Semua orang menunduk hormat tatkala Adimas memasuki perusahannya. Dirinya sedang kesal sekarang, jadi siapapun yang menghalangi jalannya maka detik itu juga harus rela dipecat.
"siapkan berkas kerjasama dengan AR GRUP" kata Adimas sebelum sampai di ruangannya.
"baik tuan"
"jangan lupa untuk membacklis semua media yang menyebut namaku dalam berita Adisty" jawab sekretaris Adimas.
"akan saya tangani tuan"
Adimas segera melepas jasnya saat sudah sampai di kursinya. Sungguh Adimas ingin sekali memarahi semua orang yang berhubungan dengan semua ini. Bahkan orang tuanya syok mendengar berita ini. Adisty sialan!
"tuan, ini berkasnya"
Adimas segera mengambilnya, membaca ulang dengan teliti. Bagaimana bisa dirinya kalah begitu saja. Dan bagaimanapun caranya, dirinya akan membuat mereka mempertanggungjawabkan semua kekacauan ini.
Baru saja dirinya membaca setengahnya, handphone Adimas berdering. Adimas melirik sekilas, sebelum mengangkatnya.
"ada apa?"
"tuan, apakah anda ada waktu hari ini, jika ada saya akan menyempatkan diri ke sana untuk membahas proyek ini" kata Prita sopan. Yaaa yang menelponny adalah sekretaris AR GRUP
Adimas mengangkat sebelah alisnya sebelum menjawab, "datanglah jam sepuluh nanti"
"baik tuan"
Setelah mendengar jawaban itu Adimas segera memutus sambungan mereka sebelum melempar kembali handphonenya di meja.
"sekretaris AR GRUP akan kemari nanti, jadi sipakan semua berkas yang bersangkutan dengan ini. Aku tak ingin kalah dari mereka" kata Adimas sembari meletakkan kembali berkas yang dibacanya tadi.
"baik tuan"
Segera sekretaris Adimas pergi meninggalkan ruangannya. Sedangkan Adimas sendiri kembali berkutat dengan semua dokumen di atas mejanya. Dirinya akan mengurus media nanti.
Prita menghembuskan napas panjang sebelum menginjakkan kakinya di lobi perusahaan Adimas. Dirinya tidak tau harus berkata seperti apa lagi nanti jika sekali lagi Adimas menolak negoisasinya. Sungguh dirinya tak ingin mengganggu nonanya lagi, namun mau bagaimana lagi?
"silakan nona, Anda sudah ditunggu"
"terimakasih" jawab Prita sopan.
Sekarang di sinilah dirinya berada, di depan Adimas yang sudah duduk di sofa ruangannya. Prita bahkan bisa melihat semua dokumen yang sudah dipersiapkan disana.
"silakan duduk nona. Kita akan langsung membahasnya, karna saya punya beberapa urusan setelah ini" kata Adimas mempersilakan. Segera saja Prita duduk. Karna jujur saja dirinya juga punya urusan lain selain ini. Dasar!
"ini adalah rancangan nona tuan, saya yang disuruh untuk memberikannya kepada Anda"
"bukankah seharusnya dia sendiri yang menyerahkannya. Saya juga perlu untuk berbicara padanya"
"maaf tuan, tapi nona tidak bisa di ganggu saat ini. Beliau memiliki masalah dengan beberapa cabangnya"
"dan apapun itu saya tidak peduli"
"meskipun seperti itu, tolong lihatlah dulu rancangan nona"
"ck, kau bisa saja menipuku miss, kau bisa saja menukarnya dengan milik orang lain. Lagipula sudah tertera di kontrak bahwa Adisty sendirilah yang akan menyerahkan dan menjelaskannya padaku, di dampingi oleh Anda. Bukan digantikan oleh Anda miss" Adimas masih saja mencari celah. Dirinya masih kukuh dengan pikirannya.
"tetapi dalam keadaan mendesak saya yang akan menggantikan nona tuan"
"lalu keadaan mendesak apa itu?"
"itu urusan perusahaan kami tuan. Anda tak diperkenankan untuk mengetahuinya" balas Prita sembari tersenyum. Sepertinya dirinya akan menang kali ini.
"oke. Kalau seperti itu, saya tak bisa menerima rancangan ini nona. Saya ada urusan lima menit lagi, kau ingin tetap di sini apa kembali ke kantor Anda?" kata Adimas sembari melirik jam tangannya.
Prita mendengus kesal, dirinya tak menyangka jika orang di hadapannya ini sungguh keras.
"saya akan kembali tuan. Dan tolong pertimbangkan rancangan ini, saya akan meninggalkanny adi sini. Permisi" final Prita sebelum keluar ruangan Adimas dengan perasaan kesal luar biasa. Pantas saja nonanya tak ingin meneruskan hubungan mereka. Dan sekali lagi terpaksa dirinya harus meminta bantuan Adisty.
Sedangkan Adisty sendiri sudah disibukkan dengan semua dokumen satu tahun lalu. Dirinya harus meninjau ulang yang terjadi satu tahun lalu hingga kini. Karna sudah cukup lama dirinya tak berada di perusahannya ini. Adisty harus memuji sekretarisnya yang disini karna fasih berbahasa inggris, karna dirinya tak begitu lancar berbahasa negara ini.
"mam, ini berkas bulan lalu. Dan ini rancangan untuk peluncuran produk bulan ini"
Adisty menghembuskan napas lelahnya sembari melepaskan kacamatanya saat mendengar perkataan sekretarisnya.
"taruh saja. Aku akan memerikasanya nanti"
"sure mam"
Adisty kembali menggeram tatkala handphonenya kembali berbunyi. Itu telepon dari Prita.
"ada apa lagi Prita?" kata Adisty dengan nada lelah.
"sekali lagi maaf mengganggu waktu nona"
"jika kau tau itu maka langsung katakan saja ada apa"
"pihak AA GRUP kembali menolak nona. Sekarang apa yang harus saya lakukan?"
"Adimass..." geram Adisty. Dia menghembuskan napas sembari memijat pangkal hidungnya saat mengerti maksud dari mantan tunangannya itu. Dirinya sungguh lelah sekarang.
"berikan aku kontak mereka, biar aku sendiri yang menanganinya"
"apa tidak apa-apa untuk nona?" kata Prita khawatir.
"ya. Kirimkan aku kontak mereka. Aku harus memeriksa banyak berkas di sini. Jangan ganggu aku lagi"
"baik nona"
"dan pastikan Aditya belajar dengan benar"
"tentu nona"
Setelah itu Adisty memutuskan sambungan mereka. Dirinya akan istirahat terlebih dahulu, untuk berkas-berkasnya akan ia kerjakan nanti. Toh juga dirinya yang berkuasa di sini. Namun sebelum itu, Adisty harus memastikan tak akan ada yang mengganggunya. Dirinya segera mendial nomor sekretarisnya yang baru.
"Do Ra, jangan biarkan siapapun masuk ke dalam ruanganku hingga sore nanti"
"sure mam"
Adisty segera merebahkan tubuhnya saat mendengar kesanggupan sekretarisnya. Masa bodoh dengan deadline.
DOUBLE UP DATE YAA...
JANGAN BOSEN UNTUK STAY DI CERITA INI
HOPE YOU LIKE IT
VOTE DAN KOMENTARNYA DITUNGGU
KAMU SEDANG MEMBACA
Shrinking Violet
Fiksi RemajaAdimas Adisty. Nama itu,.... Bukankah terlihat familiar? Mereka berdua sudah mencoba untuk melupakan satu sama lain. Namun takdir masih tak mau berpisah dengan kisah mereka. Karena ego tinggi mereka, mereka tak bisa merasakan indahnya kebersamaan...