Lampu menyala gemerlap menghiasi setiap sudut ruangan. Merah, kuning, hijau sampai ungu, semua ada di sana. Berpadu saling melengkapi. Bunga-bunga cantik nan indah itu juga turut serta meramaikan setiap jalan menuju puncak singgasana yang lebih terlihat cantik. Musikpun mengalun merdu sepanjang malam ini.
Gaun putih gemerlap berhiaskan mutiara dan antek-anteknya yang kini telah tersemat di tubuh Adisty sukses memperlengkap suasa yang ada. Adisty tersenyum tatkala sahabat lamanya bergerak menghampirinya, memeluknya erat sembari mengucapkan selamat berkali-kali.
"Ugh... Adisty selamat ya..., kangen banget aku tuuh, eh tau-tau udah nikah aja sama si musuh bebuyutan. Sekali lagi selamat my best friend"
Adisty terkekeh pelan mendengar penuturan dari sahabatnya selama masa sekolah menengah, bahkan hingga sekarang.
"yaa.. aku juga tidak menyangka jika akan seperti ini Bel. Kamu sendiri bagaimana dengan Bagas?" balas Adisty sembari mengurai pelukan mereka.
"yah, dia masih sibuk dengan pekerjaannya. Jadi mungkin tidak dalam waktu dekat" Jawab Bela dengan wajah sedikit sendu, namun tak lama senyum terpantri di wajah imut gadis tersebut.
"tenang saja, kau akan menjadi orang pertama yang aku undang" tambahnya dengan nada jahil yang kentara, mau tak mau membuat Adisty tertawa pelan.
"dia datang bukan? Kenapa tidak bersamamu?"
"yah... dia langsung menemui Adimas saat meihat suamimu itu di tempat minuman berada. Aku sampai heran, kenapa Adimas ada disana"
"yah... aku yang menyuruhnya kesana"
"seriously?! Kenapa? Bukankah kau tingga menyuruh pelayan?"
"hmmm, ingin saja dia yang pergi. Kapan lagi mengerjainya jika bukan sekarang?" jawab Adisty sembari tersenyum geli di akhir kalimat.
"kau ini benar-benar Dis"
"yah... sekali-kali tidak pa pa kan? Kau juga harus mencobanya kepada Bagas Bel. Terkadang hal yang seperti itu akan membuat kita senang tak terkira dibandingkan dengan tas mahal yang sampai mengorek isi rekening kita"
"yah... kau mungkin benar. Aku harus mencobanya" setuju Bela yang diakhiri tawa dari mereka berdua.
Hingga sebuah suara menginterupsi tawa mereka. Adisty menoleh sedikit kesal kea rah orang di sampingnya. Sepertinya Adisty tau apa yang akan dilakukannya.
"ekhem..., sepertinya kau sangat bahagia Adisty" ucapan itu membuat Adisty bedecak kesal.
"ck, tentu saja aku sangat bahagia Viona. Hari ini jelas-jelas adalah pesta pernikahanku dengan Adimas. Bagaimana bisa aku tidak bahagia?"
"kau masih ingat bukan dengan pestaku dulu?" pancing Viona dengan menajamkan penglihatannya kearah Adisty.
"ah... saat aku dan Adimas merebut lantai dansamu?" balas Adisty sembari terkekeh.
Viona menggeram kesal, "kau... lihat saja, aku akan merebut lantai dansamu malam ini"
"oh yaa? Apakah Aroon setuju denganmu? Ku lihat banyak gadis yang mengerubunginya sedari dia masuk dan meninggalkanmu" kata Adisty lagi, menggoda Viona.
Belum sempat Viona menjawab, Adisty diingatkan oleh senggolan di lengannya, membuat dirinya berdecak saat melihat wajah Bela dengan kerutan yang jalas di dahi gadis tersebut.
"astaga... maafkan aku Bel, aku sampai lupa jika kau masih di sampingku"
"yeah.. it's oke. Jadi, ini siapamu Adisty?"
Viona melirik sekilas kearah Bela, sebelum tatapannya kembali kearah Adisty. Menunggu jawaban dari pengantin malam ini. Awas saja jika jawaban Adisty merugikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shrinking Violet
Teen FictionAdimas Adisty. Nama itu,.... Bukankah terlihat familiar? Mereka berdua sudah mencoba untuk melupakan satu sama lain. Namun takdir masih tak mau berpisah dengan kisah mereka. Karena ego tinggi mereka, mereka tak bisa merasakan indahnya kebersamaan...