- there's a blank space in my heart. I don't know. but i feel that I am missing something.
Hari demi hari berlalu. tak terasa ini adalah hari ini saat menginjak usia 17 tahun. pagi ini adalah akhir pekan. kami akan pergi ke kota untuk menjajakan wine dan aku akan mengirim surat kepada Shawn, agar dia mengunjungi desa untuk merayakan ulang tahun ku besok.
"sudah siap?" tanya ayah ku kepada ku.
"baiklah ayo kita pergi, aku tak sabar bertemu Nash." ucapku yang sedang memasukan surat ke dalam tas ku. yap. sekarang monster itu sudah tidak tinggal di desa ini lagi. dia sekarang kuliah di kota sejak 2 tahun yang lalu. banyak yang berubah di desa ini. banyak rumah yang sudah di tinggalkan di desa ini. mungkin hanya tersisa sekitar 30 rumah. desa ini tak seindah dulu.
-
sesampainya kami di paris, kami langsung menjajakan wine. hanya butuh waktu 25 menit untuk membuat stok wine yang kami bawa menjadi tinggal setengah. Wine dari desa kami memang terkenal sebagai Wine terbaik di kota ini. Wine keluarga Hamilton adalah salah satu nya. tetapi beberapa tahun belakang kami merasakan penurunan omset. mungkin karna sudah banyak pesaing di luar sana.
-
jam tangan vintage yang melingkar di tangan ku sudah menunjukan pukul 10:00 pagi. jam tangan itu adalah pemberian Shawn saat aku berulangg tahun ke 10. dia mengirimkan nya kepada ku, padahal saat itu aku sangat mengharapkan kedatangan nya.
tak lama, kakak ku datang dengan satu kotak dan satu boucket mawar putih di tangan kiri nya. aku mulai menyukai mawar sejak saat itu. yap. saat dimana shawn memberikan ku setangkai mawar merah.
-
"Happy Birthday my little Princess." ucap kakak ku sambil menaruh barang bawaan nya ke dalam mobil jeep tua milik ayah, lalu kemudian memeluku. karna aku merasa aku bukan anak kecil lagi, aku melepaskan pelukan nya."aku bukanlah anak kecil lagi, jadi berhentilah memanggilku dengan sebutan anak kecil." aku mengomel seraya merapikan tempat berjualan kami.
"maaf"
"apa kau tidak mau ke kantor pos?" tanya nya.
dan tanpa berbasa basi aku langsung ke dalam mobil untuk mengambil tas selempang rajut buatan ibu ku, dan langsung berlari menarik tangan kakak ku."jadi, apakah dia akan datang?" tanya ku saat kami sedang menunggu di kantor pos.
"kenapa tidak?" balas nya. dalam hati kecil ku aku tak percaya dia akan datang. sudah delapan tahun aku selalu mengundang nya, tapi dia tak pernah datang. hanya saja dia selalu mengirim kan ku hadiah, dan itu cukup membuatku bahagia. tetapi tahun ini, aku ingin dia ada di sini. hampir satu tahun belakangan dia tak lagi mengirimkan ku surat. entah apa yang terjadi dengan pangeran ku. dan aku harap, dia baik - baik saja di sana.
"ayo pulang."
ternyata aku larut ke dalam lamunan ku hingga aku tak tersadar ternyata surat ku sudah di terima oleh kurir pos dan siap untuk dikirim. lalu kami meninggalkan kantor pos.
kami menyusuri pertokoan yang ramai di tengah kota paris, meskipun matahari sedang bersinar dengan sangat terang.
kami mampir ke kedai untuk membeli gelato. seperti biasa aku membeli gelato cookies and creme dengan toping oreo. dan kakak ku membeli gelato red bean dengan toping saus strawberry. setelah itu kami kembali menemui ayah di pasar. lalu kami pulang ke desa.
-
sesampainya kami dirumah, ternyata ibu ku sudah membuatkan kami segelas ginger tea agar badan kami yang lelah menjadi relax lagi."bagaimana hasil penjualan hari ini?." tanya ibuku.
"hanya tersisa dua botol wine." jawab ku yang sedang mengeringkan rambut dengan handuk. aku mengambil ginger tea yang ibu buat lalu naik ke kamar. ku buka kotak hadiah dari kakak ku. ternyata isinya adalah mini dress bermotif vitage flowers bernuansa pink peach dan mini dress cut off shoulders dengan warna hitam. dan di dasar kotak, aku melihat high heels hitam polos, setelah ku coba, ternyata ukuran nya sangat pas di kaki ku. aku menyukai nya.
ku ambil bouquet flower dimeja belajar ku dan turun menuju ruang tamu.
aku melihat ayah dan ibu ku yang sedari tadi berbincang, menjadi terdiam saat mendengar langkah kaki ku menuruni anak tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manipulate | Shawn Petter Raul Mendes
Fanfictionpernahkah kamu bermimpi untuk hidup bersama cinta pertama mu? aku selalu bermimpi untuk itu. bahkan di saat semuanya tidak mungkin terjadi, aku masih mempercayai bahwa cinta pertama itulah yang akan menjadi bagian dalam hidupku selamanya. Tapi apa h...