In My Bloo d

180 21 0
                                    

Looking through my phone again feeling anxious. Afraid to be alone again. I hate this. Can't breath! Is there somebody who could help me? Someone help me.
- Shawn Mendes, In My Blood

Hari ini adalah hari terakhir aku di Belanda. Ibu memintaku untuk menemani nya, kembali ke desa. Hanya sekedar mengecek keadaan rumah di desa.

Aku melangkahkan kaki ku turun dari bus. Aku melihat ke sekeliling karna saat aku ke desa minggu lalu, aku tidak terlalu memperhatikan sekitar.

"Carol." Panggil seseorang dari belakang ku.

"Kau lagi? Aku akui kau adalah penguntit yang hebat Grey." I rolled my eyes.

"Ayo sayang." Ibu menoleh ke belakang. "Ah! Greyson. Sudah lama tidak bertemu dengan mu, kau dari mana?"

"Dari terminal membeli buah - buahan bi." Grey menunjukan kantung belanjaan yang dia pegang. "Boleh aku mengajak nya berkeliling?" Tanya Grey.

"Kau tak perlu meminta izin untuk itu Grey." Ucap ibu.

"Aku?" Tanya ku heran.

"Dank u." Grey menarik tangan ku. "Naiklah." Grey naik ke atas perahu dan mendayung perahu. "Kau pasti merindukan desa ini." Grey menoleh kearah ku.

Aku yang dari tadi memainkan air sungai, menoleh ke arah nya. "Belum satu tahun aku meninggalkan desa ini, tapi rasa nya desa ini sudah berbeda. Desa ini sudah ramai sekarang. Aku rindu ketenangan di desa ini." Aku menatap mata Grey yang sedari tadi menatap ku.

"Kau masih memakainya."

"Memakai apa? Aku menaikan satu alis ku.

"Kalung yang ada di leher mu."

Aku memegang leher ku, kalung inisial C itu masih melingkar di leher ku. Aku tersenyum kecil ke arah nya.

-

"Apa kau tidak mau mampir ke rumah ku?" Grey membuka kunci pintu rumah nya.

"Sudah pernah." aku membuka pagar rumah ku.

"Kau bisa menunggu dirumah ku saat ibu mu sedang mengurus keperluan nya." Bujuk Grey. "Aku akan buatkan jus." Sambung nya lagi.

Aku menutup kembali pagar rumah lalu berjalan kerumah Grey.

Grey mengupas apel dan memotongnya menjadi beberapa bagian. "One day one apple, can make the doctor away." Grey tersenyum ke arah ku.

"Benarkah?" Tanya ku.

"Coba saja."

"Akan lebih enak jika di tambah sedikit madu. Shawn menyukainya" Aku menuangkan satu sendok madu ke dalam gelas berisi jus apel, lalu terdiam. Shawn? Aku mendengus kesal saat aku menyadari aku menyebut namanya. "Coba lah ini." Aku memberikan nya kepada Grey.

"Hanya Shawn yang ada dihatimu bukan?" Grey mengambil gelas berisi jus apel yang sudah aku tambahkan madu, lalu duduk di ruang tamu.

Setelah menghabiskan segelas jus apel, aku bergegas kembali kerumah, karna ibu sudah menunggu ku.

"Sampai ketemu." Grey melambaikan tangan nya. "Dibandara."

Aku berjalan bersama ibu di trotoar jalan menuju appartement bibi Claudia.

Kring. Kring. Handphone ku berdering. Aku mengangkatnya, ternyata itu adalah Madison.

"Kapan kau akan kembali ke Kanada?"
"Besok pagi."
"Besok malam adalah hari pernikahan Shawn dan Hailey. Aku harap kau mau menghadirinya."
"Apa kau fikir aku ini bodoh Mad? Untuk apa aku menghadirinya?"
"Aku mohon hadirilah Carol..."

Manipulate | Shawn Petter Raul MendesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang