part 13. Adimas Dirgantara

28 6 0
                                    

Adimas mempercepat langkahnya ketika bayangan tadi malam kembali melintas di benaknya. Tangannya mengepal erat hingga telapak tangannya memutih menandakan bahwa ia sedang menahan amarahnya. Seruan dari Bagaspun tak ia hiraukan lagi, sekarang tujuannya hanya satu. Pergi ke kelas dua belas IPS 3, menarik keluar orang yang sudah berani mengusik hidupnya juga orang yang ia sayang.

Belum sempat ia memanggil orang yang ia cari, dia sudah menghampiri Adimas dengan senyum sok polosnya, berjalan riang ke arahnya. Adimas menjadi semakin kesal dengan tingkah gadis di depannya itu.

“lo apain Adisty” kata Adimas tajam. Ia sudah tak perduli lagi dengan semua tatapan yang menghadapnya sekarang ini.

“maksud kamu apa?”

“nggak usah sok bodoh Dara” tekan Adimas.

“beneran aku nggak ngerti”

“apa perlu gue replay ulang apa yang lo alkuin ke Adisty di sini? Tenang aja gue udah siapin airnya kok, tinggal nunggu lo”

Kini Dara benar-benar tak bisa menyembunyikan wajah kaget juga takutnya. Ia tak terfikir reaksi Adimas akan sampai seperti ini.

Karena bosan menunggu jawaban dari gadis di depannya, Adimas menggerakkan jarinya, memberi instruksi pada beberapa siswa untuk membawakan apa yang sudah ia siapkan.

“air es. Kira-kira suhunya berapa ya?” kata Adimas dengan seringaiannya. Membuat wajah di depannya memucat pasi.

“lo nggak bisa kaya gini Adimas, kalau lo berani guyur gue di sini, itu berarti lo cari mati” balas Dara sedikit menyunggingkan seringaiannya.

“aahh~ santai saja Diradara, gue nggak akan seceroboh itu. Lo tau grup angkatan bukan?”

Masih dengan menatap Adimas, Dara segera mengeluarkan handphonenya, memeriksa grup seluruh kelas duabelas.

“kenapa lo periksa HP lo Dara? Gue belum nyebar aksi lo, santai aja” kata Adimas santai namun tajam.

Adimas mengetahui semuanya. Semua tentang apa yang sudah di lakukan gadis tak waras di hadapannya yang sangat tergila-gila dengan dirinya. Ketika malam harinya ia mendapat telfon dari Aditya yang mengatakan jika Adisty sedang demam tinggi dan menyebutkan namanya beberapa kali dalam tidurnya.

Hal itu membuat Adimas jungkir balik tak karuan di kamarnya sebelum beranjak mengambil jaket dan helmnya untuk menemui Adisty. Terlalu ribet kalau menggunakan mobil. Melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Tak perduli lagi dengan klakson mobil yang memakinya sepanjang jalan karena mengendarai motor dengan ugal-ugalan.

Hingga ia sampai di kediaman Adisty, langsung masuk dan berlari ke kamar Adisty. Membuat bunda Adisty sedikit menyingkir untuk member ruang pada Adimas yan tengah melepas jaketnya dengan tergesa.

Kemudian menggenggam tangan Adisty erat, merasakan panas menjalas di telepak tangannya. Mencium beberapa kali tangan itu dengan sayang.

“dia demam Adimas” kata Ayah Adisty mengintrupsi kegiatan Adimas.

“kenapa sampai bisa demam om? Apa yang sudah Adimas lewatkan?” katanya khawatir tak mengindahkan pandangannya dari wajah pucat Adisty.

“dia dibully temannya. Dan om nggak suka dengan itu, kalau sampai masalah ini tak terselesaikan dalam seminggu ini, om bakalan pindahin Adisty dari sana”

Adimas mendongakkan kepalanya, menatap kesungguhan di wajah Ayah Adisty.

“om tenang aja, Adimas bakalan selesaiin ini secepatnya. Tapi jangan suruh Adisty pindah dari sekolah. Karena ini sudah tugas Dimas buat jagain Adisty. Adimas nggak mau jauhan lagi sama Adisty” katanya tegas namun lirih di kalimat terakhir.

Shrinking VioletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang