Malam telah berlalu, meninggalkan setitik embun di setiap rerumputan. Mentaripun tak mau kalah dengan mulai menampakkan dirinya, menunjukkan jika ialah yang akan berkuasa pada dua belas jam ke depan.
Bahkan Adisty yang biasanya nungguin bundanya berkoar koar membangunkannya, kini sudah mematut dirinya di depan cermin riasnya. Memoles tipis wajahnya dengan bedak, memberikan sapuan lipgloss di bibir berisinya. Dan terakhir menyemprotkan parfum aroma bedak bayi di seragam, tangan, dan lehernya.
Dia lebih suka aroma bedak bayi dari pada yang lain. Alasannya klasik, menurutnya aroma bedak bayi itu nggak ngebosenin. Kadang kadang orang cantik emang gitu. Pingin tampil beda, tapi malah kebablasan bedanya. Aneh emang.
"Bunda~" teriaknya saat sampai di dapur.
"tumben kamu bangun pagi, biasanya juga nunggu setengah tujuh dulu baru bangun"
"yeee... Anaknya bangun pagi bukannya di sanjung sanjung malah di olok olok"
"ya udah sana bangunin adek mu"
"males aht bun, palingan Adit lagi mandi. Dia kan mandinya paling lama"
"emang kamu nggak lama"
"pagi semua" sapa Ayah Adisty saat sampai di meja makan, memotong Adisty yang akan menjawabi sang bunda.
"bun tolong dong" lanjutnya sembari memberikan dasi kepada istrinya.
Dengan senang hati sang bunda menyampulkan dasi di leher sang Ayah.
"eht... Tumben Adisty bangun pagi. Pasti ada yang jemput ya... Siapa hayoh? "
"ada deh... Ayah juga bakalan tahu ntar"
"iya deh... Anak ayah yang udah besar"
"cie... Kakak bangun pagi. Bakalan hujan deras nih" goda Aditya saat keluar kamar dengan menjinjing tasnya.
"goda kakak lagi, nggak bakalan kakak beliin DVD PS terbaru"
"ya deh nggak lagi... " jawabnya lesu sembari duduk di tempat duduknya di meja makan.
Adiknya itu memang begitu, padahal sudah naik kelas 3 SMP masih saja demen main PS. Kan kalau duitnya di tabung lumayan bisa beli kuota satu tahun dengan paket plus plus, ya nggak?
Tin... Tin..
"bun yah, Adis pamit dulu ya. Bela udah dateng soalnya, nggak enak dia yang nunggu"
"Kamu belum makan loh Dis, makan dulu" cegah sang bunda.
"Adis bawa ini aja bun, ntar kalau masih lapar tinggal ke kantin" jawabnya dengan menunjukkan roti selai coklat dua lapis.
"ya udah... Adis berangkat dulu. Assalamu'alaikum "
"Waalaikumsalam. Hati hati di jalan, sekolah yang bener" pesan sang ayah.
"pasti yah... " katanya sebelum menghilang di balik pintu.
Merekapun segera melajukan mobilnya menjauhi rumah Adisty. Ini adalah kali pertama Adisty berangkat pagi selama tiga tahun di SMA mentok mentok dulu paling pagi ya... Lima menit sebelum bel. Lainnya ia habiskan dengan menikmati hadiah dari pak Widja maupun bu Riris. Inipun kalau nggak di paksa Bela, nggak bakalan dia bangun pagi.
"Bel, lo nggak salah kan ngajak gue berangkat pagi kaya gini?? "
"nggak lah. Lagian biar sekali kali lo itu nggak telat"
"beneran cuma itu alasannya?? Kok gue nggak percaya ya" balas Adisty dengan memicingkan matanya curiga.
"hehehe... Tau aja lo Dis"
KAMU SEDANG MEMBACA
Shrinking Violet
JugendliteraturAdimas Adisty. Nama itu,.... Bukankah terlihat familiar? Mereka berdua sudah mencoba untuk melupakan satu sama lain. Namun takdir masih tak mau berpisah dengan kisah mereka. Karena ego tinggi mereka, mereka tak bisa merasakan indahnya kebersamaan...