Adisty melangkah turun dari ranjangnya, berjalan mendekati meja riasnya.
"assss, sial" unpatnya tatkala melihat wajah sembabnya dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Kemudian melanjutkan jalannya menuju kamar mandinya, mulai membasuh muka sebelum melanjutkan ritual mandinya.
Setelah semalam penuh dirinya berdiam diri di kamar dengan tangis yang tak bisa berhenti, akhirnya Adisty mulai sadar jika dirinya memang jauh lebih baik untuk pria brengsek seperti Adimas. Dirinya akan berbicara kepada ayahnya terlebih dahulu nanti. Jika sampai berita ini muncul di berita, maka saham perusahaannya akan naik drastis, saat ini itu lah yang akan ia lakukan. Ia tak peduli dengan dampak seterusnya.
Mulai saat ini juga dirinya hanya akan fokus kepada perusahaan properti dan kosmetiknya. Hingga ada pangeran muncul dengan membawa berlusin-lusin bunga untuknya. Melamarnya langsung di kantornya, kemudian mengungkapkannya di hadapan publik. Mungkin itu akan membuat Adisty tersentuh dengan keberanian pangeran itu. Namun siapa yang mau merendahkan harga diri mereka hanya untuk bertingkah berani seperti itu? Dan itu belum tentu Adisty akan menerima mereka.
Adisty mulai berjalan menuju meja makan, senyumnya mengembang kala melihat keluarganya sedang bercengkerama sembari tersenyum.
"pagi semua"
"pagi sayang" jawab sang bunda dengan senyumnya.
"duduklah, kita makan sama-sama" lanjut ayah Adisty.
Adisty mengangguk kemudian duduk di sebelah bundanya. Mereka makan dengan tenang tidak seperti biasanya. Bahkan Aditya hanya terdiam sembari memakan makanannya tanpa sedikitpun berniat menggoda Adisty. Apa memang selama dua tahun Adisty tidak ada suasananya menjadi seperti ini?
"aku selesai, aku akan ke kamar dulu," kata Aditya sebelum beranjak meninggalkan meja makan. Naik ke lantai atas menuju kamarnya.
Setelah membantu membersihkan meja makan, Adisty segera melangkahkan kakinya menuju ruang kerja ayahnya. Dirinya harus segera memberitahu. Entah bagaimana hasilnya nanti, dirinya tak peduli.
Adisty mengetuk pintu dengan gugup sebelum membukanya perlahan,
"Adisty? Ada apa?" kata ayahnya saat melihat Adisty berjalan ke arahnya dengan senyum.
"ayah, aku ingin berbicara dengan ayah. Dan Adisty harap ayah mau memberitahu bunda nantinya"
"kenapa tidak kau saja yang memberitahu bunda mu itu?"
Adisty meringis sebelum menjawab, "Adisty tidak sanggup. Lagipula Adis yakin ayah pasti bisa membuat bunda mengeti"
Ayah Adisty menghela napasnya sebelum menyandarkan punggungnya santai, "baiklah, ada apa sebenarnya?"
"Adisty mau pertunangan Adis sama Adimas dibatalkan" kata Adisty tegas dengan sedikit menampilkan senyumnya.
Ayah Adisty menaikan sebelah alisnya, menatap putrinya heran, "apa ada yang terjadi di antara kalian?"
Adisty menghembuskan napasnya, "ayah, apapun masalah kami, itu tak ada kaitannya dengan ayah ataupun bunda. Terlebih aku dan Adimas juga sudah setuju untuk mengakhiri pertunangan ini. Kami yang menginginkannya ayah"
"dan kau pikir ayah akan menermanya begitu saja? Setelah selama ini kau terlihat sangat merindukan dia?" kata ayah Adisty ketus.
"ayah, Adisty mohon. Sekali ini saja turuti perkataan Adisty. Adisty mohon ayah" pinta Adisty lagi dengan mata yang sudah berkaca-kaca menatap ayahnya.
"ayah akan menurutinya jika kau mau menyebutan alasan yang sebenarnya Adisty" sekali lagi ayahnya berkata dengan tegas.
Adisty menghirup udara sebanyak-banyaknya sebelum mengatakan dengan hati yang sudah tak terbentuk lagi.
"Adimas akan segera menikah ayah. Dengan perempuan lain" dan perkataan lirih itu sukses membarengi air mata Adisty yang mulai mengalir.
Ayah Adisty hanya bisa diam mendengar perkataan putrinya, dia bisa melihat raut terluka di sana.
"dan Adisty mohon, jangan katakan alasan itu untuk memebritahu bunda ataupun media. Cukup katakan jika kami yang memang ingin berpisah" lanjutnya dengan wajah memohon.
Ayah Adisty menghembuskan napas, sebelum kembali menegakkan punggungnya, kemudian memegang tangan putrinya, so=eolah memberi dukungan untuk putrinya itu.
"Adisty, kenapa kau baru mengatakannya sekarang? Seharusnya kau langsung menyerah satu tahun lalu, mungkin akhirnya bukan seperti ini sayang"
Adisty tak menjawab, air matanya pun perlahan mulai berhenti.
"pertunangan kalian bahkan tidak tersebar di media. Jadi bagaimana bisa ayah memberitahu media kalian putus begitu saja?"
"tidak ayah. Dua tahun lalu, beberapa media datang ke pertunangan kami. Menurut ayah, kenapa saham ayah naik drastis saat aku dan dia selesai menjalani acara tunangan itu? Tidakkah itu mengganggu pikiran ayah?" kata Adisty sembari melepas tangan ayahnya.
"bagaimana kamu tahu tentang itu Adis? Bahkan waktu itu kita hanya mengundang orang terdekat saja"
"Adis tidak tau tepatnya, tetapi itu memamng benar. Jika ayah mencari nama Adisty maupun dia, maka akan muncul berita tentang hari itu. Oleh karena itu, Adisty mohon"
"Adisty, berita itu sudah lama, ayah yakin mereka sudah melupakan itu se-" perkataan ayah Adisty terpotong dengan ucapan tegas Adisty.
"tidak. Meskipun mereka melupakannya, mereka akan mencoba mengingat kembali jika berita Adimas akan menikahi anak seorang pengusaha besar di inggris. Jadi sebelum itu terjadi, Adisty mohon sama ayah, tolong umumkan selesainya pertunangan kami" jelas Adisty dengan nada lirih di akhir kalimatnya.
Dirinya tak bisa egois sekarang, Adisty harus segera bertindak sebelum harga dirinya habis tak tersisa.
"apa kau yakin akan baik-baik saja dengan itu? Bahkan perusahaanmu sudah menjalin kerjasama dengan Adimas Adisty"
"ayah tenang saja, kerjasama itu tak akan mempengaruhiku. Proyek itu akan aku alihkan semuanya kepada Prita, dan aku akan mebali ke perusahaan kosmetik ku di Korea" kata Adisty dengan senyumnya.
"kau baru tiba di sini Adisty. Bagaimana bisa kau ingin pergi lagi? Bahkan belum genap dua bulan kau di sini"
"ayah tenang saja, aku akan sering berkujung kemari. Besok Adisty akan berangkat, dan besok juga Adisty mau berita tentang pemutusan tunangan ini tersebar. Setidaknya dengan begitu, Adisty masih memiliki harga diri yang akan menemani setiap langkah Adis kedepannya" sekali lagi Adisty berkata dengan senyum lirihnya.
"Adisty ke kemar dulu ayah" setelah itu Adisty mulai meninggalkan kursinya, berjalan pelan menuju kamarnya. Tepat di sebelah Aditya. Adiknya.
"kakak tenang saja, setelah lulus SMA nanti, aku yang akan mengambil alih perusahaan kakak di sini, kau tak perlu khawatir. Lagipula satu bulan lagi Adit akan lulus SMA. Adit ambil kelas akselerasi" kata Aditya saat sudah berada di sampingnya. Ya Adiknya itu lagi-lagi menyusup ke kamarnya.
Aditya memang tidak pernah mengecewakan. Setidaknya itu yang saat ini membuat Adisty tersenyum bangga.
"kau memang adik yang baik"
"ya... dan hanya sampai kakak pergi saja aku akan jadi anak yang baik. Tidak setelah kakak kembali. Kakak pikir aku tidak ingin bermain dengan teman-teman ku?" Adisty kembali tersenyum saat menyadari sifat adiknya yang menyebalkan ini tidak akan pernah hilang bagaimanapun bentuknya.
SEPERTINYA AKU AKAN FOKUS MENYELESAIKAN CERITA INI DULU, SETELAH ITU BARU BISA FOKUS SEPENUHNYA DI CERITA THIS MY ANGEL.
SETELAH CERITA INI MENCAPAI 1K PEMBACA, AKU AKAN UP UNTUK PART TERAKHIR. JADI MOHON KERJASAMANYA YAA...
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTAR JUGA,
LOVE YOU
KAMU SEDANG MEMBACA
Shrinking Violet
Teen FictionAdimas Adisty. Nama itu,.... Bukankah terlihat familiar? Mereka berdua sudah mencoba untuk melupakan satu sama lain. Namun takdir masih tak mau berpisah dengan kisah mereka. Karena ego tinggi mereka, mereka tak bisa merasakan indahnya kebersamaan...