Tolong tinggalkan jejak dong...
Happy reading 😄
"Bunda.... "
Bunda Adisty langsung mematikan kompor di depannya, kemudian menolehkan kepalanya ke samping kanan. Matanya membulat saat tau siapa yang memanggilnya dengan senyum lebar di hadapannya itu.
"Adimas?!"Adimas langsung memeluk bunda erat. "bunda tau? Adimas kangen loh sama bunda"
"makanya kalau mau pergi, bilang sama bunda dulu! Dasar anak nakal!" kata bunda sambil melerai pelukannya.
"emang ya, mama kamu itu harus bunda kasih wejangan dulu, biar nggak suka culik anak bunda ini"
Adimas terkekeh mendengar itu, "mama Adimas itu mama asli Dimas loh bun"
"yang bilang mama kamu itu palsu siapa?! Dasar!"
Tawa Adimas pecah. Inilah yang ia suka dari bunda Adisty.
"kamu kesini naik apa?"
"naik motor bun"
"ya udah sana kamu tunggu di ruang tamu, bunda mau selesaiin masakan bunda dulu" kata bunda sambil memutar tubuh Adimas supaya segera keluar dari dapurnya.
"kalau mau langsung ke kamar Aditya juga boleh. Dia lagi asik main game. Anak itu sepertinya memang kecanduan game akut" lanjut bunda sambil kembali berkutat dengan kompornya.
"kalau ke kamar Adisty boleh nggak bun? " tanya Adimas kembali menatap bunda dengan tatapan jail.
"emang kamu berani sama Adisty? Kalau kamu berani sih gak papa. Toh juga Adisty lagi mode serigala sejak tiga hari ini" jawab bunda tenang, masih melanjutkan aksi memasaknya.
Adimas berdecak kesal mendengar jawaban bunda yang biasa biasa saja. Kemudian membawa kakinya menuju kamar Aditya.Ya... Tiga hari sudah Adimas pergi sejak insiden puncak kala itu. Tapi mau bagaimana lagi, toh juga semua sudah terjadi kan?
"bunda, udah dapat surat dari sekolah belum?" tanya Adimas saat teringat. Ia menghentikan langkahnya, kembali menoleh ke arah bunda.
"surat? Surat apa? "
"itu loh bun, surat pengumuman kelulusan"
"oh... Itu. Kemarin bunda udah dapat. Emang kamu belum? "
"belum. Kan kemarin Adimas nggak ada"
"makanya jangan ngilangan! Pengumuman kelulusannya dua hari lagi. Kamu jangan coba-coba berani kabur lagi Dimas! Mau bunda ikat kaki kamu?!"
"hahaha... Nggak kok bun, Adimas nggak akan pergi lagi setelah ini. Bunda tenang aja. Ya udah Adimas mau ke kamar Adit dulu, habis itu ke kamar Adisty" katanya dengan senyum merekah. Kemudian kembali membawa kakinya ke kamar Aditya.
Samar-samar Adimas mendengar bunda mengatainya. Ia hanya terkekeh mendengar itu. Rasanya sudah lama sekali Adimas tidak melihat bundanya itu mengatainya dengan sepenuh hati."Aditya!" seru Adimas sembari menolehkan kepalanya mengelilingi sudut kamar Aditya.
"di sini kak!"
Adimas langsung melangkahkan kakinya ke arah Aditya yang masih sibuk di pojo kamarnya dengan stik game. Sebelumnya ia menutup pintu kamar Aditya.
"nih kak, tangkap" ujar Aditya sambil melemparkan stik game ke Adimas. Kontan Adimas menangkapnya, kemudian duduk berjajar dengan Aditya.
"kalau sampai kakak kalah, beliin Adit game yang baru rilis kemarin! " nada setengah mengancam itu hanya ditanggapi kekehan Adimas, sebelum tangan Adimas bergerak mengacak rambut Aditya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shrinking Violet
Teen FictionAdimas Adisty. Nama itu,.... Bukankah terlihat familiar? Mereka berdua sudah mencoba untuk melupakan satu sama lain. Namun takdir masih tak mau berpisah dengan kisah mereka. Karena ego tinggi mereka, mereka tak bisa merasakan indahnya kebersamaan...