"Adimas! Kamu yang memimpin kali ini" kata bu Riris sambil membereskan buku-bukunya."bisa tidak bu, kali ini saya lepas tanggung jawab dari kelas ini? Saya lelah lahir dan batin bu"
"kamu ketua kelas ini Adimas. Jangan pernah mencoba kabur dari tanggung jawab"
"tapi kan ini masalah ujian bu, masa saya juga yang harus ngurus kelulusan mereka"
Bu Riris menghela nafas sejenak sebelum melanjutkan untuk menjelaskan kepada anak didiknya.
"gini loh Dim, kalian itu masuk sekolah ini sama-sama, berjuang bersama-sama buat masuk ke sini, naik kelas, bahkan sampai acara lain di sekolah ini. Tidak kah kalian ingin keluar dari sini bersama-sama? Kalian masuk bersama maka keluarpun bersama-sama. Bukan berarti ibu nyuruh kalian berbagi jawaban saat ujian nanti. Tapi dalam proses belajarnya kalian harus saling berbagi. Memberitahu teman yang tidak tahu. Intinya saling membantu dalam belajar. Kalian mengerti? "
Semua diam, menatap bu Riris dengan pandangan tak terbaca. Hingga suara riuh mulai terdengar setelah sekian detik.
"ibu terbaik!!! "
"kami sayang sama ibu! "
"haduh sudah, jangan menangis seperti anak kecil. Memangnya kalian nggak mau pulang? Sudah bel pulang loh" kata bu Riris mencoba menyudahi acara menangis mereka.
"baiklah, kalau begitu saya terima perintah ibu! " kata Adimas final.Bu Riris tersenyum hangat mendengar jawaban dari murid yang selama ini ia repotkan.
"itu berarti saya bebas memarahi anak-anak saat tak serius kan bu? "
Bu Riris lagi-lagi tersenyum kemudian mengangguk lemah."baiklah kita akhiri saja percakapan ini. Dan ingat mulai besok laksanakan sistem kamu Adimas! Kamu boleh memilih asisten ataupun orang yang kamu percaya untuk membantu kamu. Yang ibu ingin. Kalian bisa bekerja sama untuk nilai ujian kalian besok"
Mereka semua mengangguk patuh. Kemudian bersiap untuk keluar dari ruang IPA 1.
*****
Adisty harus menghembuskan nafas kuat-kuat hari ini untuk menahan emosinya. Jam yang melingkar di tangannya kini sudah menunjuk ke angka tujuh dengan jarum panjang di angka tiga. Bu Riris sudah tak masalah dengan dirinya. Tapi ketua kelasnya yang membuat Adisty harus menahan emosinya agar tak mendebat perkataannya.
Ini hanya perasaannya saja atau memang kenyataan jika Adimas mulai galak-galaknya semenjak pemilihan ketua untuk masalah ujian.
Pernah satu kali Adisty telat, dan bayangkan. Baru saja Adisty melangkah satu langkah dari pintu kelas. Dan Adimas sudah berpidato panjang dengan suara keras kepadanya. Mulai dari kedisiplinan, keterlambatan materi, mengerjakan soal, bahkan sampai daftar pak Widja ia sangkut pautkan.Dan sepertinya ia harus mempersiapkan mental untuk menghadapi temprame-
"Adisty! Kamu telat enam belas menit!" Adisty melirik sebal kepada laki-laki yang kini sudah berada di sebelahnya.
"kamu tau kan belajar bersamanya sebelum jam tujuh. Jadi kenapa telat? Karna kamu telat kita semua jadi nggak bisa ngerjain soal matematika dengan benar. Bahkan soal sepuluh pun tak dapat di kerjakan semua. Kamu tau kan kalau kita ini lagi berjuang buat lulus bersama?! Jadi kenapa kamu selalu ngremehin hal ini? Bukankah kamu juga setuju dengan bu Riris?"
"kalau ngomong nafas dulu bisa nggak? Gue bosen denger lo narasi nggak ada ujungnya"
"kalau nggak pengen gue narasi, jangan telat lagi! Udah berapa kali sih gue ingetin lo supaya pasang alarm?! Atau jangan-jangan lo yang tuli"
Adisty mendesis sebal sebelum mengeluarkan buku mapel hari ini. Ia sudah sangat sangat bosen dengan ocehan Adimas. Kenapa laki-laki itu jadi bawel padanya sih?!
"jangan lupa pulang sekolah nanti kita belajar bareng satu kelas. Bahas soal kimia sama matematika"
"iya iya gue inget" jawab Adisty ketus.
******
Bel pulang berbunyi. Namun kelas IPA 1 masih setia duduk di bangkunya masing-masing. Hingga Adimas maju ke depan untuk memulai program mereka.
"baiklah, sesuai jadwal hari ini kita akan membahas kimia dan matematika. Untuk kali ini yang menjadi leader matematika adalah Adisty, sedangkan kimia sama gue. Pertama-tama kita urut absen, untuk absen genap akan mengerjakan soal matematika terlebih dahulu dan absen ganjil kimia. Setelah setengah jam, kita tukar posisi. Kalian paham? " jelas Adimas.
Mereka menjawab serentak, dan segera berkumpul untuk melaksanakan apa yang di katakan Adimas karna memang di sini Adimas lah yang berhak untuk membuat program dan rencana, sisanya hanya mengikuti saja.
Hingga setengah jam pun berlalu, merega bergantian yang semuala di Adisty bergulir ke Adimas membahas beberapa soal yang mereka anggap sulit. Hingga salah satu dari mereka mulai menyeletukkan pendapatnya.
"eh, kalau cuma kita yang bergulir, ntar Adimas sama Adisty gimana? Mereka nggak bakalan bisa belajar yang lain dong"
"tenang aja, gue bisa datang ke rumahnya buat belajar bareng kok. Kalian santai aja. Lagian ini baru langkah awal dari rencana kita" jawab Adimas santai, masih berkutat dengan soal-soal di hadapannya.
"iya, kita bisa belajar bareng kapan aja kok, kalian santai aja"
"berdua doang nih?" gida yang lain.
"siapa bilang! Ada Dirga juga kok"
Sejenak Adimas menghentikan pergerakannya, namun tak lama ia kembali fokus pada soal-soal itu. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana ia dan semua teman-temannya bisa lulua dengan nilai yang memuaskan. Bukan yang lain.
Mereka kembali fokus pada soal-soal yang ada di paket maupun buku yang lain. Saling menanyakan rumus satu sama lain. Dan mencoba untuk mencari cara yang paling mudah dan ringkas untuk mereka gunakan.
Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul tiga tiga puluh. Mereka segera menyudahi acara pembelajaran bersama, dan bergegas pulang setelah mengucapkan bye pada yang lain.
"Adisty!"
Adisty menoleh ke arah sumber suara. Mengulas senyum senangnya.
"Dirga, gue bisa ke parkiran. Ngapain lo ke sini segala"
"nggak papa lah, sekali-kali. Hehehe..."
Adisty menggeleng lemah. Kemudian melanjutkan aktivitasnya memasukkan bukunya ke dalam tas punggung.
"Adimas, kita cabut dulu ya.... " kata Dirga dengan nada menggoda.
Adimas berdecih sebelum menyusul mereka berdua ke parkiran. Ia ingin secepatnya pulang dan menemui mami tercintanya. Kemudian makan sepuasnya baru tidur. Ia akan mencoba masa bodoh dengan semuanya. Karna ia harus fokus pada kelasnya dan ujian yang akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shrinking Violet
Dla nastolatkówAdimas Adisty. Nama itu,.... Bukankah terlihat familiar? Mereka berdua sudah mencoba untuk melupakan satu sama lain. Namun takdir masih tak mau berpisah dengan kisah mereka. Karena ego tinggi mereka, mereka tak bisa merasakan indahnya kebersamaan...