Don't be a fool

168 21 0
                                    



Friday Morning.

When I wake up, I wash my face and I walk to Shawn's room.

"Good morning Shawn! It's time to wake up." I open the curtains. I walk back to my room. But I stopped.

"Prepare my clothes Honey.." Shawn hold my hand. But he still close his eyes, and lay on bed.

I open the cupboard, searching for Shawn's clothes, and I am babbling. "Did you call honey to other girls?"

"Yes, Especially if I don't know what her name."

I look at him. I slammed the clothes in bed. "Just take shower now!" I left Shawn's room.

Aku menutup pintu lalu bersender di belakang nya. Ternyata ini yang dilakukan nya selama ini? Aku kira dia masih menungguku seperti apa yang aku lakukan.

Aku berjalan menuju dapur lalu membuat dua gelas jus strawberry lalu menaruh nya di kulkas. Aku kembali ke kamar untuk mengganti pakaian.

-
Semua orang sudah duduk di kursi dan siap untuk menyantap sarapan. Kecuali Shawn, dia masih didalam kamar doing something I don't know what.

"Bisakah kita makan tanpa menunggunya?" Tanya Cam.

Uncle William stared at Cam. Shawn coming and sit beside me. Dia datang dengan wajah tanpa dosa. Aku beranjak untuk mengambil jus strawberry. Aku meletakan nya di depan Shawn.

"Thank You." Ucap nya, lalu meminum sampai habis. "It smells like you." He and Cam look at me.

I look at Shawn and Cam. "What?"

"I am done with my breakfast." Shawn stand up and walk.

Aku berdiri. "Paman, aku pergi." Kemudian berlari menuju Shawn.

-

"Pasangkan." Ucap Shawn.

"Kau masih memiliki kedua tangan dengan lengkap." Aku melirik sinis ke arah nya.

"Tugas mu adalah mengurus ku."

"Well." Aku memasangkan seat belt miliknya.

"Hey Ms. Strawberry." He call me. "Menurutmu, kado apa yang cocok untuk diberikan kepada gadis yang berulang tahun ke 18." He ask to me.

"Aku tidak tahu... Aku belum pernah berusia 18 tahun."

"I don't know what her favourite."

"Your girlfriend?" Tanya ku.

"Yeah."

Kalimat balasan Shawn terlontar layaknya anak panah yang tepat mengenai sasaran. Kata - Kata nya tepat mengenai hatiku. Hatiku rasanya hancur, seperti sesuatu datang menusuk.

"Is she Ellie?" Aku tersenyum kecewa. "Aku seharusnya sudah mengetahuinya" Sambungku.

Shawn memarkirkan mobilnya. Aku langsung keluar dari mobil, karna sepertinya air mata ku akan menetes.

"No no no don't go out." Shawn mencoba menahan ku.

Aku berlari menuju kamar mandi, dan menangis. "Why I am fool? Why I am waiting for someone that never wanted me?" Aku memandang wajah ku di cermin. Aku mengelap air mata ku lalu pergi keluar.

"Carol.." Panggil seseorang.

Aku menoleh dan ternyata itu Dillan. Aku berlari kearah nya dan langsung memeluknya. Tangis ku kembali menjadi saat aku berada di dalam pelukannya.

"What's wrong?" Dillan ask me.

"Shawn have a girlfriend."

"Really? Do you ask to him?" Dillan mengelus kepala ku.

"Maybe, but i am sure he have." Aku melepas pelukanya.

"dry those eyes." Dillan wipes my tears. "Come on." Dillan menghantar ku ke depan kelas. Dia memegang kedua pundakku. "Aku tidak ingin melihat mu menangis lagi. Masuklah."

Aku duduk di sebelah Madison.

"Hey What's going on?" She look at me.

"Nothing." Aku mengeluarkan buku ku.

"Just talk to me."

"Shawn have a girlfriend." Ucap ku.

"What?" Jack Yelled. Membuat seisi kelas menoleh kearah kami. Yah meskipun baru beberapa murid yang datang tapi ini cukup memalukan. "Kenapa Shawn tidak pernah memberitahuku? Dia tidak pernah pacaran selama ini, Dia juga tidak pernah mencoba mendekati perempuan. Sampai - sampai tersebar gosip kalau Shawn adalah seorang gay."

"Yah aku pernah mendengar gosip sampah itu." Celetuk Madison.

"Tapi dia sendiri yang bilang kepada ku." Jelasku.

"kalau dia punya pacar?" Tanya Madison.

"Tidak." Balas ku.

"Kau ini.. Jangan langsung percaya." Madison mengelus rambutku.

-

After Class.

"I have photo sessions.. Good bye Carol." Madison meninggalkan aku di depan kelas , sendiri. Aku menghela nafas panjang lalu berjalan ke parkiran.

"Wait me." Teriak seseorang dari belakang. Aku menoleh dan ternyata itu Jack. "You must think that Ellie is Shawn's girlfriend right?"

"That's the fact." Jawab ku.

"Shawn doesn't like Ellie.." Sambung nya lagi.

Aku berhenti di ujung koridor. "Not my business at all.." Aku tersenyum kearah Jack.

"Oh okay... I want to go to cafeteria, good bye." He left me.

Aku melangkah kan kaki ku menuju tempat dimana Shawn memarkirkan mobilnya. Ternyata dia sudah didalam.

"mom.. Kapan kau akan kembali ke kanada? Aku ingin mengirim hadiah kepadanya. Hanya kau yang tahu alamat baru nya." Shawn talking on the phone.

"Okay, love you mum." Shawn mematikan telfon nya. "Kau tau berapa lama aku menunggumu disini?" Dia menoleh ke arah ku.

"Seharusnya kau tinggalkan saja aku." Aku menunduk.

"Tidak, aku tidak akan meninggalkan siapapun lagi." Shawn menginjak pedal gas.

Mendengar jawaban Shawn aku seperti merasa jika dia masih memperdulikan ku. Coba saja kau tahu jika aku adalah princess kecil mu.

Manipulate | Shawn Petter Raul MendesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang