isn't she lovely?

148 21 0
                                    

"Iyaa jalan kedepan, hati - hati sebentar lagi kita akan sampai." Madison menuntunku menuju suatu tempat yang bahkan aku tidak mengetahuinya sama sekali.

Sebuah sapu tangan menutup mata ku sejak aku keluar kelas. Entah dimana aku akan dibawa oleh Madison.

"Sampai." Madison membukakan ikatan sarung tangan yang menutup mataku dari belakang.

Jantung ku seperti berhenti memompa darah saat aku melihat apa yang ada di hadapanku. Madison membawa ku ke taman belakang rumah milik keluarga Mendes.

"Happy Birthday Caroline." Shawn memegang kue ulang tahun yang tertancap lilin angka 18. Aku tersenyum kecil kepada Shawn, dan menoleh ke arah Madison.

"Lakukanlah." Ucap Madison.

Aku berjalan kearah Shawn dan meniup lilin angka 18 tersebut, tak lupa aku mengucapkan wish sebelum aku meniup lilin tersebut. Kali ini aku membuat perubahan dari wish ku. "Terima Kasih, kau telah menghadirkan Shawn kembali kedalam hidup ku. Harapan ku tahun ini, semoga Shawn tahu siapa aku sebenarnya." Aku meniup lilin angka 18 itu. "Bagaimana kau bisa tahu ulang tahun ku?" Aku mengangkat satu alis ku.

Shawn memberikan kue tersebut kepada Madison, lalu membuka kedua tangan nya. "cmon honey."

Aku langsung memeluk Shawn yang sudah membuka kedua tangan nya. Aku merasakan tangan Shawn memeluk ku dengan erat.

Aku melepaskan pelukannya dan tersenyum salah tingkah kearah nya. Aku tidak pernah menduga jika Shawn akan tumbuh menjadi seseorang yang sangat romantis.

Cam, Ethan dan Jack keluar dari pintu dapur dan berjalan menuju kearah kami. Mereka membawa Balon dan hadiah.

"Happy birthday Carol." Ucap mereka bertiga.

"Thankyou cam, Jack, Ethan." Aku tersenyum.

"Bukalah ini." Madison memberikan ku paper bag.

Aku membukanya, ternyata itu adalah satu paket makeup. "Kau tahu jika aku tidak menyukai semua ini kan?" Aku menoleh kearah Madison sambil menunjukan apa yang dia berikan kepada ku sebagai kado ulang tahun.

"Kau akan memerlukannya nanti. Lagi pula itu adalah starter pack jadi cocok untuk pemula seperti kau." Kedua tangan Madison memegang tangan kiri ku.

"Aku mau kedepan.. Ada seseorang yang ingin aku temui." Ethan pergi menuju seseorang yang berdiri di sebelah kolam renang. Aku menatap laki - laki yang ditemui oleh Ethan. Aku seperti mengenalinya. Siapa itu? Aku tidak bisa melihat wajahnya karna dia berdiri membelakangi kami.

"Carol Ini hadiah dari ku." Jack memberikan kotak berwarna biru kepada ku, tetapi aku tidak menghiraukan Jack, karna aku fokus mengingat siapa yang ditemui Ethan. "Carol.." Panggil nya lagi.

"Ahhh iya Jack..." Aku memegang kotak tersebut.

"Ayo buka kau pasti menyukainya." Madison menyuruhku.

Benar saja, aku tahu siapa laki - laki yang di temui oleh Ethan. "Shawn pegang ini." Aku memberikan kotak kado pemberian Jack kepada Shawn dan berjalan menuju Ethan dan laki - laki itu.

"Kau mau kemana?" Shawn heran.

"Aku akan segera kembali." Ucap ku. "Dillan?" Panggil ku kepada pria yang sedang berbicara dengan Ethan.

Laki - laki itu menoleh. Sekarang aku bisa melihat wajah nya dengan jelas. Mata ku menatap kearah Dillan dan Ethan secara bergantian. "Kalian saling mengenal?" Tanya ku.

Dillan menundukan pandangan nya dan Ethan menatapku dengan tatapan tak percaya.

"Apa tidak ada yang ingin memberikan penjelasan kepada ku?" Tanya ku lagi.

"Ini tidak seperti.." Ucapan Ethan terpotong oleh Dillan.

"Aku yang akan menjelaskan." Dillan menatap ku.

"Baiklah ikuti aku." Aku berjalan menuju ayunan dan duduk diatas nya. "Duduklah dan mulai lah menceritakan."

Dillan duduk di sebelah ku, dia menaruh kedua tangan nya di atas pahanya. Dia menarik nafas panjang dan menghembuskannya. "Maaf kan aku."

Aku menatap kearah nya. "Jika penjelasan mu hanya maaf, aku akan meminta penjelasan Ethan." Aku membuang pandangan ku dari arah nya.

"Kau tahu jika aku mempunyai kakak laki - laki? Sebenarnya dia adalah kembaran ku. Dia adalah Ethan Dollan. Dia yang selama ini tinggal bersama ayah ku di Kanada. Kau ingat? Aku pernah menceritakan nya bukan?" Dillan menatap ku, dan aku hanya mengangguk. Aku bisa melihat dimata nya ada penyesalan.

"Aku benci dengan ayah ku. Dia menikah lagi dan mempunyai seorang putri, dia lupa dengan Aku dan Ethan. Sampai suatu hari, dia memutuskan untuk pindah ke Kanada. Aku tidak tahu dimana dia menaruh otak nya. Dia akan meninggalkan nenek sendirian di desa. Aku memutuskan untuk tidak ikut pindah dengan nya, aku memutuskan untuk tetap tinggal bersama nenek hingga hari terakhir nenek. Bahkan ayah ku tidak pulang untuk upacara pemakaman nenek. Hanya Ethan yang pulang. Aku memutuskan untuk mengganti nama ku, menjadi Dillan. Karna aku tidak ingin memakai nama ayah ku." Dillan menundukan pandangan nya.

Apa - apaan aku ini? Aku marah kepadanya padahal aku tidak mengetahui sedikit pun tentang nya.

"Dan sekarang aku kembali menjadi Grayson Dollan, sejak aku pindah ke Kanada. Hanya itu satu - satu nya cara agar ayah ku mau membiayai kuliah ku. Aku tak masalah jika kau marah kepadaku." Sambung Dillan.

"Maafkan aku Dillan." Aku menundukan kepala ku.

"Untuk apa? Aku yang seharusnya meminta maaf kepadamu karna aku telah memanipulasi indentitasku."

"Dia melakukan nya bukan tanpa alasan." Ethan berdiri di hadapan kami. "Apa kau marah kepadanya?" Sambung nya lagi.

"Itu adalah pilihannya." Ucap ku.

Dillan memeluku. "Panggil aku Grey mulai sekarang."

Aku merasakan jika dia mencium kepalaku.

"Bisa kita lanjutkan acara buka kadonya?" Tanya Jack.

Aku melepaskan pelukan Dillan, uhm maksud ku Grey dan menoleh ke arah datang nya suara. Ternyata semua orang sudah berkumpul di depan kami.

Ulang tahun ku kali ini adalah ulang tahun yang berharga. Setelah sepuluh tahun aku menanti kehadiran Shawn di ulang tahun ku. Akhirnya 17 desember 1978, Shawn Petter Raul Mendes hadir di hadapan ku untuk merayakan ulang tahun ku. Di tahun ini juga aku mendapatkan teman yang sangat peduli kepada ku, yaitu Madison, Jack, Cam, Ethan, dan yang terakhir Grey.

Aku mendapatkan high heel putih dari Jack. Mendapatkan dua mini dress dari Cam dan Ethan. Dan mendapatkan gelang dari Grey.

"Shawn, apa kau tidak memberinya hadiah?" Tanya Cam.

"Untuk apa? Aku bisa membelikan nya kapan pun dan apa pun yang dia mau."

Semua tertawa karna apa yang diucapkan oleh Shawn.

Manipulate | Shawn Petter Raul MendesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang