Still Beating The Same II

163 21 0
                                    

Liburan musim panas telah usai. Kini saat nya aku untuk kembali kuliah. Aku sangat menikmati liburan musim panas tahun ini.

Menghabiskan waktu sepanjang hari bersama Shawn adalah impian ku sejak Shawn pindah ke Toronto.

Kami melakukan banyak hal di liburan musim panas ini. Menonton serial musim panas, berpiknik, serta menjelajahi resep baru untuk dijadikan sebagai makanan favorit kami.

Aku berjalan memasuki kelas dan menoleh ke arah Madison dan Jack. "Hello! How's your summer?"
Mereka hanya melirik kearah ku, tak ada sepata kata yang keluar dari mulut mereka.

Aku menaruh tas ku di atas meja lalu melihat kearah foto yang dipegang oleh Jack.

"Great! Our summer time was great!" Madison tersenyum kearah ku. Aku menoleh ke arah Madison dan melihat sesuatu seakan tersembunyi dibalik senyuman Madison.

Aku kembali menoleh ke belakang, kearah Jack. "Foto apa itu?"

Jack menutupi foto itu agar aku tidak dapat melihat. "Bukan apa - apa."

-

"Aku ingin Nacos." Aku memasukan buku dan berdiri dari tempat duduk ku.

"Baiklah aku juga ingin jus alpukat. Apa kau mau ikut kami Jack?" Madison berdiri dari tempat duduk nya dan menoleh kearah Jack yang masih duduk di tempat duduknya.

"Kalian berdua saja. Aku ada urusan." Jack beranjak dari tempat duduk nya dan berjalan keluar kelas melewati hadapan kami.

Foto itu, foto yang di sembunyikan Jack dari ku, jatuh berhamburan saat Jack bangkit dari tempat duduk.

Jack berhenti dan menoleh ke arah belakang. Aku berjalan dan menjongkok untuk mengambil satu dari tiga foto yang terjatuh. Aku mengambil satu foto yang terbuka. Itu adalah foto Shawn dan Hailey.

Aku menoleh kearah Madison dan Jack bergantian. Dari raut wajah nya aku bisa melihat jika Madison terkejut.

Aku menarik nafas ku lalu mengambil semua foto yang bertebaran di lantai. Aku berdiri dan memberikan nya kepada Jack.

"Caroline maaf kan aku..." Jack menatap ku.

"Ambil ini Jack." Aku memberikan foto itu. Jack mengambil nya. "Ayo kita ke caferaria Mad! Cepatlah pergi Jack, kau bilang jika kau ada urusan bukan?" Aku menarik Tangan Madison.

-

Aku duduk meminum soda dan menatap orang lalu lalang di lapangan basket.

"Carol? Kau tak memakan Nacos mu?" Madison bertanya kepadaku. Tapi aku tak merespon apa - apa. "Caroline." Madison mengeraskan suaranya.

Aku menoleh kearah nya. "Ya?"

"Kau pasti memikirkan tentang foto itu bukan?" Tanya Madison.

"Itu adalah salah satu bentuk totalitas dalam berkerja... Aku tahu itu Mad." Aku tersenyum kecut kearah nya. Aku harus bersikap biasa saja, seperti aku tak pernah melihat foto itu.

"Kau lihat majalah itu juga? Shawn terlihat sangat tampan." Seorang gadis melewati meja kami bersama teman nya, tangan nya membawa nampan berisi burger. Samar - samar aku mendengar apa yang di katakannya.

"Dan Hailey. Mereka terlihat cocok jika di sandingkan sebagai sepasang kekasih." Sahut temannya di iringi tawa dari mereka bedua. Aku tak bisa mendengar suara mereka karna mereka sudah menjauh dari meja ku.

Madison menoleh kearah ku.

Aku menoleh kearah nya, "Kau bisa antarkan aku pulang?" Pintaku pada Madison.

"Lalu Shawn?" Tanya Madison.

"Ayolah Mad, dia masih ingat dimana rumah nya." Aku beranjak dari tempat duduk.

"Baiklah."

Madison mengantar ku kembali ke rumah.

"Terima Kasih Mad!" Aku turun dari mobil.

"Kalau kau butuh seseorang untuk mendengarkan curhatan mu, hubungi aku kapan saja." Madison tersenyum kearah ku.

Aku melambai kearah nya saat mobil nya perlahan meninggalkan halaman rumah Shawn.

-

Aku terbangun saat seseorang mengetuk pintu kamar ku, aku melihat kearah jam weker yang ada di night table sebelah kasur ku. Siapa yang membangunkan ku jam 1 pagi? Aku berjalan membuka pintu. "Shawn... Your Lip." Aku terkejut saat membuka pintu dan melihat Shawn. Shawn langsung memeluk ku dengan erat.

Aku masih berdiri tanpa bergerak sedikitpun. "Shawn lepaskan."

Shawn makin mengeratkan pelukannya. "Please... Hug me." Shawn meminta kepadaku.

Tangan ku bergerak memeluk punggung Shawn. Wajah ku tersandar tepat di dada bidang milik Shawn. Aku bisa merasakan bagaimana nafas Shawn terengah - engah. Dan mencium wangi tubuh nya yang sangat khas itu. Yah! Maple syrup.

Malam itu aku merasakan jika detak jantung ku menyatu dengan detak jantung Shawn.

"Shawn apa ini masih lama?" Pertanyaan ku membuat Shawn melepaskan pelukannya dan duduk di pinggir kasur ku. Aku menatap kearah bibir nya yang berdarah. Terlihat seperti habis di pukul. Entahlah. "Aku akan mengambil air." Aku turun dan mengambil air.

Aku kembali ke kamar ku membawa mangkuk berisi air, lalu duduk di sebelah Shawn. Aku membersihkan luka di bibir nya.

Dia menoleh kearah ku. "Kau tidak bertanya bagaimana aku bisa mendapatkannya?"

"Tidak."

"Apa kau tidak peduli dengan ku?" Shawn menggenggam tangan kanan ku yang sedang membersihkan luka di bibir nya.

Aku menatap matanya. "Aku hanya akan menunggu kau menjelaskan nya." Tak ada jawaban dari Shawn, dia melepaskan tangan nya yang melingkar di pergelangan tangan ku. Aku kembali membersihkan luka nya. "Kembalilah ke kamar mu, Shawn." Aku pergi ke dapur untuk mengembalikan mangkuk.

Aku kembali ke kamar ku dan melihat Shawn sudah tertidur di atas kasur ku. Aku melepaskan sneakers dan jaket yang di pakai Shawn, aku menyelimutinya. Aku tidur di sisi lain kasur dan membelakangi Shawn.

Shawn memeluk ku dari belakang. Tangan nya melingkar di perutku. Aku sudah sangat tahu jika yang di butuhkan Shawn saat hati nya sedang sedih adalah sebuah pelukan. Jika Shawn memeluk ku sekarang, itu tandanya Shawn sedang sedih. Dan yang harus aku lakukan adalah memberikan apa yang dia butuhkan sekarang.

Aku harus menjadi seseorang yang selalu ada untuk Shawn. Dan juga aku harus mengesampingkan keinginannku untuk membuat Shawn mengetahui siapa aku sebenarnya.

Dan bagaimana aku akan melanjutkan tidur ku jika jantung ku berdetak dengan sangat kencang?

Manipulate | Shawn Petter Raul MendesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang