Aku berjalan menuju Lobby appartement. Mengacak - acak tas ku mencari dimana ponsel ku. Bruk. Aku tertabrak seseorang. Isi tas ku jatuh ke lantai Lobby. Termasuk Handpone ku. Handpone pemberian Mom Anne.
"My phone." Aku menunduk mengambil Handpone milik ku dan memasukan barang yang lain ke tas ku.
"Vergeef me."
"Grey?" Aku menoleh dan ternyata itu benar. "Apa yang kau lakukan di Appartement ini?" Tanya ku padanya. Karna aku merasa dia selalu ada dimana pun aku berada.
"Kau lupa appartement milik siapa yang ada di depan appartement milik bibi mu?" Grey berdiri. Aku juga berdiri dan menutup tas ku.
Aku tertawa dan mencoba menghidupkan kembali Handpone ku.
"Dinner?" Tanya Grey kepada ku sambil mengulurkan tangan kiri nya.
"What?" Aku menatap heran ke arah nya.
"Kau akan pergi ke pertandingan Matthew bukan?"
Aku mendekat menatap tajam matanya. Benar dia memang seorang penguntit atau dia mempunyai bakat sebagai seorang peramal?
"Bagaimana kau bisa tau Grey si penguntit?" Aku menaikan kedua alis ku.
"Aku hanya menebak nya."
Aku menatap ke arah kiri dan kanan.
"Pertandingan nya akan di mulai pukul 8, dan ini masih pukul setengah 6 sore. We still have time for dinner." Grey menyodorkan tangan kiri nya ke hadapan ku.
"Baiklah." Aku mengambil tangan ku dan menepuk tangan nya. Lalu menarik tangan ku kembali.
Grey melirik ke arah tangan kanan ku. "Ayo." Grey mengambil tangan ku dan menarik nya. Aku hanya berjalan megikuti kemana dia akan membawa ku.
-
"It's been so long, from our last dinner." Grey memotong steak lalu memakan nya.
Aku hanya melihat ke arah hot plate yang berisi steak milik nya. Tangan ku meraih kentang dari hot plate ku lalu memakan nya.
Mata ku melihat ke sekeliling. Memang aku tak pernah mengunjungi restaurant ini. Tapi aku pernah mendengar tentang restaurant steak ini.
Di restaurant inilah, ayah dan ibu ku bertemu saat ibu sedang merayakan kelulusan high school bersama ibu nya Grey.
"Wanna try?" Grey menyodorkan garpu berisi potongan daging steak miliknya.
"No." Aku menggeleng. Sejujur nya aku tidak suka daging dengan tingkat kematangan Medium Rare kalau bukan buatan ibu atau buatan aku sendiri.
"Just one piece."
Aku mengangguk, lalu Grey menyuapkan nya kepada ku. Awalnya aku menganggap ini akan menjadi sesuatu hal yang buruk. Tapi hingga aku menelannya, aku tak merasakan sesuatu yang aneh. Satu hal yang dapat aku katakan.
"Delicious." Aku mengambil minuman ku lalu meminumnya.
-
Setelah pertandingan usai, Matthew mengajak kami ke basecamp milik nya. Dia menyambut kami.
"Dank U for watching me dude." Matthew dan Grey berpelukan ala bro style.
"Kami yang harus berterima kasih karna kau telah memberi tempat VIP." Grey tertawa.
"Aku dengar, setiap pertandingan mu, tiket nya selalu habis terjual." Aku duduk di sofa.
"Menarik." Grey melihat ke sekeliling basecamp team Matthew.
"Wine party for celebrate our victory?" Matthew mengangkat tangan kanan nya.
"Yeah." Grey raise his right hand. "I don't drink wine."
Matthew looked at me.
"What?" Aku menaikan alis kiri ku. "Tidak Matthew tidak untuk Wine di musim panas."
"Baiklah, kita hanya akan pergi ke restoran korea. Menikmati ayam goreng dan segelas bir." Matthew meninggalkan kami, kami semua mengikuti nya.
"Kau saja yang di depan." Aku membuka pintu mobil Matthew bagian tengah lalu masuk ke dalam nya.
"Grey, aku dengar kau akan menjadi seorang dokter, apa itu benar?" Matthew menginjak pedal gas.
"Sekitar empat atau lima tahun mendatang." Jawab Grey.
"Aku kira kau akan menjadi seorang model." Matthew tertawa.
"Kau sendiri tidak akan melanjutkan kuliah mu?"
"Ini adalah tahun emas ku untuk menjadi seorang atlet, aku tak akan menyia - nyiakan waktu ini, karna hal seperti ini hanya terjadi satu kali bukan? Tapi tahun depan aku berencana untuk mengambil jurusan Public Relation. Kau tahu, aku selalu gugup saat berbicara di depan fans ku. Entahlah, mungkin mereka yang terlalu fanatik."
"Kau benar, tidak pernah ada kata terlambat untuk semuanya. Yang ada hanyalah sudut pandang mereka yang berbeda."
"Carol apa kau tidur?" Matthew menoleh ke belakang.
"Tidak."
-
Aku meminum bir yang tersedia di depan ku.
"Jadi sudah berapa lama kalian berpacaran? Pasti menyenangkan jika kalian ada di Universitas yang sama." Matthew menoleh kearah aku dan Grey secara bergantian.
"Uhm.." Aku meletakan gelas berisi bir ke atas meja. Keheningan terjadi di malam ini. Aku tak tahu harus menjawab.
"Kami hanya teman Mat." Aku membuang pandangan ku ke arah luar jendela restaurant.
"Aku mengira jika kalian akan menjadi kekasih. Ternyata itu hanyalah cinta yang bertepuk sebelah tangan." Matthew tertawa.
"Apa maksud mu Mat?" Aku menoleh ke arah nya.
"Bukan apa - apa. Cepat habiskan ayam nya." Matthew memakan ayam goreng.
Thank you for 1K readers.
for celebrating this, I am post the new part earlier. Lol I don't know about the tittle of this part.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manipulate | Shawn Petter Raul Mendes
Fanfictionpernahkah kamu bermimpi untuk hidup bersama cinta pertama mu? aku selalu bermimpi untuk itu. bahkan di saat semuanya tidak mungkin terjadi, aku masih mempercayai bahwa cinta pertama itulah yang akan menjadi bagian dalam hidupku selamanya. Tapi apa h...