Adimas berdecak melihat pemandangan di depannya. Dirinya tidak rela jika Adsity menggunakan gaun yang sangat memperlihatkan punggung mulusnya, bahkan dengan belahan di atas lututnya itu, ingin segera Adimas robek dan mebawa Adisty ke kamarnya. Gaun berwarna biru cerah itu sukses membuat amarah serta napsu Adimas bangkit.
"ck, apa Kamu tidak memiliki gaun yang lain lagi bee?" kata Adimas kesal sembari bergerak mendekati Adisty berada.
"ayolah Adimas, ini sudah gaun ketiga yang kau tak suka" rajuk Adisty, dirinya sudah lelah bolak-balik mengganti baju.
"tapi ini sungguh mengumbar milik aku Adisty"
"lalu aku harus memakai apa Adimas? Apa aku harus mengguankan gamis? Itu tidak lucu Adimas"
"pasti ada satu baju di lemarimu yang bisa kau gunakan tanpa mengumbar semua milikku" kata Adimas sembari merangkul pinggang Adisty, membela lembut di sana.
Sungguh Adimas sudah mati-matian menahan hasratnya.
Adisity memandang mata Adimas sejenak, mendapati jika Adimas sedang menatapnya lembut penuh sayang. Baiklah, Adisty akan menuruti Adimas kali ini. Anggap saja dirinya membayar tingkahnya yang selama ini kekanak-kanakan.
"baiklah, aku kan menggantinya. Tapi kau yang memilihkan, aku tidak mau jika nanti aku yang memilih, kau kembali menolaknya" kata Adisty sembari membelai pipi Adimas. Dirinya benar-benar sudah jatuh ke dalam lelaki di pelukannya ini.
Adimas tersenyum mendengar jawaban Adisty. Dirinya benar-benar bahagia sekarang.
"oke. Ayo kita segera memilihkan baju untuk kau pakai. Aku tidak mau Viona kembali mencercaku karena teat datang" kata Adismas sebelum mereka berjalan kembali ke walk in closet Adisty.
Ya... memang mereka akan mendatangi pesta pernikahan Viona dan Aroon. Mereka menikah lebih cepat dari yang dibicarakan terakhir kali. Dan Adimas juga ingin sekali membawa Adisty ke altar secepatnya. Dirinya tidak ingin Adisty pergi lagi seperti sebelum-sebelumnya. Tidak lagi.
"apa semua gaunmu memang harus menampakan tubuhmu?" kata Adimas kembali kesal saat melihat isi walk in closet Adisty.
"aku rasa meraka semua tidak sejelek yang kau katakana Adimas. Ini memang gaun yang harus aku gunakan saat ada pesta dengan clain ataupun acara lainnya. Aku tidak mungkin menggunakan gamis di acara seperti itu" jelas Adisty.
Adimas mengusap tengkuknya, berpikir gaun mana yang sekiranya cocok untuk Adisty pakai malam ini. Tanpa mengumbar tubuh Adisty. Dirinya tidak suka itu. Membayangkan Adisty akan dilihat dan jadi fantasi orang lain saja Adimas enggan.
Adimas mengambil gaun berwarna dark blue saat dilihatnya gaun itu lebih baik dari pada gaun yang saat ini dipakai Adisty.
"hmmm, yang ini saja. Sepertinya ini lebih baik daripada yang kau pakai saat ini" kata Adimas sembari menyerahkan gaun dark blue tersebut kepada Adisty.
Adisty mengerutkan dahinya sebentar, namun akhirnya tetap menerima gaun yang Adimas berikan. Adisty akan memakainya. Toh juga ini adalah pilihan Adimas sendiri, jadi dirinya tidak bersalahkan.
Setelah beberapa saat mengganti bajunya, akhirnya Adisty keluar menghampiri Adimas yang kini sedang memandangi handphonenya.
"baiklah, ayo kita berangkat sekarang" kata Adisty menyadarkan Adimas.
Adimas mendingakkan kepalanya mengahdap Adisty, memandangi Adisty dari rambut sampai ujung kuku. Dirinya takjub melihat keindahan Adisty, Adimas jadi bangga dengan pilihannya. Seleranya memang yang terbaik.
Namun dahinya kembali berkerut saat melihat belahan gaun itu tepat berada di paha Adisty hingga ke ujung kaku, belahannya terdapat di samping, sehingga saat Adimas memilih gaun tadi, belahan itu tidak terlihat. Sepertinya gaun yang berada di lemari Adisty harus Adimas kunci rapat-rapat.
"ck, kenapa ada belahan sepanjang itu"
"ini yang terakhir kalinya Adimas. Jadi ayo kita berangkat. Aku yakin jika Viona akan jauh lebih cantik daripada aku. Secara ini kan acara pernikahannya. Bagaimana mungkin dirinya tidak lebih cantik daripada aku. Jadi, kau tak perlu khawatir" jelas Adisty mencoba meyakinkan Adimas. Terlebih jika dirinya kembali mengganti gaunnya, Adisty yakin mereka akan telat ke acar Viona hanya karena tingkah tidak jelas Adimas.
"oke, kali ini akan aku biarkan. Baiklah ayo kita berangkat" final Adimas kemudian merangkul pinggang Adisty posesif, berjalan menuju mobil mereka.
Adimas dan Adisty memang memutuskan untuk tinggal bersama setelah perseteruan mereka selesai. Orang tua mereka juga sudah tau mengenai masalah salah paham berkelanjutan mereka. Dan ini sudah satu bulan mereka tinggal bersama semenjak kejadian di kantor Adisty sebulan yang lalu.
Adisty bisa setuju jika mereka tinggal bersama juga karena keinginan bunda dan ayahnya. Dan jangan lupakan adiknya yang menjadi sandera ayah dan bundanya. Sehingga Adisty kalah jumlah saat ingin menolak permintaan Adimas. Mereka memang tinggal bersama, namun tetap di kamar yang berbeda.
Mereka juga masih di negeri gingseng. Mengingat Adisty yang sekarang mengurus perusahaan di sini. Sehingga Adimas dan orang tuanya harus menunda keinginan mereka untuk kembali ke tanah air, setidaknya sampai pemindahan pusat perusahaan Adisty ke Indonesia selesai.
Adisty dan Adimas akhirnya sampai di tempat pesta pertunangan Viona. Sedikit telat memang, tapi masih bisa untuk dimengerti Viona.
"aku rasa kalian tadi tidak akan datang karena takut Adimas akan kembali masuk surat kabar bersama ku sebagai pengantin prianya" kata Viona saat Adisty dan Adimas sudah berada di hadapannya.
"ku rasa media tidak akan berani menampilkan berita itu, mengingat siapa orang yang kini berada di samping mu" balas Adisty sembari tersenyum manis kearah Viona dan Aroon.
"aku juga tidak akan membiarkan itu terjadi miss, aku akan pastikan memblokir media itu jika mereka berani menampilkan berita tak jelas asal-usulnya itu" balas Aroon tak mau kalah.
"aku rasa juga Adimas tidak akan membiarkan itu terjadi untuk yang kedua kalinya. Bukan begitu Adimas?" lanjut Aroon dengan nada menggoda kearah Adimas.
"ya... kau memang tahu betul diriku Aroon" balas Adimas sembari memutar bola matanya. Dirinya gemas sendiri saat mengingat kejadian dulu.
"sudahlah, lebih baik kalian nikmati pesta malam ini, masih banyak yang ingin bersalaman dengan kami. Dan kalian, jangan sampai kalian berdua membuat keributan di pestaku. Jika tidak, aku akan balas dendam di pesta kalian nanti" kata Viona gemas melihat Adimas yang sedari tadi tidak ingin melepaskan Adisty barang sedetikpun.
"baiklah, kalau begitu, kami akan menikmati pestanya. Dan jangan salahkan kami jika kamu mengambil alih lantai dansa kalian" kata Adimas sebelum meninggalkan Viona dan Aroon. Membiarkan mereka berdua kembali menyambut tamu lainnya.
Adimas segera mengajak Adisty ke tempat duduk mereka. Beristirahat disana sembari memperhatikan lantai dansa yang tidak begitu banyak orang disana.
Adimas melirik Adisty sekilas, kemudian berkata,
"kamu ingin berdansa bee?" Tanya Adimas sembari tersenyum manis kearah Adisty.
Adisty tersenyum simpul, "tentu saja" balas Adisty tak kalah senang.
*Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H semuanya...
Mohon maaf lahir dan batin,
Tetap di rumah saja yaa, jangan salam-salaman dulu...
Sebisa mungkin kita ikut mencegah penyebaran COVID 19 agar tidak meluas penyebarannya...
Jangan lupa vote dan komentarnya yaa...
Luv you
KAMU SEDANG MEMBACA
Shrinking Violet
Teen FictionAdimas Adisty. Nama itu,.... Bukankah terlihat familiar? Mereka berdua sudah mencoba untuk melupakan satu sama lain. Namun takdir masih tak mau berpisah dengan kisah mereka. Karena ego tinggi mereka, mereka tak bisa merasakan indahnya kebersamaan...