Part 41

162 20 1
                                    

22, July 1982.
A year after Shawn propose me.

"Shawn, kau dimana? Kenapa kau belum pulang? Kita harus fitting baju." Aku memarahinya di telfon. Aku berdiri di depan jendela kamar ku, dan sesekali melihat ke arah jam dinding. Ini sudah pukul 16:26 tetapi Shawn belum pulang ke rumah.

Ada banyak hal yang akan menjadi alasan kenapa aku dan Shawn memilih untuk menikah di usia yang sangat muda.

Aku tidak bisa menceritakan nya satu persatu, yang jelas pernikahan kami akan berlangsung dua hari lagi. Shawn selalu menagih janji ku untuk menikah dengan nya. Dia sangat takut jika sesuatu akan memisahkan aku dan dia seperti waktu itu. Sejujurnya, itu bukan hanya ketakukan Shawn, tetapi itu adalah ketakutan terbesar ku.

"Maaf kan aku, sepertinya kita tidak jadi fitting hari ini, aku masih terjebak macet." Jawab Shawn, Aku langsung mematikan telfon ku.

"Don't mad at me hun." Shawn memeluk ku dari belakang. Aku menoleh kearah nya, dia mencium pipi ku. "Ayo kita pergi." Shawn menarik tangan ku menuju garasi mobil. Dia membukakan pintu mobil untuk ku. "Naiklah."

"Thankyou prince Mendes." Aku naik ke dalam mobil, lalu memasang seatbelt.

Kami berhenti di sebuah gedung bertuliskan Abel boutique. Shawn telah mempersiapkan semua nya, termasuk gaun pernikahan ku. Dia yang memesankan nya untuk ku. Dia tidak ingin aku repot karna urusan pernikahan.

"Gown for mrs. Mendes." Ucap Shawn

"The White one? Here.." Seorang wanita menoleh ke arah kami, tangan kiri nya memegang ujung dress berwarna putih yang terpasang di manekin.

"Abel?" Aku menatap ragu kepada wanita itu.

"Carol?" Abel memeluk ku, lalu melepas nya. "Apa kau yang memesan baju ini?"

"Ya." Aku memegang dress putih itu. "What a good detail! I love it!"

"Thankyou, tapi dimana Dillan?" Tanya Abel.

"Dillan?" Tanya ku heran.

"Kau akan menikah dengan nya bukan?"

Aku menatap wajah nya. "Tidak." Aku terdiam lalu menoleh ke arah Shawn yang dari tadi berdiri di belakang ku. "Kenalkan, ini Shawn. Dia adalah calon suamiku."

"Maafkan aku, perkenalkan Abel." Abel mengulurkan tangan nya serta memasang wajah kecut.

Shawn berjalan ke sebelah ku dan memeluk pinggangku dengan tangan kiri nya. "Shawn." Dia mengulurkan tangan kanan nya dan menjabat tangan Abel.

"Oh ya, kalau begitu cobalah baju nya." Abel melepaskan dress putih itu dari manekin dan memberikan nya kepada ku. "Disana." Abel menunjung fitting room yang ada di bawah tangga.

Aku mencoba mengancingkan ziper belakang tapi tidak bisa karna rambut ku tersangkut. Aku keluar dan berjalan ke arah Abel dan Shawn yang sedari tadi menunggu ku. "Seperti nya rambut ku tersangkut."

Shawn berdiri dan memasangkan resliting belakang ku. Aku menatap ke arah kaca, dan Shawn menatap ku dari pantulan kaca. "Tampak nya kau selalu kesusahan mengancingkan dress mu."

"Dan kau selalu membantu ku untuk itu." Aku tersenyum ke arah Shawn yang menatap ku dari pantulan kaca.

"I will treat and make you as a real princess. Not as cinderella and not as another princess that exist in the world. But as your self. Princess Caroline Mendes." Shawn berbisik ditelinga ku.

Aku menoleh kearah wajah nya yang sangat dekat dengan ku. Shawn mencium bibir ku. Aku melepaskan nya. "you have to fitting your own tuxedo." Aku menatap matanya.

"Okay, where is it?" Shawn tertawa dan pergi ke dalam fitting room.

"Lalu bagaimana dengan Dillan?" Tanya Abel saat aku duduk di sebelah nya.

"Aku masih berteman baik dengan nya. Tak ada yang berubah dari dulu. Hati ku tak pernah untuk nya." Aku tersenyum kecil ke arah nya. "By the way, Dress ini sangat sesuai dengan ekspetasi ku. Thankyou Abel."

"Apa aku terlihat tampan?" Shawn datang dari fiting room, dan berhenti di depan cermin. Aku berjalan ke arah nya dan merapikan dasi yang dia pakai. Jas berwarna cream dan tuxedo berwarna broken white senada dengan dress yang aku pakai.

"Kau selalu terlihat tampan." Aku tersenyum kearah nya. "Oh ya Abel, aku bukan bermaksud menyinggung mu tapi aku ingin meminta kau mengecilkan sedikit di bagian pinggang, karna ternyata pinggang ku menjadi lebih ramping."

"Tak masalah, aku akan mengecilkan nya dan kau bisa mengambilnya besok."

-

"Sempat kan untuk datang ke pernikahan ku." Aku melambai ke arah Abel.

"Apa kau membutuh kan bridesmaid?" Teriak Abel.

"Seorang princess tidak butuh itu." Aku tertawa dan masuk kedalam mobil. Shawn mentup pintu ku dan masuk ke dalam mobil.

"Siapa itu Dillan? Teman SMA? Berarti Grey mengetahui tentang nya? Kenapa Grey tidak pernah bilang kepada ku?" Shawn menggerutu.

"Calm down honey."

"Grey tidak memberitahu ku, awas saja dia."

"Itu karna Grey adalah Dillan."

"Apa maksud mu? Apa itu Alter ego?"

"Tidak, tidak." Aku tertawa lalu menjelaskan semuanya panjang lebar.

Manipulate | Shawn Petter Raul MendesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang