part 11. Jemuran Basah

31 6 0
                                    

baikan lagi lo sama Adimas?” tanya Bela dengan lagat hafal akan sikap kedua sahabatnya itu.

Adisty mengendikkan bahu acuh. Seolah sudah biasa menghadapi situasi seperti ini. Melanjutkan aktifitasnya memukul bola ping-pong, memulai kembali permainannya dengan Bela.

“kalian balikan lagi ya?” pertanyaan itu sanggup menghentikan pergerakan tangan Adisty, membiarkan bola yang mengarah padanya lewat begitu saja. Menatap Bela datar dengan berkata,

“dari mana lo dapat kata balikan?”

“emang dari mana lagi, bukannya kalau mantan minta maaf, bilang sayang itu tandanya minta balikan ya? Emang apa lagi istilahnya kalau bukan balikan?”

“Bagas yang ngasih tau lo?” Bela mengangguk.

“kita temenan udah berapa lama sih Dis? Apa tiga tahun nggak cukup buat lo cerita ke gue apa yang terjadi sama lo?”

Adisty serba salah sekarang, ia tak tau jika apa yang coba ia sembunyikan dan lupakan malah menyeruak begitu saja membawa perumusan baru yang entah kapan dimulainya.

“bukan gitu, gue Cuma mau lupain masalah itu aja. Gue udah nggak ada niat buat nengok ke belakang”

“jangan bohongin perasaan lo sendiri Adisty”

Adisty kembali bungkam, hingga matanya tak sengaja melihat Bagas dan Adimas berjalan ke arahnya dengan sesekali melempar senyum atas apa yang mereka ceritakan. Bahkan bola  voly masih ditangan Adimas dengan Bagas yang masih setia dengan seragam identitasnya.

“gue nggak bohong. Kemarin gue Cuma jengah aja sama sikap Adimas yang berubah sama gue. Gue nggak suka” katanya kembali menatap Bela.

“berapa kali sih lo jatuh hati?” melihat Adisty diam, Bela kembali melanjutkan perkataannya.

“kalau lo udah nggak ada rasa sama Adimas, lo nggak bakalan nyusulin dia kaya kemarin. Bahkan ada binar berharap dari wajah lo. Gue masih bisa terima, lo nggak certain masalah Adimas ke gue. Tapi gue nggak akan diam lagi jika lo msih mengingkari hati lo kaya gini” putus Bela sebelum berbalik menghampiri Bagas dan Adimas yang terhalang oleh pak Surya. Guru olahraga mereka.

Ya, kemarin saat Adisty sibuk mengejar Adimas yang mendadak keluar dari kantin, Bela langsung berdiri ingin menyusul kedua makhluk itu, takut jika mereka berdua kembali mmbuat ulah. Namun semuanya kandas saat Bagas menahannya dengan mengatakan jika mereka itu mantanan, jadi Bela disuruh membiarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri.

Bagas juga mengatakan untuk tidak membantu mereka dalam hal perasaan, menyuruh membiarkan mereka merasakan sakit karena merasa tak diakui satu sama lain.

Membiarkan mereka sadar akan perasaan mereka sendiri. Mereka sudah hampir delapan belas tahun, usia dimana meraka harus memikirkan segala hal dengan kepala dingin, bukan emosi semata.

Namun Bela mengingkarinya, ia tak bisa tutup mata begitu saja setelah mendengar penjalasan tentang sahabatnya yang begitu bodoh itu. Ia gemas dengan Adisty yang tak mau meninggalkan egonya barang sedetik saja.

Bela yakin, meskipun ia sudah memberi ceramah ke Adisty, sahabatnya itu akan tetap pada pemikirannya yang sangat kuno. Adisty akan sibuk dengan perasaan kesal juga tak terimanya.

“baiklah kalau begitu, bapak tunggu nama-nama yang kalian pilih untuk menemani kalian di perlombaan nanti. Secepatnya ya”

Adimas dan Bagas mengangguk sembari tersenyum mengerti. Kemudian melanjutkan langkahnya menyusul Adisty yang sudah hilang dari meja tenis meja di hadapan mereka tadi. Karena setelah ini mereka jam kosong jadi mereka akan bersantai di kantin atau tidak berkeliling mencari nama yang pantas untuk mereka pilih mengikuti perlombaan basket tingkat kabupaten besok.

Shrinking VioletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang