Dutch girl?

149 22 0
                                    

"Have a safe flight." Mom Anne melepaskan pelukan nya.

Mata ku melihat ke sekeliling  dimana Jack? Apa dia tidak ingin mengantarku? Aku tertuju pada pria berjaket Black leather. "Shawn?"

"Apa?" Tanya Madison, dan menoleh kearah pria yang berdiri menatap kami dari kejauhan.

Pria itu berlari karna kami semua menatap ke arah nya.

"Tidak ada Shawn disini." Ucap Ethan. Dia merangkul pundak ku dan berjalan menuju tempat Check in.

Entah mengapa aku sangat yakin jika yang aku lihat tadi benar - benar Shawn. Tapi untuk apa dia kesini dan menghantar ku? Kalau nyatanya dia sudah bahagia bersama wanita itu.

Aku berjalan menuju ruang tunggu. Madison memberi kode dari luar, jika aku harus menghubunginya saat aku sampai di Belanda. Aku hanya mengangguk dan berlalu meninggalkan mereka.

-

Aku meraih  trolley untuk menaruh barang ku.

"Maaf nona kau bisa mengambil nya." Ucap seorang pria yang memegang trolley yang aku pegang.

Aku mengenali siapa pemilik suara halus ini. Matthew! "Bendankt Matthew." Aku menarik trolley tanpa menoleh kearah nya. Aku akan sangat malu jika aku salah orang.

"Matthew? Kau mengenalku?" Tanya pria itu.

Aku menoleh kearah wajah nya yang sedang heran itu. "Siapa yang tak kenal Atlet berbakat seperti mu Matthew." Aku tertawa.

"Carol? Ini benar - benar kau?" Matthew memeluk ku, begitu pula aku yang membalas pelukan nya. "Kau tak banyak berubah, masih cantik seperti yang aku kenal waktu itu."

"Kau juga... Masih seperti Matthew yang pintar merayu wanita." Aku melepaskan pelukan nya.

"Dan kau satu - satu nya wanita yang tak bisa aku rayu." Matthew tertawa.

"Apa kalian sudah selesai?" Tanya seorang Pria tua. Aku menoleh kearah nya dan beberapa orang di belakang nya.

Sambil tersenyum malu aku mundur agar mereka bisa lewat. "Vergeef me"

"Jadi apa yang kau lakukan di Belanda?" Matthew dan aku berjalan menyusuri koridor bandara.

"Menikmati liburan musim panas." Jawab ku.

"Apa di Canada sedang musim panas?"
Matthew Heran.

Aku tertawa. "Liburan musim panas ku tertunda."

"Coffee to start day?" Matthew berhenti di depan kedai kopi.

"Why not?!" Kami masuk ke dalam kedai kopi.

"Iced Caffe nonblend Americano. For beautiful canadian girl." Matthew datang dengan nampan berisi dua cup coffee dan duduk di depan ku.

"Bedankt! Trouwens I am still a dutch girl." Aku tersipu malu karna Matthew menatap kedua mata ku.

"Jadi kau akan kembali ke desa?" Matthew menyeruput Coffee miliknya.

"Tidak, aku akan ke appartement milik bibi ku." Aku meminum coffee milik ku. "Oh ya, bagaimana dengan Wine milik ayah mu? Aku ingin mencicipi nya."

"Ayah ku di penjara."

Aku melepaskan sedotan dari mulut ku. "Bagaimana bisa?" Aku menatap wajah Matthew.

"Kau tahu, sepandai - pandai nya tupai melompat, ia akan terjatuh. Begitu pula dengan ayah ku. Sepandai - pandai nya ayah ku menutupi kebohongan yang dia lakukan. Lambat laun semua akan terbongkar."

"Apa yang sebenarnya dilakukan oleh ayah mu?"

"Ayah ku adalah dalang dari kebakaran perkebunan anggur di desa Renvile."

"Aku turut berduka mendengar nya Matthew." Ternyata dugaan ku pada malam itu benar ada nya.

"Maaf kan ayah ku." Ucap Matthew.

"Maaf?" Aku heran.

"Ayah ku adalah orang yang membakar kebun milik ayah mu bukan? Meskipun ayah ku tidak membakar nya dengan kedua tangan nya, tapi dia tetap orang yang menghancurkan kebun mu."

"Bagaimana kau bisa tau?" Aku mengingat - ingat lagi kapan aku pernah bercerita tentang ini kepada Matthew.

"Botol Wine yang kau berikan pada ku malam itu, bertuliskan wine milik keluarga Hamilton dari desa Renvile. Aku masih ingat dengan jelas tulisan di botol wine malam itu."

"Kau benar... Aku bahkan sudah lupa akan hal itu." Lagak ku seolah tak mengetahui nya sama sekali.

-

"Kalau kau ada waktu, lusa aku akan tanding." Matthew menyetop taksi dari pinggir koridor bandara.

"Oh ya?"

"Aku bisa menjemput mu jika kau mau." Dia membuka kan pintu untuk ku.

Aku masuk, lalu membuka kaca mobil. "Apa kekasih mu tak akan marah?" Aku tertawa kecil.

"Kekasih? Jangan biacarakan itu di tempat umum atau mereka akan tahu jika seorang atlet  yang di gilai oleh banyak wanita, nyatanya belum ada kekasih." Matthew ikut tertawa.

"Aku tidak berjanji. Tapi akan aku usahakan." Aku melambai kearah Matthew, saat taksi yang aku tumpangi perlahan meninggalkan Matthew.

-

"20 Euro." Ucap supir taksi saat aku sampai di depan appartement milik bibi Claudia.

"Bedankt." Aku turun, menarik koper ku dan berjalan menuju appartement milik bibi Claudia.

Manipulate | Shawn Petter Raul MendesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang