Lagi lagi Adisty telat hari ini. Kini ia sedang beradu mesra dengan lantai koridor. Salahkan adiknya, Aditya yang mengajaknya main PS sampai jam 2 pagi. Ya siapa yang nolak kalau di ajak buat main begituan, kan itung itung buat ngibur diri. Bundanya juga nggak ngebangunin dia tadi, mungkin lelah kali koar koar tiap hari tapi nggak di gubris sama anaknya.
Tapi kali ini meskipun ia di hukum, ia tak merasa keberatan sama sekali. Karena nggak ada Adimas hari ini. Jadi Adisty dapat Menyelesaikan hukumannya dengan tenang tanpa ada yang merecoki. Mengingat itu Adisty jadi terkekeh sendiri.
"Adisty, waktu kamu tinggal lima belas"
"iya iya bu... Ini juga udah mau kelar"
Hingga ia mengernyit heran karena melihat seperti alas kaki yang bercap tanah liat di daerah yang ia pel tadi.
"aduuhhh... Maaf ya bu, saya nggak telat hari ini, jadi ya ibu jangan kangen saya oke?"
Iapun mulai menaikkan arah pandangnya mendengar perkataan itu,
Kampret!
Lagi lagi Adimas biang keroknya. Bagaimana bisa dia berjalan tanpa dosa di atas lantai yang baru saja Adisty pel dengal alas kaki penuh lumpur seperti itu.
"ADIMASSS!!!! lo sengaja ya?! Bersihin nggak!!" serbu Adisty murka yang langsung menyerang Adimas dengan tongkat pel nya.
Memukuli Adimas dengan membabi buta. Ia tak peduli lagi kalau masih ada bu Riris di sini.
"aduh aduh... Woy... Berhenti, sakit ini aduh... "
"ihh... Nggak bakal sebelum lo bersihin lantai yang lo pijak!" pekik Adisty tak mau kalah, masih dengan memukuli Adimas.
Hingga pukulannya berhenti saat ia merasa ada yang menarik telinganya.
"bagus yaaa... Berantem aja terus sampe Syahrini nikah!" kata bu Riris sembari menjewer telinga Adisty maupun Adimas.
Ia sudah gemas sekali dengan dua anak didiknya ini. Dimanapun mereka bertemu, pastiii aja ada ulahnya.
"aduh buu... Kalau ibu nyuruh gitu, ngapain malah jewer kita bu! Sakit ini bu!"
"kamu ini ya... Di bilangin malah ngelawan! Udah hukuman kalian berdua ibu tambah! Habis bersihin ini, bersihin aula utama!"
"ih... Kok gitu sih bu, kan Adimas yang ngerusuh, ngapain saya ikut juga!" protes Adisty tak mau kalah.
"emang kamu nggak ngerusuh dengan mukulin Adimas sambil jerit jerit tadi?"
"aduh aduh.... Iya iya bu! Tapi lepasin dulu ini jewerannya ntar orang ngira ibu nganiaya kita loh, ibu mau masuk penjara? "
"penjara penjara jidatmu! Udah sana bantu Adisty ngepel dulu! Abis itu bersihin aula!" titah bu Riris sesudah melepaskan jewerannya.
Adisty hanya menghela nafas kesal, ia harus mulai dari awal lagi untuk ngebersihin koridor ini. Padahal tadi tinggal seperempatnya doang. Gegara Adimas ia harus mengulanginya lagi. Ini nih yang ia benci dari Adimas, selalu saja merecoki hidupnya nggak masalah hukuman, pelajaran, ataupun pulang sekolah. Maunya dia itu apa sih?!
"heh! Ngapain bengong mulu! Cepetan kita bersihinnya! Emang lo mau jadi tontonan kalau nggak bersih bersih nih tempat!" Adisty mendelik kesal mendengar perkataan Adimas. Memang siapa yang bikin semuanya ribet?
"ini semua juga gara gara lo! Kalau lo nggak ngotorin lagi ni tempat dengan sepatu lo yang banyak lumpur itu, gue pasti udah masuk kelas sekarang!"
Adimas hanya diam dan mulai mencelupkan kain pel nya ke dalam air, memulai hukumannya dengan tenang. Kalau ia menanggapi ocehan gadis di sebelahnya ini, hukumannya yang ada nambah banyak. Dan mereka mungkin nggak bakalan masuk kelas hari ini. Baginya tak sulit Menyelesaikan semua hukuman yang ia dapat asalkan Adisty diam. Inilah mengapa ia sering mengatai Adisty Mak Lampir. Nyerocos terus nggak ada remnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Shrinking Violet
Teen FictionAdimas Adisty. Nama itu,.... Bukankah terlihat familiar? Mereka berdua sudah mencoba untuk melupakan satu sama lain. Namun takdir masih tak mau berpisah dengan kisah mereka. Karena ego tinggi mereka, mereka tak bisa merasakan indahnya kebersamaan...