All I Want For Christmas

174 20 0
                                    

"He built a fire just to keep me warm.
Walking with his head down,
  I am the one his walking to..."
- Call it what you want // Taylor Swift.

Aku membuatkan dua cangkir coklat panas dan menaruhnya diatas meja makan. Pagi hari ini, suhu didesa mencapai 3 derajat celcius. Dan ini bisa menjadi sangat dingin. Aku duduk di kursi dimana aku biasa duduk. Lalu ibu meletakan mangkuk besar yang berisi menu utama hari ini. Sweet potatoes soup with maple crouton. Lalu ibu duduk di hadapan ku.

"Lihat lah betapa banyak cookies yang ibu buat." Aku menuang Sup ke mangkuk. "Woahhh.. Sup ini sangat nikmat."

"Ibu akan membawanya kerumah bibi... Kau jadi ikut?" Tanya ibu.

"Aku akan mengikuti misa pagi.."

"Bersama Dillan?" Ibu tersenyum kepadaku.

"Ya.."

"Baiklah.. bawakan Sup untuk nya." Ibu menuang sup ke mangkuk untuk Dillan.
-
"Dillan.." Panggil ku saat aku berada di depan rumah nya. Aku tak bisa membuka pintu karna tangan kiri ku memegang semangkuk sup dan tangan kanan ku memenggang piring berisi cookies.

Tak lama Dillan membuka pintu.

"Mari masuk." Dillan mengambil mangkuk dan piring dari tangan ku dan menaruh nya di meja. "Duduklah..."

Terlihat vacum cleaner dan alat pel bersender di diding pembatas antara ruang tamu dan dapur. Sepertinya Dillan sedang membereskan rumah nya. "Mau ku bantu?" Aku menawarkan.

"Tidak.. Aku biasa melakukan nya."

"Ayolah.." Pintaku. Tanpa menunggu jawaban Dillan aku langsung mengambil vacum cleaner. "Yang mana yang harus aku bersihkan? Tanya ku.

"Hmm.. Tinggal ruang tamu sama kamar ku." Dillan menjawab dengan ragu.

"Baiklah aku akan membersihkan kamar mu terlebih dahulu." Aku berjalan menuju kamar Dillan. Sangat rapi untuk ukuran laki - laki. Hanya terlihat kasur yang berantakan. Karna semalam dia tidur diatasnya. Piala tersusun sangat rapi diatas meja belajarnya. 'Ibunya pasti sangat bangga' Ucap ku dalam hati. Aku merapikan kasur nya dan membersihkan lantai.

"Ah aku merepotkan mu." Ucap Dillan dari depan pintu kamar.

"Tidak, aku akan membantumu jika kau mau." Aku tersenyum.

"Sudah selesai?" Tanya nya.

"Sudah."

"Ayo sarapan."

"Ruang tamu nya?"

"Nanti saja." Dia meninggalkan ku.

Aku menuju ke dapur, sambil melihat sekeliling. Isi dalam rumah Dillan didominasi dengan warna putih.. Ini mengingatkan ku seperti.. Umm putih Santorini? Yap santorini.

"Ayo makan... Atau kau mau segelas susu?" Dillan duduk di meja makan dan bersiap menyantap sup dan ayam panggang? apa itu Dillan yang membuatnya?

"Biar aku saja yang membuat susu. Sudah menjadi tugas perempuan untuk bermain di dapur... Cepat katakan dimana gelas nya?"

"Di rak kedua."

"Lihatlah... kau menaruhnya terlalu tinggi." Aku mencoba meraih nya.

"Tidak ada orang lain dirumah ini, jadi tak masalah jika itu terlalu tinggi." Dillan mengambilkan nya untuk ku. Dia menatap wajah ku. Dan kemudian duduk di kursi meja makan.

"Ini." Aku meletakan segelas susu dan duduk di depan nya.

"Bedankt... Ayo makanlah."

"Aku sudah sarapan sebelum kesini."

Manipulate | Shawn Petter Raul MendesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang