The Weight

196 19 0
                                    

-It is the most beautiful time of the year. Lights fill the streets spreading so much cheer.

Mistletoe - Justin Bieber

Aku duduk di rumput halaman belakang, memegang secangkir cokelat panas dan memandangi langit di akhir november. Udara dingin seakan menusuk tulang ku, meskipun aku sudah mengenakan jaket yang menurut ku cukup tebal. Tahun ini sepertinya salju akan turun terlambat. Apa kabar dengan Dillan? dan apa kabar juga dengan Shawn? Aku tidak pernah lagi berbicara dengan Dillan setelah kejadian waktu itu. Mungkin Dillan kecewa dengan ku? Tapi yakin lah Dillan, aku menyesalinya sekarang. Karna malam semakin larut aku memutuskan masuk ke dalam kamar, dan besok aku masih harus sekolah.
-
Aku menuruni tangga bus dan berjalan menuju sekolah. Udara nya sangat dingin, aku memasukan tangan ku ke dua kantung leather coat warna nude yang ku pakai. Terlihat Dillan sedang berjalan menuju pintu. Aku mempercepat langkah ku agar aku bisa menyapa Dillan. Langkah ku terhenti saat seseorang menggandeng tangan Dillan. "Abel?" Ucap ku dengan nada kecil. Ternyata mereka sudah berpacaran? baguslah.

Aku berjalan menunduk saat aku berpapasan dengan Abel dan Dillan. Entahlah sepertinya aku tidak ingin melihat mereka bersama. Tak ada perlawanan dari Dillan, saat Abel menggandeng tangan nya. Itu tanda nya Dillan sudah mulai menerima Abel dalam hidup nya.
-
Ini adalah hari kedua puluh di bulan desember. Hari jumat ini, terlihat kelabu karna tak ada sinar matahari yang menyinari.

Aku berjalan menuju terminal, akhirnya.. Salju yang aku tunggu, mulai berjatuhan satu demi satu. Butiran nya jatuh tepat diatas rambut coklat ku. Aku sangat menyukai musim ini.
-
"Kau terlihat menggigil." Mattew sang ketua kelas tiba - tiba berkata seperti itu kepada ku. Dan membuat semua orang menoleh ke arah ku. Semua orang kecuali Dillan. Dia tak menoleh kearah ku. Sedikit pun. "Lihat lah bibir pucat mu itu, ayo aku antar ke UKS." Dengan terpaksa aku berjalan keluar kelas dan terhenti saat Angeline memanggil.

"Biar aku saja yang mengantar nya." Pinta Angeline.

"Baiklah.. Tapi aku tetap akan tetapi menemani." Mattew meninggalkan kami. Ternyata saat kami tiba diUKS, Fredo sudah ada di UKS dan membawa cangkir, entahla isinya apa. Dia memberikan cangkir itu kepada ku. "Minumlah." Dia menyuruh ku.

"Aku tidak kedinginan sama sekali." Ucap ku lalu duduk di pinggir kasur.

"Jangan coba menolak, ayo minumlah.. Dari pada nanti kau sakit?" Mattew duduk di sebelah ku.

"Iya Carol, setidaknya kau harus minum." Angeline menegaskan.

"Baiklah." Aku mengambil cangkir tersebut dan langsung meminum nya. Apa ini? Peppermint Tea? Rasanya sedikit asing di lidah ku.

"Karna kau sudah meminum nya, aku mau ke kelas, dan kalau kau sudah enakan kau bisa menyusul ke kelas." Angeline meninggalkan kami berdua. Hanya aku dan Mattew. Suasana UKS sangat sunyi karna tak ada lagi siswa yang sakit selain aku. Sebenarnya aku tidak sakit, tapi entah lah, mungkin Fredo dan Angeline yang sakit?

"Bagaimana dengan yang waktu itu?" Tanya Mattew. Aku tahu persis apa yang dibicarakan oleh Mattew. Dia membicarakan tentang pesta prom. Aku harus berlagak lupa untuk itu.

"Apa yang kau maksud?" Aku malah balik bertanya.

"Tentang pesta prom. Kau bersedia pergi dengan ku?"

Aku tidak menjawab apa yang ditanyakan oleh Mattew.

"Apa kau sakit nona Hamilton? Dan kau tuan Espinosa?" Dokter Amanda memecahkan keheningan sekaligus mengejutkan ku.

"Ah aku sudah baikan. Aku akan kembali ke kalas." Aku berjalan cepat menuju kelas.

"Tunggu kau belum menjawab pertanyaan ku." Mattew mengejarku.

Manipulate | Shawn Petter Raul MendesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang