Sister in Law

140 21 1
                                    

Ting tong. Aku memencet tombol bel di sebelah pintu apartement milik bibi Claudia.

Ctek. Seseorang membuka pintu.

Ternyata yang membuka pintu adalah ibu ku. Hampir satu menit kami saling bertatapan. Ibu dan aku sama - sama tidak percaya jika kami bisa bertemu satu sama lain secara langsung.

Ingin aku berteriak 'Ibu' sekeras yang aku bisa. Melepaskan rasa rindu ku, dan juga sakit hati ku.

"Apa yang membuat Princess kecil ibu datang ke Belanda tanpa mengabari ibu?" Ibu memegang kedua pipi ku. Sentuhan nya, sangat aku rindukan. Padahal belum satu tahun aku meninggalkan nya. Tapi, rasanya seperti satu abad.

"Surprice!!"Aku tersenyum memegang tangan yang sudah mulai keriput itu. Satu hal yang sangat aku khawatirkan jika aku bertambah dewasa adalah, ibu ku bertambah tua.

Ibu langsung memeluk ku dan mengelus - elus kepala ku. Masih dengan rasa tak percaya, jika tahun ini aku bisa kembali ke Belanda. Dan bertemu ibu.

"Siapa yang datang?" Bibi Claudia datang, kami pun melepaskan pelukan.

"Bibi.. Aku juga merindukan mu. Mungkin sangat." Aku memeluk bibi Claudia.

"Bibi juga merindukan keponakan perempuan bibi satu - satu nya ini." Balas bibi Claudia.

-

"Apa Nash sudah kembali ke Paris?" Tanya ku sambil menikmati makan siang ku.

"Tidak... Nash hanya sedang pergi." Jawab ibu.

"Apa dia tidak kuliah?" Aku memotong grilled chicken."

"Dia akan wisudah bulan depan."

"Benarkah? Aku ingin sekali hadir di acara wisudah Nash." Aku memasang puppy eyes kehadapan ibu.

"Princess ibu kan harus kuliah."

"Jangan panggil aku dengan sebutan Princess bu, aku sudah besar. Panggilan itu akan terdengan seperti lelucon." Untuk pertama kali nya aku menolak di panggil dengan sebutan Princess. Mungkin aku mulai membenci panggilan itu, karna apa yang di lakukan oleh pembuatnya.

"Baiklah sayang... Mom Anne apa kabar?"

"Baik, dia terlihat awet muda."

"Lalu Shawn?"

Aku menundukan pandangan ku. "Sangat berbeda."

"Apa yang kau maksud sayang?"

"Ibu... Wajar saja jika seorang banyak berubah karna kemajuan waktu. Tak ada yang salah untuk itu." Aku ingin sekali menceritakan yang terjadi sebenarnya kepada ibu. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak sanggup menghancurkan perasaan ibu ku yang sedang senang. 'Yang salah adalah saat seseorang berubah, dia juga merubah semua yang seharusnya dia simpan. Seperti janji misalnya.' Ucap ku dalam hati. "Aku akan tidur bu, jika Nash sudah kembali, bangun kan saja aku."

-

"Wake up honey." Aku terbangun karna ibu membisikan ku dan mengusap kepala ku dengan lembut.

"Apa Nash sudah pulang?" Aku mulai membuka mata ku.

"Cuci wajah mu, ibu akan menunggu untuk makan malam." Ibu keluar kamar.

Aku mencuci wajah ku dan berjalan menuju ruang makan. "Nash." Aku memeluk Nash dan mencium pipi nya. Aku sangat merindukan monster kesayangan ku. "Dad" Aku memeluk ayah ku yang sedang menikmati makan malam nya. "Lihatlah... Bahkan tidak ada yang memberitahuku jika aku bukan satu - satu nya putri di keluarga Hamilton." Aku duduk disebelah wanita berkulit eksotis dan berambut ikal.

Dia tertawa menatap ku. "Apa kau tidak akan mengenalkan ku pada nya?" Wanita itu menoleh ke arah Nash.

"Tunggu, jangan ada yang mengatakan apa pun." Aku menutup mulut ku dengan kedua tangan ku. "Nash apa dia kekasih mu?" Aku sangat bersemangat.

Nash tertawa menatap ku dan wanita itu secara bergantian.

"Welcome home Caroline." Wanita itu memeluk ku.

Aku membalas pelukan nya, lalu melepaskannya. "No! Welcome home, umm What's your name?" Aku mengangkat satu alis ku.

"You can call me Gia."

"Welcome home Gia." Aku memeluk nya.

"Thankyou." Balas nya lalu melepas pelukan ku.

"Jadi, ceritakan padaku bagaimana kau bisa bertemu dengan Nash?" Aku mengambil ayam lalu menaruh nya di atas piring ku.

Gia adalah wanita yang baik. Dia mencintai Nash bahkan lebih dari aku mencintai Nash. Aku berharap jika Gia lah yang akan menjadi pendamping hidup Nash suatu saat nanti. Tidak. Aku akan memohon kepada Tuhan secepatnya.

Benar saja. Aku masih mengingat joke Gray kalau Nash akan mendapatkan kekasih yang lebih tua dari nya. Gia adalah pemilik Bakery di dekat taman yang biasa aku dan Nash kunjugi. Dan mereka baru bertemu satu minggu yang lalu saat Nash mengambil pesanan croissant di toko kue milik Gia.

Meskipun aku baru beberapa jam mengenal Gia. Tapi aku merasa dia adalah sosok yang sangat menyayangi ku. Semoga kau akan secepatnya menjadi my sister in law!
-Love Gia

Manipulate | Shawn Petter Raul MendesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang