Part 43

19 2 2
                                    

Adisty merutuki dirinya sendiri dalam hati, bagaimana bisa dirinya berbuat begitu laknat kemarin. Dirinya sudah tak tau lagi harus mengatakan apa di depan ayahnya ataupun ayah Adimas. Membuat alasanpun Adisty yakin Adimas tak akan mendukungnya. Terlebih bundanya juga berada di sini. Sekarang yang menjadi pertanyaan Adisty adalah, bagaimana bisa dua keluarga ini berkumpul di Negara gingseng ini, dan yang paling aneh adalah, bagaimana bisa mereka bertemu satu sama lain tatkala tak berhubungan.

"jadi kapan kau akan melangsungkan pernikahan Adimas?" Tanya Ayah Adisty dengan santai, bahkan tak terkesan keberatan sama sekali.

"aku bahkan bisa melangsungkan pernikahan besok yah, tapi putrimu ini sangat keras kepala" balas Adimas setengah kesal. Sedangkan Adisty hanya melirik tajam kearah Adimas.

"sebenarnya apa yang membuat dirimu begitu membenci Adimas Adisty?" kali ini daddy Adimas yang bertanya.

Adisty tersenyum masam, wajar jika ayah Adimas ini tak megerti apa-apa melihat jika beliau selalu sibuk dengan pekerjaannya selama ini. Tapi bukankah seharusnya dirinya tau apa yang telah diperbuat anaknya ini. Jika seperti ini Adisty mau mengungkap keburukan Adimaspun jadi sungkan. Adisty juga tak mungkin menjelek-jelekkan anak di depan orang tuanya persis. Dirinya belum sepenuhnya gila.

"yah... Adisty rasa kami sudah tak cocok. Terlebih Adisty sudah memiliki beberapa hal yang Adisty rasa cocok dengan Adisty"

Adimas tersenyum meremehkan, "kalau yang kau maksud adalah seseorang yang bernama Kim Aroon, aku rasa kau harus segera melupakannya" balas Adimas dengan nada menyebalkannya.

"kau terlalu percaya diri Adimas, toh juga bukan urusanmu lagi aku ingin memiliki hubungan dengan siapapun"

Adimas menatap tajam Adisty, "kau bahkan melupakan kejadian tempo hari Adisty, jadi bagaimana itu tidak menjadi urusan ku" kata Adimas masih tak mau kalah.

"jika itu yang kau ungkit, maka aku akan mebahas beberapa bulan yang lalu. Dan kau harusnya mengurusi urusanmu itu dulu sebelum ke sini menceramahiku" balas Adisty kesal sebelum beranjak dari sana meninggalkan ruang tamu mansionnya, bahkan menghiraukan keberadaan paratetua yang ada di sana. Dirinya sudah terlampau kesal sekarang.

Adisty bahkan tidak sadar jika sekarang dirinya sudah berada di luar mansion, dirinya segera memberhentikan taxi, kemudian melaju menuju apartemennya. Dirinya benar-benar lelah sekarang. Terlebih dirnya belum makan malam, mengingat sekarang sudah menunjukan pukul Sembilan malam. Terkutuklah Adimas.

"Do Ra, maaf menelponmu malam-malam seperti ini"

"ya tak apa miss"

"bisakah kau pesankan aku makanan ke apartku?"

"tentu miss"

"terimakasih. Dan ya... apakah besok ada jadwal penting?"

"ya, Anda harus menemui sir Jimin untuk membahas kelanjutan meeting kemarin, dan satu pertemuan sore hari dengan sir Adimas"

"huuft... apakah Adimas sendiri yang meminta di sore hari?"

"ya miss... "

"kalau begitu, kabari kembali untuk memindahkannya di pagi hari. Katakan padanya sore aku ada pertemuan penting"

"ya miss, apa ada tambahan lagi?"

"untuk sekarang itu saja"

"baik miss. Makanan Anda akan datang sebentar lagi"

Adisty mengangguk sebelum keluar dari taksi, dirinya sudah sampai di apartnya.

"hemm.... Oh ya apakah ada dokumen yang harus aku tanda tangani besok?"

"ada miss, tida dokumen"

"baiklah, bawa sekalian saat pertemuan dengan sir jimin besok"

"baik miss"

"ok, kurasa itu saja. Terimakasih untuk hari ini Do Ra"

"sama-sama miss"

Adisty menyudahi teleponnya, dan saat itu pula bel apartemennya berbunyi, dan benar saja makanan yang ia tunggu sudah datang. Adisty memberikan beberapa lembar uang kepada kurir tersebut sebelum membawa masuk makanannya.

Setelah menyiapkan semua makanannya Adisty mulai memakan makananya, bahkan dirinya belum membersihkan dirinya saking laparnya dirinya. Baru tiga suap dirinya makan, ponselnya sudah bordering dengan terpaksa Adisty mengangkatnya kemudian menaruhnya di meja sebelah makanannya, sehingga dirinya bisa sembari makan.

"kau tak sopan dengan meninggalkan mansion begitu saja Adisty"

Dan seketika Adisty tersedak mendengar suara itu, yaa... siapa lagi jika bukan Adimas.

"ada apa kau menghubungiku?!" sentak Adisty kesal.

"kau yang membuatku harus menghubungimu Adisty"

"ada apa? Apakah perkataanku belum jelas di telingamu?"

"kau tak seharusnya berbicara seperti itu Adisty, kau tau jika itu akan menyakiti kita"

"no. not us, but you. Only you. I'm fine Adimas" balas Adisty tajam.

"perkataanmu seolah menunjukan jika kau ingin aku menanyai kabarmu Adis"

"jangan terlalu percaya diri Adsty. Kau kira kau bis aberlaku seenaknya seperti dulu? Sekarang, giliran aku yang akan bertindak sesuai kemauanku Adisty bukan dirimu" tekan Adimas.

Adisty memutar bola matanya jengah, "ya.. yaa. Yaa.. terserah apa katamu Adimas, tapi aku tidak akan menuruti semua ide gilamu itu!" kata Adisty final sebelum mematikan sambungan mereka.

Adisty beranjak dari duduknya, dirinya terlampau kesal dengan semua perkataan Adimas. Hell! Memangnya siapa dia?!




*Apakah masih ada yang nungguin cerita ini? kalau ada makasih banyak buat kalian...

meskipun Adimas Adisty jarang banget updatenyaaa, tapi aku usahain akan menyelesaikannya secepat mungkin...

jangan lupa vote dan komennya yaa...

luv you

Shrinking VioletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang