Adisty menggerutu sepanjang hari, bagaimana tidak jika seharian penuh Adimas terus saja merecokinya dengan berbagai hal tentang proyek yang akan mereka laksanakan. Enteh itu hal kecil sekalipun akan dibuat Adimas menjadi panjang, bahkan satu jam saja tidak menyelesaikan hal kecil tersebut.
"maaf sir, tapi saya rasa pertemuan hari ini harus saya akhiri" kata Adisty dengan geram.
"benarkah? Apakah sudah waktunya pulang kerja?" balas Alvin sembari melirik jam tangannya.
"bukan masalah jam pulang sir, tapi setelah ini saya ada janji lain. Saya tidak sibuk dengan Anda saja, melainkan juga dengan klien saya yang lain"
"kalu begitu batalkan saja. Saya yang akan mengganti kerugiannya" balas Adimas enteng.
Adisty mendengus sebelum berkata, "sepertinya kau terlalu menggampangkan semuanya sir"
"jika aku bisa kenapa tidak miss?" sekali lagi Adimas menjawabnya dengan nada menyebalkan.
Adisty sudah tidak tau lagi harus berkata apa, kesabarannya sepertinya sudah habis menghadapi Adimas. Hingga deringan ponselnya mengalihan perhatian Adisty maupun Adimas. Adisty mengangkatnya sembari menjauh dari Adimas, melihat pemandangan kota dari balik kaca ruangannya.
"iya sir"
"......."
Adisty menghela napas menyesal, "maaf sir, mungkin hari ini aku tak bisa memenuhi janji kita tadi siang"
"........."
"ahh... itu karena pekerjaanku belum selesai"
"............."
"seandainya bisa saya tunda sir, tapi besok harus sudah selesai sir, dan aku lupa akan hal itu"
".............."
"akan aku kabari setelah pekerjaan hari ini selesai sir"
".............."
"baik, terimakasih. Kau baik sekali sir"
"..............."
"baiklah aku tutup dulu"
Setelah mengakhiri telponnya, Adisty segera berjalan kembali kearah Adimas, mencoba untuk bersabar kembali.
"kau lihat sendiri bukan sir, jika urusan saya bukan hanya dengan anda saja"
"ku rasa tidak seperti itu miss"
"melihat dari percakapanmu tadi, kau lebih terlihat seperti meminta maaf kepada kekasihmu karena tidak bisa memenuhi ajakan makan malamnya"
Adisty mendengus kesal, "Anda terlalu percaya diri sir. Dan jikapun iya, itu juga bukan urusan anda" balas Adisty tajam.
"tentu saja itu menjadi urusanku miss, kau tau aku masih tunanganmu bukan"
Adisty menghela napas sebelum meletakan bolpoinnya, menyenderkan tubuhnya pada sandaran sofa.
"kau seharusnya tau sir, jika kita sudah tak memiliki hubungan apapun lagi"
"aaahhh... bukankah berita tadi pagi sudah jelas untukmu Dis?" balas Adimas gemas.
"kurasa kau yang belum jelas dengan pernyataanku tempo hari Adimas" kata Adisty tak kalah kesal.
"bukankah pernyataan terakhir itu yang selalu benar miss"
Adisty menghembuskan napas lelahnya, "sudahlah, terserah kau saja. Aku menjelaskannya dengan panjang lebar pun kau tak akan pernah mendengarkanku" final Adisty.
"kau yang tak pernah mendengarkanku Adisty" balas Adimas sembari melangkah mendekat kea rah Adisty, kemudian duduk di samping kanan Adisty.
"kau bahkan langsung membuat pengumuman konyol itu tanpa memberitahuku" lanjut Adimas setengah menggeram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shrinking Violet
Novela JuvenilAdimas Adisty. Nama itu,.... Bukankah terlihat familiar? Mereka berdua sudah mencoba untuk melupakan satu sama lain. Namun takdir masih tak mau berpisah dengan kisah mereka. Karena ego tinggi mereka, mereka tak bisa merasakan indahnya kebersamaan...