Angin mulai berhembus kencang, dahan-dahan pun mulai berjatuhan. Sekarang tetesan tetesan air mulai turun. Bulanpun mulai hilang tertutup mendung. Sepertinya alam tak memihak malam ini.
Adimas mendesis saat melihat ke luar, "aisshh... Hujan lagi"
"gue nggak mau tanggungan ya... " suara di sebelahnya itu membuat Adimas melirik sinis ke arah gadis yang sedang sibuk dengan handphonenya.
Belum sempat Adimas membalas perkataan Adisty, bunda Adisty sudah menyelaknya.
"Adimas di luar hujan deras, sepertinya juga di sertai angin. Bahaya kalau kamu pulang"
"terus Adimas gimana tan? Udah tadi nggak bawa jas hujan pula"
"kamu nginep sini aja malam ini, lagian juga besok hari minggu. Jadi nggak ada yang perlu di khawatirkan"
Adisty mendelik tak suka mendengar celetukan dari sang bunda.
"nggak bisa gitu dong bun, di sini udah nggak ada kamar lagi"
"Adimas tidur bareng Aditya, Adisty. Lagian kamu mau tanggung jawab kalau Adimas sakit besok?"
Adisty memberenggut.
"aduh... Adim nggak enak tan. Lagian juga mami Adim ntar nyariin Adim"
"nggak usah khawatir soal mami kamu. Tadi bunda udah minta ijin ke mami kamu. Jadi nggak ada masalah"
Adimas melongo. Bagaimana bisa bunda Adisty ini menelpon maminya, sedangkan hujan saja baru beberapa menit lalu. Emang the power of emak-emak itu nggak bisa di ragukan.
"ya udah... Tidurnya jangan malam-malam ya, belajar boleh. Tapi istirahat juga perlu. Jangan sampai kalian sakit hanya karena begadang liatin tulisan itu. Bunda tinggal ya... "
Setelah kepergian bunda Adisty, Adimas masih sibuk dengan lamunanya. Hingga sebuah jitakan mendarat dengan mulus di kepalanya.
"aww... Sshh.. " Adimas melirik tajam ke Adisty yang sedang menatapnya datar.
"seneng kan lo bisa tidur se atap sama gue?!"
"apaan sih, siapa juga yang seneng" jawab Adimas sembari mengusap jidatnya.
"secara lo kan deketin gue terus akhir-akhir ini. Tapi jangan harap gie mau balikan sama lo!"
"heiii... Denger ya nona Adisty, gue emang mau ngajak lo balikan. Tapi itu dulu! Sekarang gue tau kalau lo belum bisa lepasin Dirga. Jadi puas-puasin aja sana! Jangan bawa-bawa nama gue lagi!"
Tiba-tiba senyum terbit di wajah Adisty. Mendadak ia jadi bahagia."jadi ceritanya lo lagi cemburu sama Dirga terus ngambek nggak mau ngomong lagi sama gue nih?" balasnya dengan nada menggoda.
"paan sih?! Siapa juga yang cemburu?! Emang gue siapa lo sampai cemburu segala! Makanya jadi orang itu jangan suka ke geer" bela Adimas sembari meringkasi buku-bukunya.
"heleh... Tinggal ngaku iya aja susah banget. Gimana mau ngaku kalau masih cinta sama gue"
Adimas kini benar-benar marah dan gemas pada gadis di hadapannya ini. Ingin sekali Adimas menarik pipi cubby di hadapannya ini sekuat tenaga. Kemudian menarik hidung gadis tersebut supaya berhenti untuk mengeluarkan kata-kata aneh pada dirinya.
"kak Adim! Ayo main PS! "
Senyum Adimas terbit. Ia segera beranjak meninggalkan Adisty, melangkah memdekati Aditya.
"Hei! Gue belum selesai bicara sama lo Dimas!"
Adimas tergelak mendengar semprotan Adisty. Ia terus melangkah ke kamar Aditya, menghiraukan Adisty yang sedang mencak-mencak karena ditinggal dengan buku yang masih berserakan.
"tadi aku main nggak ada yang bisa ngalahin, jadi nggak seru" Aditya mulai berceloteh setelah kembali memegang stick.
"oh ya? Kamu nggak belajar?"
Aditya menggeleng. Dirinya sudah fokus memilih game yang akan ia mainkan.
"nggak takut di marahin Adisty apa? Dia kalau ngamuk kan jadi piring terbang semua"
"gampang. Ntar tinggal bilang, dia aja berduaan mulu sama kak Dirga"
Adimas berhenti sejenak dari aktivitasnya, memandang Aditya yang masih sibuk dengan sticknya.
Ia menghembuskan nafas, sebelum ikut duduk di samping Aditya."siap?! "
Aditya tersenyum menantang. Kemudian mereka mulai sibuk bermain.
*****
Pagi tiba, namun tidak dari kedua anak tersebut menandakan jika mereka akan bangun dari ranjang yang sudah tak berbentuk itu. Stick game tadi malam pun masih berserakan di bawah sana. Hingga seciprat air yang mengenai wajah mereka membuat mereka mengerang kesal sebelum perlahan membuka mata mereka.
Adimas mendesis "aish... Apa-apaan sih Dis!"
"lo tu yang apa-apaan. Udah tau numpang di rumah orang, masih aja males-malesan. Nggak tau sopan santun banget"
Aditya tak bergeming sebelum sebuah jitakan mendarat di jidatnya membuat ia mengumpat kecil. Hal itu justru membuat Adimas terkekeh. Sungguh interaksi adik dan kakak ini tak bisa di elakkan.
"kakak apa-apaan sih?! Ngapain bangunin Adit sepagi ini!"
"pagi?! Hei, ini bahkan sudah hampir jam delapan Ditya!" omel Adisty. Ia menghela nafas sebelum melanjutkan. "kalian berdua! Cepat turun, kita sarapan bersama. Kalau telat lima menit saja, jangan harap ada makanan tersisa di meja makan!"
Adimas melongo mendengar titah Adisty. Sedangkan Aditya lebih memilih beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi. Ia sungguh kesal dengan kakaknya pagi ini.
***
"Adimas gini aja terus sama Adisty belajar barengnnya. Besok malam datang lagi ya... Awas kalau nggak datang" Ancam bunda Adisty dengan selingan gurauannya.
Adimas meringis, "aduh... Liat besok deh tan, kalau PR nggak numpuk Adimas pasti datang"
Adisty berdecih tak suka sebelum beranjak dari teras, kembali menuju kamarnya.
Adimas melirik sebentar, namun setelah tak melihat punggung Adisty ia kembali menghasap bunda Adisty, "ya udah Adimas balik dulu ya tan, makasih atas sarapannya"
Bunda Adisty hanya mengangguk sembari memperhatikan Adimas yang mulai menjauhi rumahnya. Kemudian berjalan menghampiri Adisty yang sudah stay di depan tv dengan cemilan di tangannya.
"kamu itu ya Dis, belajar bareng aja harus maksa dulu baru berangkat. Udah minta belajar barengnya maksa Adimas lagi"
Adisty berdecak, "apaan sih bun, kan yang maksa bunda bukan aku"
"bunda lakuin itu juga biar kamu belajar"
"emang Adis selama ini nggak belajar apa? Bunda aja tuh yang cari-cari kesempatan buat deketin aku sama Adimas lagi. Ya kan?"
"haduuhhh... GeErnya anak bunda, siapa juga yang mau deketin kamu sama Adimas lagi! Kalaupun kamu mau, bunda nggak yakin Adimas mau lagi sama kamu."
Adisty mendesis sebal. Ia tak mau berdebat dengan bundanya hari ini. Terlebih ia baru bisa beristirahat, setelah sekian lama ia pulang telat terus gegara belajar bareng satu kelas.
**********************************
Vote sama komennya masih ditunggu yaaa....Aku setia menunggu kok. Jangan takut buat komen buruk!!! Justru itu yang aku butuhkan untuk menilai seberapa bagus ceritaku.
Tanks buat yang udah baca 😍😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Shrinking Violet
Teen FictionAdimas Adisty. Nama itu,.... Bukankah terlihat familiar? Mereka berdua sudah mencoba untuk melupakan satu sama lain. Namun takdir masih tak mau berpisah dengan kisah mereka. Karena ego tinggi mereka, mereka tak bisa merasakan indahnya kebersamaan...