Maaf untuk typo
Vote jangan lupa
Plis jangan jadi sider
Cobalah hargai karya saya...******
“Adit! Kakak kamu mana? Ini udah jam tujuh, tapi dia belum turun juga” omel bunda sembari menyiapkan sarapan mereka.
“haaaahh.. iya iya, Adit samperin dulu” Adistya pasrah, beranjak dari duduknya untuk ke kamar kakaknya.
Aditya heran dengan kakaknya itu, udah tau hari ini dia kan berangkat, masih aja molor nggak tau waktu. Apa kakaknya itu nggak mau buat acara perpisahan? Hish… kalau begini kan Aditya nggak bisa menikmati makanannya dengan tenang. Poor Aditya.
Aditya langsung masuk kamar Adisty begitu saja, moodnya sedang tidak baik hanya untuk sekedar mengetuk pintu saja.
“kakak ngapain aja sih?! Udah ditungguin juga” omel Aditya ketika menginjakkan kakinya di kamar Adisty.
Dahinya mengerut saat melihat Adisty sibuk mengutak atik kopernya, “kakak ngapain?”
“eh? Adit, ngapain ke sini? Nggak ketuk pintu pula” Adisty melirik sekilas kemudain kembali focus pada kopernya.
“kakak yang nagapain? Udah tau waktunya sarapan. Lagian juga jam sembilan nanti kakak berangkat kan, ini malah santai gini. Udah itu tinggalin dulu, kita sarapan dulu” kata Aditya sembari mengendikkan dagu kea rah koper Adisty, meskipun itu tak dilihat oleh kakaknya.
“bentar, kakak lagi ngecek. Udah lengkap apa belum”
“hiiissshh, lama-lama Adit gemas sendiri sama kakak. Kita sarapan dulu oke, emang kakak mau bunda murka pagi-pagi gini?”
Adisty segera beranjak dari duduknya, ia lupa jika bundanya bakalan murka jika salah satu dari mereka tidak sarapan tepat waktu, bersama. Mereka bergegas turun menemui bundanya yang sudah duduk manis dengan ayahnya. Hampir saja.
“Adisty ayo cepetan, kita sarapan dulu, habis itu langsung ke bandara” kata ayah dengan tenangnya.
Adisty mengangguk, kemudian mengambil tempat di sebelah Aditya. Adiknya itu selalu semangat ketika menyangkut makanan, Adisty heran, badan adiknya itu tak pernah melar meskipun adiknya itu makan seperti raksasa. Rakus.
Tak lama kemudian, mereka menyelesaikan sarapan mereka. Adsity segera bergegas mengambil kopernya, ia tak mau kena omel lagi dengan bunda atau ayahnya, terlebih dengan kebawelan Aditya. Ia juga ingin member perpisahan yang layak dengan Adimas dan teman-temannya.
Dan benar saja, saat ia menginjakkan kaki di depan rumahnya, Bela tampak turun dari mobilnya. Adisty tersenyummelihat itu, ia segera menghampiri Bela, memeluknya singkat, sebelum membawa gadis itu menemui bunda dan ayahnya.
Adimas tak datang, karena memang Adimas sendiri akan berangkat jam sembilan nanti, bersamaan dengan Adisty. Namun dengan tujuan negara yang berbeda. Di saat seperti ini, rasanya Adisty sangat tak ingin meninggalkan rumahnya, dan ingin tetap disini. Menghabiskan waktunya dengan ribut bersama Aditya atau jalan dengan Bela dan kencan dengan Adimas.
“Bela, kamu mau ngantar Adisty juga?” kata bunda yang sudah bersiap untuk pergi.
“iya bun,”
“Bagas nggak ikut?”
“Bagas katanya mau ngantar Adimas tan, Adimas juga berangkat bareng Adisty, jam sembilan nanti, mungkin juga sekarang mereka udah ke bandara” jalas Bela. Bunda hanya manggut-manggut mengerti.
Ia sedikit miris dengan nasib anaknya, baru juga tunangan tadi malam, tapi sekarang harus terpaksa pisah satu sama lain. Bukan hanya sehari dua hari, melainkan empat tahun. Itupun jika salah satu dari mereka tidak ada yang mengulang. Mengingat pendidikan di luar negeri sana sangatlah ganas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shrinking Violet
Teen FictionAdimas Adisty. Nama itu,.... Bukankah terlihat familiar? Mereka berdua sudah mencoba untuk melupakan satu sama lain. Namun takdir masih tak mau berpisah dengan kisah mereka. Karena ego tinggi mereka, mereka tak bisa merasakan indahnya kebersamaan...