Sudah seminggu sejak kejadian Dirga menawarinya pulang bareng, ia dan Adimas jarang bercekcok seperti dulu, namun Adimas tetap saja mengganggunya disaat ia sedang berduaan dengan Dirga, entah itu saat jalan bareng, makan bareng, pulang bareng pun Adimas masih merecokinya dengan menggeber-geberkan motornya saat bersampingan dengan Adisty.
Tapi khayalnya ia tak melihat batang hidung Adimas istiharat ini. Setelah jam pelajaran bu Riska selesai tadi, Adimas langsung pergi begitu saja, bahkan bu Riska masih di dalam.
Bayangkan betapa meledaknya bu Riska saat di perlakukan Adimas seperti itu. Kalau marahnya ke Adimas saja sih tak masalah, tapi ini nyemprotnya ke seluruh murid yang ada di kelas.
Tak sengaja mata hitamnya melihat Adimas sedang berbicara, bahkan asik tersenyum dengan Dara, gadis berambut cepak dengan mata bulat dan pipi cubbynya. Gadis manis yang akhir-akhir ini gencar mendekati Adimas.
Adisty menarik kedua sudut bibirnya, membentuk seulas senyum jahil. Waktunya balas dendam.
"Adisty jangan macam-macam ya!" peringat Bela saat menyadari senyum Adisty.
"nggak macam-macam kok, Cuma pengen balikin apa yang Adimas lakuin ke gue dulu"
Adisty berjalan mendekat dengan PDnya tak lupa dengan senyum jahil yang masih senantiasa bertengger di bibirnya.
"uhuy... kadal buntung beraksi Bel, beneran bulu kuduk gue berdiri"
Adimas tersenyum miring mendengar perkataan Adisty.
"oohhh... mak lampir bisa merinding juga ya? Baru tau gue. Ra, pernah nonton film mak lampir nggak?" jawab Adimas santai.
Dara menggeleng lucu, karena rambutnya ikut bergoyang mengikuti gerak kepalanya.
"kalau gitu sudah di putuskan, nanti pulang sekolah kita nonton bareng"
Adisty melongo mendengar perkataan Adimas. Nonton katanya?
"Awas loh Ra, bukannya di ajak nonton tapi malah di ajak yang iya-iya lagi, secara dia kan kadal buntung, yang ekornya selalu tumbuh setelah kehilangan" Adisty tak mau kalah masih dengan hasutan iblisnya.
"maksudnya?" Dara bertanya bingung mengahadap Adisty yang sudah bertengger santai di hadapannya.
"udah jangan dengerin dia Ra, biasa orang belum move on ya gitu, nggak ada kerjaan selain ganggu orang yang lagi seneng" sahut Adimas mencegah Adisty untuk berkata yang tidak-tidak lagi tentang dirinya.
"halah... sok-sokan ngatain orang belum move on, emang situ udah? Nggak yakin gue kalau lo udah move on" Adisty tersenyum miring melihat Adimas yang mulai geram dengan perkatannya. Kena lo!
"kenapa emang kalau gue belum move on?!"
"waah... benarkan?!" Adisty kaget, ia tak menyangka Adimas akan menjawab seperti itu. Ia kira Adimas akan menyangkal perkataannya dan kembali mendebat dirinya.
"lo itu kenapa sih?! Lo aja deket-deket sama Dirga gue biasa aja, kenapa lo repot-repot ganggu gue?!" muka Adimas memerah, ia sudah geram dengan tingkah Adisty ini. Memangnya kenapa kalau dia belum move on?
"biasa aja lo bilang? Terus yang lo buka HP gue bales pesan Dirga yang aneh-aneh apa?"
"salah sendiri kunci HP lo mudah di tebak. Makanya kalau mau kasih kode HP itu yang pintaran dikit!"
"kok lo nyolot sih?" Adisty berkacak pinggang,senyum jahil yang sedari tadi bertengger di wajahnya kini hilang di gantikan dengan decakan lidah kesal.
"gue nggak nyolot ya, lo aja yang baperan. Di rayu dikit aja langsung hayok" Adimas tersenyum miring meremehkan.
"eh gue nggak gitu ya! Lo tu, di bisikin dikit aja langsung iya! Pikir dulu pakai otak! Bukan langsung main nabrak aja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Shrinking Violet
Dla nastolatkówAdimas Adisty. Nama itu,.... Bukankah terlihat familiar? Mereka berdua sudah mencoba untuk melupakan satu sama lain. Namun takdir masih tak mau berpisah dengan kisah mereka. Karena ego tinggi mereka, mereka tak bisa merasakan indahnya kebersamaan...