- I am already who i wanna be tomorrow
Aku mengelap air mata yang tak berhenti mengalir dari mata ku. Lalu menarik koper berwarna merah muda milik ku, keluar pagar. Ah aku memang tak pernah siap akan perpisahan. Aku berlari menuju ibu yang berdiri di depan pintu. "Ibu aku akan sangat merindukan mu." Aku memeluk ibu, dan tangis ku semakin jadi. "Belilah telpon saat ayah kembali, biar aku bisa dengan mudah menelpon mu, atau berjanjilah kau akan selalu mengirimiku surat bu."
"Hey sayang, tenanglah.. Sekarang hapus air mata mu dan pergilah, kau akan tertinggal pesawat jika seperti ini." Ibu memegang kedua pipi ku dan menatap kedua mata ku. "Ini jaket mu."
Aku menerima jaket tersebut dan menuju Nash dan Dillan yang sudah menunggu sedari tadi di depan pagar. "aku sayang ibu." Aku melambai ke arah ibu, dan berjalan menyusul Nash dan Dillan.
"Drama yang bagus princess." Ledek Nash.
"Lihat saja nanti siapa yang paling merindukan ku." Balas ku.
"Ya terntu saja monster ini!" Nash merangkul ku dengan tangan kiri nya, sedang tangan kanan nya menarik koper. "Masuklah ke mobil." Nash membukakan pintu mobil untuk ku. Dia menaruh koper kedalam bagasi dan berdiri di samping mobil. Aku membuka kaca "Nash berjanjilah kau akan mendapatkan pacar saat aku kembali untuk liburan musim panas."
"Baiklah.." Dia tertawa mengejek.
"Aku bertaruh kau akan mendapat yang lebih tua." Ledek Dillan dan kemudian dia masuk kedalam mobil.
"Dah Nash.." Aku melambai kearah Nash, saat mobil sudah mulai berjalan. Dan saat aku tak bisa melihat Nash dari kaca spion, aku menutup kaca mobil.
Tak ada yang bisa aku lakukan sekarang, selain menunduk. Aku terus menunduk hingga akhirnya kami sampai di kota.
Dillan memegang tangan ku. "Jaga dirimu baik - baik."
"Kau harus fokus pada setir mu." Jawab ku.
"Tak masalah jika sedang lampu merah."
"Aku dengar, tadi pagi kau diterima di Kedokteran?" Aku menatap Dillan.
"Iya.." Dillan menatap ku.
"Selamat! Hanya kau yang tak bersedih dengan kepergian ku." Aku tersenyum.
"Karna aku pasti akan bertemu lagi dengan mu." Balas Dillan.
Tin Tin. Suara klakson mobil belakang mengejutkan kami. "Ah lampunya." Ucap ku.
Dillan menginjak pedal gas.
-
"Silahkan." Dillan membukakan pintu saat kami sudah sampai di depan Bandara.
"Bedankt." Aku turun dari mobil. Dillan menghantarkan koper miliku.
Dillan langsung memeluku. 'Dillan memang tak akan pernah bisa aku tebak!' Ucap ku dalam hati.
Dillan melepaskan pelukannya. "Masuklah." Dia mengacak - acak rambut ku.
Aku berjalan meninggalkan Dillan, rasanya hati ku campur aduk, disisi lain aku senang karna akan bertemu dengan Pangeraku, Shawn. Tetapi disisi lain aku sedih, karna harus meninggalkan keluargaku dan juga Dillan.
-
Setelah beberapa jam, akhirnya pesawatku landing di bandara Kanada. Aku mengambil koper ku dan menuju terminal kedatangan. Aku memperhatikan satu demi satu papan yang di pegang oleh para penjemput. Mataku tertuju satu papan yang bertuliskan "Princess Hamilton." Ya itu aku. Aku segera menuju orang yang membawa papan tersebut.
"Permisi, apa kau keluarga Mendes?" Tanya ku.
Pria tersebut menoleh ke arah ku, "Oh kau orang nya? Ayo ikut aku." Dia membawa ku ke parkiran. "Aku adalah sopir pribadi Ibu Anne, namaku Parjo, aku berasal dari Indonesia."
"Senang bertemu dengan mu." Aku tersenyum.
Dia membukakan pintu untuk ku.
"Thankyou."
Aku masuk kedalam mobil dan terkejut saat melihat Tante Anne didalam mobil. Aku langsung memeluk nya,
Tante Anne membalas pelukan ku, lalu kemudian melepasnya dan memegang kedua pipi ku. "Caroline.. Kau sudah besar dan sangat cantik.. Shawn pasti akan sangat tidak mengenalimu."
"Bahkan aku mungkin tak mengenali Shawn." Aku tersenyum. "Lihat lah tante Anne yang sangat modis."
"Kita akan mampir ke Mall, Kau butuh banyak pakaian baru!" Tante Anne memeluk ku lagi.
-
"Saya akan menunggu di sini nyonya." Ucap pak Parjo kepada tante Anne.
"Kau pasti lapar, Ayo kita makan!" Tante anne mengajak ku ke salah satu restaurant fast food, jujur aku dan keluarga ku tak terbiasa akan fast food.
Setelah itu Tante Anne membeli kan ku ponsel, dengan alasan agar aku bisa berkomunikasi dengan nya.
"Lihat lah baju yang dipakai oleh manekin itu! Sangat cocok untuk mu.." Tante Anne menarik ku kedalam toko. "Saya ingin melihat yang dipakai manekin itu. Warnanya sangat cocok dengan rambut anak ku bukan?"
'Anak?' desisku dalam hati. Mungkin Tante Anne salah bicara.
"Tante, apa ini tidak terlalu berlebihan? Kau sudah membelikan ku lebih dari satu lusin pakaian. Dan itu sudah lebih dari cukup." Jelas ku.
"Aku sangat menginginkan anak perempuan, tapi kenyataan nya kedua anak ku adalah seorang laki - laki. Karna kau ada disini, aku akan melakukan apa yang dilakukan seorang ibu dan anak gadis nya. Salah satunya membelikan kau pakaian. Itu hal yang wajar bukan?" Tante Anne mengelus kepala ku.
"Terima Kasih Tante." Ucap ku.
"Mulai sekarang, jika tidak ada orang lain selain kita berdua, panggil aku dengan sebutan mom, Mommy! Layaknya Shawn memanggilku dengan sebutan Mommy.."
"Baiklah.."
"Ayo cepat kita masih harus membeli perlengkapan kuliah mu." Tante Anne membayar kepada petugas kasir, maksudku Mom anne.
-
Kami tiba di sebuah rumah yang modelnya seperti Maison. Satpam penjaga rumah langsung membukakan gerbang.
Aku melangkah turun dari mobil, saat pintu mobil dibuka oleh supir pribadi mommy. Aku berdiri di depan pintu masuk, menatap sekeliling rumah.'Apa aku akan tinggal disini?' Tanya ku dalam hati. Rumah ini sangat besar, dan apabila aku jadi asisten rumah tangga disini, apa tidak menggangu kuliah ku?
Ctek. Suara gagang pintu terbuka, Pintu masuk terbuka lebar, sehingga aku bisa melihat kedalam. Ini mewah sekali, layak nya istana. Dua wanita keluar dari dalam nya, berpakaian seperi pelayan kerajaan pada umumnya. Aku tersenyum dan membungkuk kearah nya. Mereka membawa belanjaan dan masuk kedalam rumah.
"Ayo kita kekamar mu." Mom menghantarku. Lalu membukakan pintu kamarku. Aku melihat kedalam, ini sangat mewah, ini bahkan sebesar ruang tamu ku. "Dan ini kamar Shawn." mom menunjuk kepada pintu di sebelah kamar ku.
Aku masuk kekamar dan duduk di kasur, begitu pula dengan mom Anne.
"Ingat, tugas mu disini adalah mengurus Shawn, menjadi mata - mata nya. Kau tidak boleh dan tidak akan dijadikan pembantu disini. Mengerti? Telpon mom untuk apa saja yang kau belum tahu. Apa kau bisa mengendarai mobil?"
"Aku pernah mencoba nya." Aku menjawab.
"Baiklah, aku akan meminta parjo mengajarimu, minggu depan Shawn akan pulang dari asrama, kau yang akan menjemputnya. Dan minggu depan, aku akan pergi dari rumah ini."
"Mom akan pindah kemana?" Tanya ku.
"Sebuah Appartment, tenang kita akan sering bertemu." Mom meninggalkan kamar ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manipulate | Shawn Petter Raul Mendes
Fanfictionpernahkah kamu bermimpi untuk hidup bersama cinta pertama mu? aku selalu bermimpi untuk itu. bahkan di saat semuanya tidak mungkin terjadi, aku masih mempercayai bahwa cinta pertama itulah yang akan menjadi bagian dalam hidupku selamanya. Tapi apa h...