Lost

161 21 0
                                    



Kring Kring. Telfon ku berdering saat aku sedang mengeringkan rambut. Aku mengangkat nya lalu menuju balkon.

"Shawn mungkin lagi mandi sekarang. Ini adalah hari pertama kali kuliah." Ucap ku. Seperti biasa mom Anne menelfon ku untuk bertanya keadaan Shawn. "Tidak.. Shawn bahkan sangat baik kepadaku..."

Ctek. Pintu kamar Shawn terbuka, aku langsung menoleh kearah nya.

"Kau sedang apa dibalkon ku?" Tanya nya.

"Aku tutup telfon nya, bye." Aku menutup telfon. "Ini adalah balkon kamar ku juga." Jawab ku lalu berjalan menuju pintu kamar ku.

"Kenapa ku pergi? Apa kau mau mengintip ku?" Shawn memegang tangan ku.

"Apa?" Aku masuk ke kamar.

"Cepatlah bersiap aku tak ingin terlambat di hari pertama kuliah." Teriak nya.

-

Aku membuatkan susu hangat untuk Shawn, paman William dan Cam. Lalu menaruh disebelah piring sarapan mereka.

"Terima kasih." Cam mengedipkan mata kanan nya. Aku duduk di sebelah Cam.

Aku menghabiskan segelas jus jeruk.

"Ayo pergi." Shawn menarik tangan ku.

"Dia bahkan belum menyentuh roti bakar miliknya." Paman melirik kearah Shawn.

"Tak apa paman." Aku berdiri dari tempat duduk ku.

-

Aku melihat sekeliling ku, memandangi betapa besar nya kampus ini. Tak ada yang aku kenal di kampus ini selain.. Pria yang sedang menyodorkan tangan nya tepat di depan wajah ku.

"Berikan tas ku." Ucap nya.

Aku memberikan tasnya.

"Tunggula aku di sini saat kau sudah selesai kuliah." Dia meninggalkan ku.

"Shawn tunggu. Aku bahkan tak tahu dimana kelas ku." Aku berlari kearah Shawn.

"Kau kira aku tahu dimana kelas ku?" Dia meninggalkan ku. Aku memutar bola mata ku dan memegang tali tas ku. Aku berjalan menuju pusat informasi dan bertanya dimana kelas ku.

"Dilantai 4 ruang C dengan dosen Sir Amstrong. Kau sudah telat 5 menit nona." Ucap petugas informasi.

"Baiklah.. Dimana tangga nya?"Tanyaku.

"Sebelah kanan."

"Terima kasih." Aku berlari menuju tangga.

Brukk. Aku menabrak seseorang, dan membuat dia terjatuh. 'Ah sial! Aku akan lebih terlambar lagi.' Umpat ku dalam hati.

Ku ulurkan tangan ku untuk membantu nya berdiri, dia memegang tangan ku lalu berdiri. "Bokong ku." Dia mengelus bokongnya.

"Ah tidak." Aku menutup wajah ku dengan kedua tangan ku. Lalu membuka mata ku untuk memastikan bahwa dia sudah pergi. Ternyata dia masih berdiri didepan ku.

"Apa kau tidak akan meminta maaf?" Tanya nya.

Aku menoleh ke wajah nya. "Dillan?" Teriak ku histeris. Meskipun tidak ada yang lewat di koridor ini, aku tetap saja malu dan langsung menutup mulut ku dengan tangan kiri. "Kau kenapa tidak bilang kalau akan meneruskan kuliah disini? Aku pasti tidak akan merasa sendirian."

Dia hanya melihat sinis kearah ku. Apa aku salah orang? Yang benar saja, wajah nya sangat mirip dengan Dillan, tinggi nya.. tatapan nya, kecuali birthmark di rahang kanan nya. Ah dia bukan Dillan, tetapi kenapa dia terus menatap kearah ku. Aku melambaikan tangan ku untuk memastikan apa dia benar - benar memperhatikan ku.

Manipulate | Shawn Petter Raul MendesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang