Tak ada lagi perdebatan yang mengalir hari ini. Mereka menepati janji mereka dengan benar. Bahkan Mereka saling berbagi saat pelajaran seni budaya, saling membantu tatkala ada yang kesulitan di antara mereka berdua.
Pagi ini, mereka juga tak menyetorkan nama di meja pak Widja. Hanya mengampiri beliau yang sedang bertugas untuk menyapa sekaligus memamerkan bahwa mereka sudah tak telat lagi.
"kita ngebakso aja ya Dis, bosen gue batagor mulu"
"serah lo Bel, tapi jangan lupa pesenin gue juga"
Adisty mulai mengeluarkan handphonenya saat Bela sudah hilang di antara anak anak yang sedang mengantri di kedai bakso.
Memfokuskan indra penglihatannya pada benda persegi panjang di tangannya, mulai membuka akun sosial medianya satu persatu. Sesekali membalasi chat yang masuk.
"nih, anggap aja gue lagi baek hati sama lo"
"emang biasanya nggak baik?" sahut Adisty sembari menyeruput kuah bakso yang diantarkan Bela.
"kalau makan HPnya turunin dulu!"
Adisty menurut dan kembali menikmati baksonya.
Dia berhenti makan saat merasa kursi di sebelahnya bergeser, antisipasi jika saja Adimas mulai mengganggunya lagi.
"Boleh gabung nggak?"
Adisty melongo melihat makhluk tuhan yang sedang duduk anteng di sebelahnya. Memasang senyum yang kelewat manis menghadapnya setelah meletakkan semangkok baksonya.
Adisty mengangguk pelan, masih belum tersadar dari keterkagumannya sebelum ia menjawab dengan terbata. Tak seperti saat menjawab pertanyaan Adimas.
"boleh kok... Boleh, duduk aja"
"lo yang anak baru itu kan?!" berbeda dengan Adisty yang masih syok. Bela justru heboh, berteriak sembari mengacungkan garpu ke muka laki-laki tadi. Bahkan bangku di dekat mereka sampai menengokkan kepalanya ke arah mereka.
"waaahh... Ada angin apa sampai lo nyamperin kita?!" lanjutnya menghiraukan tatapan tatapan aneh kepadanya."nggak kok, cuma mau duduk aja, kalau bisa sih kenalan juga, biar sekali dayung dua tiga pulau terlampaui"
"waah... Tamak juga ternyata” jawab Bela.
Melirik sekilas ke arah Adisty, kemudian mengabil bakso dengan garpunya, dan secepat kilat menjejalkan ke mulut Adisty saat gadis itu masih saja terbengong.
"mmppp... Bela!" marah Adisty saat berhasil mengeluarkan bulatan bakso dari mulutnya.
"apa? Salah sendiri bengong nggak itung-itung"
"ya nggak usah nyumpal mulut gue juga kali!"
"ngapain lo ketawa?!" lanjutnya menghentikan tawa lelaki di sampingnya.
"udah-udah kapan kita makannya kalau lo ngamuk terus?!"
Mereka menyudahi acara debat mereka. Kemudian sepakat untuk menyelesaikan acara makan mereka terlebih dahulu, baru menginjak pembicaraan yang lebih.
"weheiii mak lampir lagi baca mantra! Pantesan dari tadi perut gue mules"
Adisty memejamkan matanya, menggeram kesal. Lagi-lagi...
"Adimas pelanin dikit suara lo kenapa sih!" cerca Bagas melepaskan tangan yang ia gunakan untuk menutup telinganya.
Mengabaikan ucapan Bagas, Adimas memilih berjalan ke samping Adisty, kembali menggoda gadis itu.
"cie yang baca mantra buat anak baru”
Abaikan...
"kalau di liat-liat kalian serasi lohh"
KAMU SEDANG MEMBACA
Shrinking Violet
Teen FictionAdimas Adisty. Nama itu,.... Bukankah terlihat familiar? Mereka berdua sudah mencoba untuk melupakan satu sama lain. Namun takdir masih tak mau berpisah dengan kisah mereka. Karena ego tinggi mereka, mereka tak bisa merasakan indahnya kebersamaan...