Aftertaste

165 24 8
                                    

"Truth is that no one can replace me
I am permanent you can't erase me
I hope you remember me.
I''ll leave you with the memories and the, Aftertaste..."
- Aftertaste // Shawn Mendes -

___

Aku meletakan mawar merah di atas makam Shawn. Aku tersenyum saat mengingat bagaimana Shawn memberikan aku setangkai bunga mawar merah sebagai hadiah perpisahan kala itu. Dan bagaimana aku membenci Dandelion saat itu karna Shawn pindah ke Kanada.

Tapi hari ini, Aku membenci diriku sendiri karna aku sempat tidak percaya dengan Shawn. Aku sangat membenci kenapa aku tidak memberikan salam perpisahan kepadanya. Hati ku kosong tanpa sosok yang selalu ada untuk mengisi hari - hari ku.

Aku sangat menyesal Shawn.
Ini bukan pertama kali nya aku tidak mengucapkan kalimat selamat tinggal.

Tingkah konyol mu, cara klasik mu untuk menggoda ku. Bagaimana kau menginginkan pelukan ku saat kau bersedih, bagaimana kau meminta ciuman dari ku. Itu semua akan aku rindukan selamanya Shawn.

Aku tak pernah rela, jika kau akhirnya menikah dengan wanita lain. Tapi sekarang aku rela Shawn, lalukan lah apapun yang kau ingin kan asalkan kau kembali lagi ke dunia ini. Aku berjanji akan membiarkan mu melakukan apapun.

"Katakan kau akan kembali menemui ku Shawn!" Aku menangis di samping makamnya. Aku tak akan pernah melarangmu lagi Shawn. Aku tak akan marah kepadamu. Aku akan selalu ada untuk mu.

Aku tidak bisa jika harus hidup sendiri.
Yang aku ingin kan hanyalah kau. Dan cukup melihat senyum mu saja, sudah membuat ku bahagia.

Grey membawaku dalam pelukan nya. "Tanpa perlu kau minta Shawn, aku akan menjaga Istri dan your little mendes."

Aku melepas pelukan Grey.
"Selamat tinggal Shawn. Maafkan aku kalau aku baru mengucapkannya sekarang. dengarkan aku, aku akan mencintai mu selamanya. Dan aku akan menjaga our little mendes sesuai yang kau ingin kan." Aku melangkah kan kaki ku menjauh dari makam Shawn.

Papparazi dan fans Shawn berdatangan meminta keterangan dari ku. Tetapi mulut ku terkunci untuk itu.

-

"Empat bulan setelah kau pergi, aku mendapat hasil USG pertama ku, Hari ini our little mendes memasuki bulan ke 5, dia laki - laki persis seperti apa yang kau inginkan Shawn. Dan ini, mawar yang aku petik langsung dari kebun dibelakang rumah kita. Aku akan pergi dan mengurus launching album kedua mu. Kau senang bukan?" Aku berdiri. "Ayo Grey." Aku dan Grey berjalan menuju mobil.

-

"Hello Zubin!" Aku memasuki studio yang biasa di gunakan Shawn untuk membuat lagu.

"Hello Mrs. Mendes. And little mendes." Sapa Zubin.

"Jadi di mana aku akan tanda tangan." Aku mengambil spidol yang berada di atas meja. Tepat di sebelah tumpukan album.

Kami semua, Aku, Zubin, Andrew dan lain nya, memutuskan untuk tetap melauncing karya terakhir Shawn. Agar fans nya bisa mendengar album itu saat mereka merindukan Shawn.

"Disini, seratus buah album. Apa kau siap? Ini semua pasti akan terjual habis saat launcing." Andrew tertawa.

Aku berjalan memasuki studio rekaman Shawn. Aku tersenyum, pandangan ku kabur, air mata membendung di mata ku saat aku menatap foto cover album pertama Shawn. Aku menundukan kepala ku. Air mata ku mulai terjatuh. Tidak. Aku tidak boleh seperti ini di hadapan Shawn. Tangan ku menghapus air mata ku, lalu memegang foto Shawn yang terpajang di dinding studio rekaman nya. Aku mencintai mu Shawn.

Setelah aku selesai dengan album Shawn, Grey mengantarkan ku kembali ke rumah.

"Aku merasa pinggangku sakit akhir - akhir ini." Aku tertawa.

"Itu semua karna perut mu sudah mulai membesar." Grey ikut tertawa.

"Kau benar."

"Aku akan menginap disini, besok kau akan pergi pagi bukan? Berikan aku bantal dan selimut." Grey duduk di sofa ruang tamu.

"Aku selalu merepotkan mu, Grey."

"Ini sudah larut malam, aku juga memiliki rasa takut untuk kembali kerumah."

Aku memberikan Grey bantal dan selimut.

-

Aku terbangun dan mencium bau yang membuat ku semangat untuk bangun.
"Apa Shawn sedang memasak di dapur?" Aku tersenyum dan bangkit dari tempat tidur ku lalu berjalan menuju dapur. Langkah kaki ku terhenti. "Shawn?" Aku duduk di sofa. Pikiran ku kosong. Aku sangat merindukan mu Shawn.

"Hey, kau sudah bangun?" Grey meletakan piring berisi french toast dan segelas susu di meja yang berada tepat di hadapan ku.

Aku hanya menatap kearah french toast itu.

"Apa kau baik - baik saja?" Grey duduk disebelah ku.

Aku mengangguk.

"Kalau begitu makanlah ini." Grey menyodorkan piring berisi french toast.

Aku menggeleng.

"Atau kau bisa meminum susu ini." Grey menyodorkan segelas susu.

Aku menggeleng untuk kedua kali nya.

"Carol setidaknya minumlah ini."

Aku menoleh kearah nya. "Kau bisa pulang kalau kau sudah selesai sarapan."

"Aku baru akan tenang pulang kerumah jika kau menghabiskan french toast ini. Setidaknya habiskan susu ini. Ayolah."

Aku menunduk. "Shawn" Air mata ku mengalir. Sebisa mungkin aku mencoba menahan nya. Tapi tidak bisa.

Grey mendekap ku ke dalam dada nya. Tangan nya mengelus kepala ku. "Shawn sudah bahagia disana. Sekarang. Pikirkan lah kebahagiaan mu."

"Aku merindukan nya Grey. Sangat merindukan nya. Semua kenangan yang dia tinggalkan sangat lah indah Grey aku tidak bisa menghilangkan nya dari hidup fikiran ku bahkan dari hidup ku. Aku kira, seiring berjalan nya waktu aku akan baik - baik saja tanpa nya. Tapi nyata nya aku semakin mencintainya Grey. Aku tidak bisa hidup seperi ini Grey. Aku butuh Shawn."

"Aku akan selalu ada disini. Saat kau butuh Shawn. Aku berjanji untuk itu." Grey berjalan menuju tape player tua yang berada di pojok ruangan. "Apa ini masih berfungsi? Sepertinya kita butuh sedikit hiburan."

"Masih."

Aku menoleh karna lagu lights on terputar dari tape player itu.

"Bukan kah ini suara Shawn?" Grey mendekat ke arah ku.

"Ini lagu yang kami dengar kan di malam tepat sebelum Shawn kritis."

"Maaf kan aku."

"Aku tidak tahu jika tape nya masih di dalam."

"Aku bisa mematikan nya kalau kau mau."

"Tidak Grey... Aku menikmatinya." Aku tersenyum.

Manipulate | Shawn Petter Raul MendesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang