Pemimpin utama AR GRUP Adisty Felyn Adrian, diam-diam telah melaksanakan pertunangan. Pertunangan yang telah dilakukan ketika dirinya lulus sekolah menengah atas itu dilaksanakan secara tertutup, bahkan tak banyak media yang mengetahui. Pertunangan itu dikatakan dengan seorang pewaris tunggal perusahaan raksasa yang sekarang ini telah menjadi direktur utama dari AA GRUP, Adimas. Namun malam tadi, pihak Adisty menyatakan bahwa mereka sudah resmi berpisah. Akibat dari berita itu, saham perusahaan AR GRUP langsung meroket. Bagaimanakah tanggapan dari AA GRUP mengenai hal tersebut?
Adimas berdecih melihat berita itu, telinganya bahkan masih berdengung saat berita itu masih menjelaskan tentang hubungannya dengan Adisty. Dirinya tak bisa berkata apa-apa sekarang, matanya masih saja terfokus pada televisi yang menampilkan ayah Adisty, mencoba menjelaskan situasi mereka.
"mereka berpisah secara baik-baik. Tidak ada paksaan di sana"
"mungkin sudah satu tahun lalu mereka berpisah"
Sekali lagi Adimas berdecih mendengar itu.
"baik-baik? Satu tahun?" beo Adimas sembari menatap tajam televisinya.
"oke, akan aku tunjukan apa yang dimaksud baik-baik olehmu Adisty" desis Adimas dengan menekankan kata Adisty. Darahnya mendidih saat mendengar semua berita itu. Mereka sungguh cepat dalam bertindak, bahkan Adimas tak pernah terpikir bahwa mereka akan menempuh jalur ini.
Di sisi lain....
Adisty duduk dengan tangan memegang erat handphonenya, dia bahkan mengabaikan pramugari yang menawarinya makanan ataupun yang lain. Matanya masih terfokus pada berita di handphonenya.
"akhirnya sampai disini juga pertunangan kita" katanya lirih sebelum meletakan handphonenya membuang wajahnya menghadap pemandangan luar.
Adisty tak punya pilihan lain selain ini, jikapun ada ia akan tetap memilih jalur ini untuk menyelesaikannya. Karna inilah pilihan terbaik yang bisa ia buat. Lagipula tak ada ruginya juga, bahkan saham Adimaspun akan melonjak karena berita ini. Adisty yakin Adimas akan tersenyum puas melihat dirinya yang sekarang.
Adisty memejamkan matanya tatkala sebulir air matanya mulai keluar, tidak biasanya dia menitikan air mata hanya untuk suatu hal seperti ini. Jika Adimas bisa seperti itu terhadapnya kenapa dia tidak? Bahkan satu tahun sudah berlalu untuk hubungan tak pastinya. Adisty terhanyut dengan pikirannya sampai tak menyadari bahwa alam bawah sadar sudah menjemputnya.
Entah sudah berapa jam Adisty terlelap, hingga pramugari sampai membangunkannya. Adisty meminta maaf sebelum mengambil barangnya dan turun dari pesawat yang ia naiki. Seketika itu juga hawa dingin mulai menyergapnya. Dirinya lupa mengenakan pakaian hangat saat turun tadi.
Adisty mulai menghampiri orang yang sedang membawa namanya, kemudian menyerahkan semua bawaannya pada orang tersebut. Yang Adisty tau, orang itu akan bekerja dengannya, atau sudah bekerja di perusahaannya? Ntahlah Adisty tak peduli. Yang penting sekarang dirinya bisa segera sampai apartemennya kemudian mulai menyiapkan segala kebutuhannya untuk beberapa tahun kedepan. Dirinya akan masuk kantor mulai esok pagi, sekarang ia benar-benar lelah, setelah perjalanan tadi.
"kita langsung ke apartemen"
"baik nona"
Adisty bernapas lega, karna setidaknya dirinya bisa bahasa negara ini, meskipun tidak fasih. Berterimakasihlah pada semua film korea yang pernah ia tonton selama masa SMA dulu, karna itu dirinya nekat mempelajari bahasa korea.
"aaa kita mampir ke toko baju dulu, kurasa aku membutuhkannya nanti"
"baik nona"
Adisty turun dari mobilnya, memakai kacamata hitamnya sebelum keluar bersama dengan sopirnya tadi. Dirinya masih membutuhkan sopir itu untuk menunjukan jalan. Dirinya sedang tidak ingin tersesat sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shrinking Violet
Teen FictionAdimas Adisty. Nama itu,.... Bukankah terlihat familiar? Mereka berdua sudah mencoba untuk melupakan satu sama lain. Namun takdir masih tak mau berpisah dengan kisah mereka. Karena ego tinggi mereka, mereka tak bisa merasakan indahnya kebersamaan...