Air

194 26 0
                                    

- I wanna feel the way that we did that summer night .-

Wolves by Selena Gomes

Ini adalah senin pagi. Yang dimana ini adalah senin pertama di bulan september. Berarti ini adalah hari dimana aku harus kembali masuk sekolah. Aku sangat malas untuk ini. Dengan lesu aku menurun kan kaki ku ke lantai dan berjalan menuju kamar mandi. Selesai mandi aku memilih baju Turtle neck merah Maroon dan High waist pleated skirt bermotif kotak kotak dengan paduan warna pink dan putih. Aku membiarkan rambut coklat yang lurus ini terurai. dan ku padukan dengan semi boots berwarna merah burgundy. sempurna. Hampir saja aku melupakan tas ku.

"Morning mom." Aku mencium pipi ibu ku yang sedang menuang jus jeruk. aku menaruh tas dan buku ku di atas kursi lalu aku duduk di kursi sebelah nya. "Jadi sarapan apa kita pagi ini bu?" Tanya ku.

"Roti panggang." ibu menaruh dua gelas jus jeruk dan duduk di kursi yang berada di depan ku.

"Aku sudah selesai. Aku pergi dulu ibu." Aku mengambil tas dan buku lalu pergi. Aku melihat Dillan menyender di pagar ku. Sejak kapan dia menunggu ku?

"Carol.. Kau melupakan bekal mu." teriak ibu dari dalam rumah.

"Oh baiklah ibu akan aku ambil." Tetapi ibu malah mengantarkan nya kepada ku.

Aku dan ibu menuju pagar.
"Dillan sudah sarapan?" Tanya ibu ku.

"Sudah bibi." balas Dillan.

"Ayo pergi." Ajak ku.

"Hati - hati." Ibu berteriak.

"Baiklah bibi Diana." ucap Dillan.

Kami jalan menuju terminal Bus. Aku merasa aku sangat canggung bila berada di sebelah Dillan. Sesekali aku menatap Dillan yang berjalan disebelah ku. Dia sempurna. Dia juga baik. Apa yang kurang dari Dillan. Dan juga, Dillan bukan lah seorang yan menyebalkan bukan? Tetapi kenapa aku tak bisa sedikitpun untuk menyukai Dillan.

Sesampainya kami di terminal. Kami menunggu beberapa menit sampai bus tiba.

Oh sial. Ucap ku dalam hati.. Hanya tersisa dua kursi bersebelahan. Mau tidak mau aku harus duduk di sebelah Dillan.

Sepanjang jalan aku hanya menatap ke luar jendela. Sampai akhirnya Dillan membuka obrolan yang membuat aku mengingat Shawn.

"Apa kau sudah siap kembali sekolah Princess?"

Apa - Apaan Dillan? Dia memanggilku dengan sebutan Princess?

"Tolong jangan panggil aku dengan sebutan itu."

"Memang nya tidak boleh?" Tanya Dillan. Tak ada jawaban dari ku. "Baiklah aku tidak akan memanggilmu dengan sebutan itu lagi."

Akhirnya kami tiba di depan sekolah. Aku menuruni tangga bus dengan perlahan, dan sedikit meregangkan pinggang ku. Tetapi aku melihat Dillan telah jalan menuju sekolah. Meninggalkan ku.

"Dillan." Teriak ku. Dan dia tidak menoleh ke arah ku. Aku mengangkat alis sebelah kiri ku dan berlari menuju Dillan. "Kau marah kepada ku?" Aku berbicara dengan nafas yang sedikit terengah - engah.

"Tidak."

"Kalau begitu kenapa kau tidak menoleh Mr. Grayson Dillan."

"Kau bahkan tidak tahu nama belakang ku Mrs. Hamilton." Dillan langsung masuk ke dalam sekolah meninggalkan aku untuk kedua kali nya. Akhirnya aku berjalan di belakang nya.

"Kenapa berhenti." Tanya ku. Lalu dia berjalan di koridor menuju gerombolan murid yang sedang melihat mading.

"Hey buka jalan Dillan mau lewat." Ucap seorang murid. Apa? menjengkelkan! dia diperlakukan layak nya sorang pangeran.

"Apa kau tidak punya mata!" Teriaku saat rombongan Abel menabrak ku.

"Kenapa ada yang salah?" Tanya Laura.

"Maaf kan teman ku, mereka agak sedikit liar." Abel menengahi. Tanpa menjawab aku langsung meninggalkan Abel dan pergi menuju kelas.

"Kenapa Kau?" Tanya Angeline menghampiri ku. Anggeline adalah satu - satu nya teman ku di kelas ini. "Kau tidak di ganggu oleh Abel dan teman - teman nya kan?"

"Tidak.. Oh ya ada apa di mading?" Tanya ku.

"Itu pengrekrutan panitia untuk pesta prom."
"Kau mau bergabung?"

"Tidak." Aku menggelengkan kepala ku.

"Bagaimana dengan liburan musim panas mu?" Tanya Angeline.

"Kalau aku menceritakan nya kau pasti tidak akan percaya." Ucap ku.

"Aku akan mendengarkannya."

Aku menceritakan semua nya kepada Angeline. Semua nya kecuali kejadian diatas bianglala itu.

"Tapi.. Kau tidak jatuh cinta kepadanya kan?"

"Astaga Angeline kau kan tahu aku? Kenapa kau masih menanyakan nya?"

"ehem" Ucap seseorang. Ternyata itu Dillan, dan dia langsung duduk di kursi yang bersebelahan dengan ku.

"Aku ke depan yah." Angeline meninggalkan ku. Tak ada percakapan antara aku dan Dillan. Sampai akhirnya bell istirahat berbunyi. Aku menoleh ke arah Dillan. Berharap dia mengajak ku ke kantin. Tapi dia hanya sibuk dengan buku nya. Aku beranjak dari tempat duduk membawa kotak bekal ku dan menuju Angeline.

"Kantin yok." Ajak ku. Kami memilih duduk di ujung dengan pemandangan lapangan basket. Itu Dillan? Dia memainkan bola basket. Dari kejauhan aku bisa melihat banyak gadis di pinggir lapangan yang sedang memperhatikan nya bermain basket.

"Abel?" Aku terkejut saat seorang wanita duduk di depan ku dan Angeline.

"Kau bisa membantu ku kan?" Tanya Abel. Aku hanya menganggukan kepala ku. "Berikan kepada Dillan yah." Abel langsung meninggalkan ku.

Aku menghabiskan makanan ku dan kembali ke kelas.

"Ini dari Abel" aku memberikan surat kepada Dillan. Tak ada ucapan terima kasih dari nya. Yang jelas saat aku menoleh ke arah Dillan, dia sedang membaca surat itu.

-

Bel pulang pun berbunyi, aku berjalan keluar sekolah bersama Angeline.

"Abel." Teriak Dillan dari belakang kami. Dan membuat kami berhenti. Setahu ku koridor ini masih luas tetapi Dillan malah lewat di tengah - tengah kami.

"Kau ingin menerima tawaran ku?" Abel memainkan rambut nya.

"Ambil ini." Dillan menyodorkan surat.

"Apa ini arti nya iya?" Tanya Abel.

"Aku sudah punya pasangan untuk prom night." Balas Dillan dengan suara lantang dan membuat semua orang menoleh ke arah nya.

"Benarkah? Itu pasti aku kan?" Abel dengan percaya dirinya menggandeng tangan Dillan. Tapi Dillan langsung melepaskan genggaman tangan Abel dan menarik aku ke sebelah nya tanpa melepaskan genggaman nya dari tangan ku.

"Kau mau tau siapa? Caroline.. Dia yang akan pergi dengan ku di acara prom night." Dilan memegang bahu ku. "Benar kan?" Dia menoleh ke arah ku dan menaikan satu alis nya.

Astaga apa - apaan Dillan? Aku hanya menatap Dillan. Semua orang pasti melihat ku dan mencibirku. Aku melepaskan tangan Dillan dari pundak ku dan segera berlari menuju bus.
dan memilih tempat duduk di belakang.

Kenapa dia harus mengikutiku. Ucap ku dalam hati saat Dillan duduk di sebelah ku.

"Terima kasih sudah menyelamatkan ku." Ucap nya di kuping ku. Aku hanya menatap kesal kearah jendela di sebelah kanan ku.

-

"Tunggu..." Dillan menarik tangan ku saat aku turun dari bus. "Kalau kau mau, kita bisa bergi ke prom night bersama." sambung nya lagi.

Aku melepaskan tangan nya dan berjalan cepat menuju rumah.

Aku merebahkan tubuh ku di atas kasur

Hari yang melelelahkan.

Manipulate | Shawn Petter Raul MendesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang