bilang ini hadiah?"
"yaa... salah siapa dia membiarkan kita salah paham selama kita berjauhan. Bukankah dia anak pengusaha yang sangat dihormati?"
Adimas terkekeh pelan, "yaaa kau benar"
Mereka berdua tetap menggerakan tubuh seirama, menghiraukan tatapan kesal dari Viona. Dan Adisty ingin tergelak melihat itu. Jika dirinya menjadi Viona, mungkin Adisty akan segera membubarkan pestanya.
"ekhem"
Adisty menoleh saat mendengar deheman di belakangnya. Dirinya mengurai tangannya dari bahu Adimas. Tersenyum simpul menatap Viona yang sudah memasang raut kesal, sedangkan Aroon tak menunjukan rasa kesalnya. Mungkin memang tidak kesal. Melihat bagaimana tangan lelaki itu tak mau lepas dari pinggang Viona. Uh, sungguh manis sekali.
"ah, ada apa Viona?" kata Adisty tanpa dosa.
"kau menikmati pestanya?" balas Viona mengejek.
"ya.. tentu saja, bukankah kau bilang aku dan Adimas harus menikmati pestanya? Bukan begitu Adimas?" balas Adisty enteng.
Adimas tersenyum kepada Adisty, "tentu saja sayang"
Viona menggeram kesal, "manis sekali kau Adimas"
Aroon menghela napas sebelum berusaha menenangkan Viona.
"sudahlah Vi, kau tidak perlu kesal seperti itu. Kita hanya perlu mengusir mereka dari lantai dansa ini" kata Aroon dengan sedikit mengejek ke Adimas.
"ah.... Kau terganggu dengan kami? Maaf kami tidak tau itu" balas Adisty dengan tersenyum. Dan entah kenapa melihat senyum Adisty ini semakin membuat Viona geram sendiri.
"kalau kau sudah tau, cepat menyingkir, dasar pasagan sialan" kata Viona gemas.
Adimas dan Adisty tergelak mendengar cacian Viona. Sedangkan Aroon hanya menggelengkan kepalanya. Sungguh ini adalah pesta pernikahan, bagaimana bisa Adimas dan Adisty bermain-main dengan sang mempelai seperti ini. Ingatkan Aroon dan Viona untuk membalas semua kelakuan pasangan tidak jelas dihadapan mereka ini.
"lebih baik kalian segera menyingkir, sebelum pesta ini menjadi hancur karena amukan Viona" kata Aroon menengahi, dirinya sendiri juga sudah tidak tahan dengan tingah Adimas maupun Adisty. Kedua orang itu sungguh gila jika mereka bekerjasama untuk balas dendam. Tak heras selama satu tahun lebih mereka saling menyerang satu sama lain. Itu semua karena ego mereka sangat tinggi. Aroon sampai menggelengkan kepalanya merasakan drama Adimas dan Adisty selama ini. Dasar.
"baiklah-baiklah, kami tidak akan mengganggu lagi. Ayo Adisty" kata Adimas akhirnya. Adisty mengangguk, kemudian mereka berjalan keluar dari lantai dansa, duduk di sebuah kursi yang memang sudah disiapkan khusus untuk mereka. Sedangkan Viona dan Aroon segera mengambil alih lantai dansa mereka. Karena memang dari awal ini milik mereka. Adimas dan Adisty saja yang menyerobotnya.
Adimas menoleh ke arah Adisty, memastikan tunangannya tidak merasa kesal ataupun yang lain, karena sungguh jika Adisty marah hanya karena dirinya diusir dari lantai dansa, detik itu juga Adimas akan menggelar pesta mereka sendiri. Dirinya sudah cukup tersiksa dengan sikap marahnya Adisty selama setahun dulu, atau bahkan lebih dari setahun.
"ada apa?" tanya Adisty sembari mengerutkan dahinya heran menatap Adimas.
"tidak. Hanya saja, kau terlihat sangat memukau malam ini"
Adisty memutar bola matanya mendengar rayuan dari Adimas, "rayuanmu itu sudah basi tuan"
Adimas hanya terkekeh pelan mendengar jawaban Adisty. Sepertinya tunangannya itu tidak dalam keadaan kesal, mengingat Adisty masih menanggapi rayuannya. Adimas senang mendengarnya.
"kau ingin minum?"
Adisty tersenyum mengangguk. Sedangkan Adimas bergegas menuju tempat minuman yang sudah disediakan, membawa dua gelas dengan tenang. Menghiraukan beberapa pasang mata para wanita yang menatapnya penuh minat.
"sepertinya kau sangat terkenal dikalangan wanita sir" kata Adisty dengan nada mengejek tatkala Adimas sudah kembali duduk di sampingnya.
Adimas mengerutkan dahinya mendengar penuturan Adisty yang Adimas yakini akan membuat perempuan itu merajuk.
"kau cemburu bee?"
"aku tidak akan cemburu dengan mereka" jawab Adisty kesal.
Adimas tersenyum menggoda, "tentu saja, memangnya mereka siapa dibandingkan dirimu"
"diam kau Adimas!"
Tawa Adimas lepas saat mendengar Adisty berkata kesal padanya.
"kau yang terbaik babee, tenang saja. Bila perlu besok kita menikah" kata Adimas diakhiri kekehan gelinya.
"kau pikir menyiapkan pernikahan secepat menandatangani kontrak?! Tanda tangan saja harus pikir matang-matang dulu" balas Adisty geram.
"sepertinya kau belum tau siapa tunanganmu ini bee"
Adisty memutar bolamatanya jengah, "ya... yaa.. yaaa.. terserah kau saja sir"
Adimas kembali terkekeh pelan, sebelum berkata, "baiklah-baiklah, jika kau tidak mau besok, lalu bagaimana dengan minggu depan?"
Adisty terbatuk dalam minumnya, tidak bisakah Adimas melihat keadaan saat dirinya ingin berbicara. Dasar!
"kau bercanda?" balas Adisty menatap Adimas kesal.
"kau bahkan sukses membuatku tersedak dalam minumku Adimas" tambahnya menggeram kesal.
"maaf-maaf... aku tak bermaksud membuatmu terkejut bee" jawab Adimas masih dengan nada gelinya.
"kau benar-benar ingin mengajakku menikah?!" tanya Adisty tak percaya.
"yaa... tentu saja"
"seriously?! Kau melamarku dipesta orang nikahan?! Kau sungguh sesuatu Adimas" kata Adisty tak menyangka.
"tidak bolehkah?"
"kau memang bodoh atau pura-pura tak mengerti Adimas?! Aku ingin lamaran yang istimewa. Bukan lamaran di pernikahan orang lain seperti ini.... Oh my.." Adisty memegang kepalanya pening. Adimas memang sesuatu untunya.
Adimas tergelak mendengar penuturan Adisty, "kau sudah mendapatkan itu bee... tapi waktu itu kau tak menjawabnya. Jadi apa salahnya mengajakmu sekarang" kata Adimas dengan kekehan gelinya di akhir kata.
"dasar kau ini" geram Adisty. Dirinya masih gemas dengan Adimas. Tunangannya ini benar-benar penuh kejutan yang sukses membuat jantungnya berpacu cepat.
Maaf sudah membuat kalian menunggu lama kekeke...
Makasih juga udah mau nunggu Adimas Adisty selama ini...
Pokoknya terimakasih banyak buat kalian yang udah mau stay sama cerita-cerita aku....
Jangan lupa vote dan komentarnya yaa...
Luv you...
Stay safe everyone...
KAMU SEDANG MEMBACA
Shrinking Violet
Teen FictionAdimas Adisty. Nama itu,.... Bukankah terlihat familiar? Mereka berdua sudah mencoba untuk melupakan satu sama lain. Namun takdir masih tak mau berpisah dengan kisah mereka. Karena ego tinggi mereka, mereka tak bisa merasakan indahnya kebersamaan...