part 32. Awal yang baru

19 3 0
                                    

Adimas mulai bersiap, ia akan memulai hidup dalam kuliahnya. Ia bertekat untuk menyelesaikan ini semua dalam kurun kurang dari dua tahun. Ntah kenapa dirinya tak ingin lama lama berjauhan dengan Adisty. Tunangannya. Adimas mengulum senyumnya saat kata tunangan melintas di benaknya. Ia merasa jika ia lebih lama lagi berjauhan dengan Adisty, sesuatu yang buruk akan terjadi. Dan dirinya tak mau itu terjadi.

Adimas menghembuskan napas kuat. Ia akan memulainya sekarang. Dengan pasti, kakinya mulai melangkah memasuki universitas yang menampungnya itu.

"Adimas!" hingga suara yang tak lama ini ia dengar menghentikan langkahnya. Memaksanya berbalik, dengan menghembuskan napas jengah.

Sepertinya ia akan memiliki hambatan baru dalam hidupnya di sini.

"kita barengan yuk"

"kita beda arah"

"kata siapa, kita semua harus kumpul di lapangan bukan? Ayo"

Adimas hanya pasrah melihat tingkah Viona yang dengan seenaknya menggeret tangannya paksa. Ia tak ingin menghabiskan tenaganya untuk hal sepele seperti ini.

Namun Adimas tak sadar, jika hal yang di anggapnya sepele itu dapat menjadi boomerang bagi dirinya esok.

*****

"Hai, Dis. Mau bareng nggak? Lumayan ngirit ongkos" kata Evan dengan seringaian jailnya. Tentu ada maksud dari semua tindakannya ini.

Sedangkan Adisty hanya memutar bola matanya jengah. Sepertinya ia harus menjaga imannya kuat kuat. Jika Evan terus melunak kepadanya, ia tak bisa menjamin untuk kedepan.

Tapi ia harus menjaga janjinya dengan Adimas bukan? Mengingat dirinyalah yang membuat janji itu sendiri. Ah... Mengingat Adimas, kira kira bagaimana kabar dari tunangannya itu? Rasanya Adisty sangat ingin menghubunginya. Padahal baru tadi malam mereka telponan, tapi rasanya tak pernah cukup. Mungkin suasana seperti ini lah yang membuat banyak pasangan yang memilih berpisah karena jarak mereka yang tak dekat. Namun Adisty? Ia malah dengan bodohnya meminta untuk tetap berhubungan dengan Adimas. Biar bagaimanapun ia tetap percaya dengan tunangannya. Dan dirinya harus percaya.

"hei, gimana? " dan sekali lagi tanpa sengaja ia mengacuhkan Evan karena Adimas.

Adisty mengangguk, kemudian masuk dalam mobil Evan. Entah sejak kapan Evan memiliki mobil di sini, ia tak peduli.

Mereka berangkat dengan di iringi lagi all of you sepanjang perjalanan. Namun Adisty masih setia memandangi handphonenya. Benar. Adimas mengechatnya tadi.

Hingga tak terasa mereka sudah sampai di tempat tujuan mereka. Adisty mengucapkan terimakasih, sebelum keluar dari mobil Evan. Bagaimanapun juga Evan sudah membantunya.

"Adisty! "

Adisty berbalik, menatap heran Evan yang memanggilnya setengah berteriak.

"kita barengan" Adisty mengerjapkan matanya, sebelum gandengan di tangannya menyadarkannya. Evan menggenggam tangannya.

Adisty hanya bisa menghembuskan napasnya, toh juga ia belum mengenal seluk beluk kampusnya ini bukan? Jadi tak masalah bukan jika ia bersikap begini?

Masa bodo lah, yang penting dirinya bisa sampai di tempat tujuannya tepat waktu. Peduli setan dengan kata orang.

Kini mereka sudah berkumpul di Aula, memulai pembukaan acara ospek. Mulai dari sambutan rektor, dosen, hingga ketua ospek. Lewat jam dua belas siang acara itu baru selesai. Adisty segera beranjak dari sana. Ia sudah tidak betah dengan keramaiannya. Ia tak peduli tentang semua orang yang masih di sana hanya sekedar untuk kenalan ataupun sekedar memandangi anggota-anggota ospek.

Shrinking VioletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang