- If i should waiting for one hundred years or more. I will do it. and forever you will be my favourite prince.
Nama ku Caroline Hamilton. dan pangeran ku bernama Shawn Petter Raul Mendes.
Keesokan harinya. seperti biasa pukul 06:57 pagi aku sudah siap menunggu bus sekolah yang akan lewat di desa ku pukul 07:00. sampai bus sekolah datang, shawn belum juga keluar rumah. aku pun menaiki bus dengan perasaan kecewa. lalu aku memilih duduk di kursi kosong berharap pangeran ku akan memberhentikan bus lalu duduk di sebelah ku.
sepanjang jalan menuju sekolah, aku memikirkan tentang pangeran ku. apakah dia sakit? atau kah dia menaiki bus selanjutnya yang akan datang pada pukul 07:30? hm aku tak tahu. aku berharap aku akan menemukan dia di sekolah nanti.pada saat jam makan siang aku tak menemukan pangeranku. begitu pula saat pulang sekolah. aku menunggu sekitar 30 menit di dekat bus sekolah. tetapi hasilnya nihil, pangeran ku tidak ada.
sesampainya aku di depan rumah aku melihat truk besar di depan rumah pangeran ku. mungkin saja itu truk untuk mengangkut wine? ucapku dalam hati. tetapi hari ini kan bukan akhir pekan?. aku langsung masuk ke kamar dan dari jendela aku melihat perabotan rumah Shawn dikeluarkan dari rumah dan di masukan ke dalam truk. aku pun membanting tas ku ke kasur dan berlari menuju rumah shawn. ternyata saat aku masuk ke dalam rumah shawn, tidak ada lagi perabotan yan tersisa. aku menangis memanggil shawn. lalu ibu datang dan memeluku dari belakang.
"tenanglah sayang. Shawn masih ada di kamarnya" ucap ibu ku.
sambil tersedu - sedu aku menjawab,
"aku ingin bertemu shawn."tak lama shawn turun bersama ayah nya.
dia memberikan ku kotak besar yang sangat berat menurut ku kala itu."apa ini?" tanya ku.
"simpan saja ini. aku akan sering mengunjungi desa ini."
"kau... kau akan kemana Shawn." tangisku semakin menjadi saat mendengar jawaban nya.
"aku akan ke Canada, orang tua ku mendapatkan pekerjaan yang lebih besar dari ini. jadi apasalah nya kami mencoba peruntungan baru?"
aku pun berlari meninggalkan Shawn dan kembali ke kamar ku. ku taruh kotak tersebut di atas meja belajar, dan merebahkan badan ku di kasur.
"Tuhan, aku tak pernah kecewa selama ini. dan Ini pasti karna dandelion itu, dandelion itu membuat pangeran ku pergi dari kehidupan ku. Aku benci dandelion."
ucap ku dalam hati.aku terlelap dalam tangisku hingga tak sadar bahwa aku sudah tertidur karna kelelahan menangis. ketika aku bangun ternyata jam di dinding ku sudah menunjukan pukul 05:00 sore. setengah sadar aku langsung berlari menuju rumah Shawn.
"Shawn... Shawn.." teriak ku sambil menangis dan memencet tombol bell rumah Shawn. aku menangis tak karuan. aku kehilangan satu - satu nya teman ku. pangeran ku. aku tak ingin pergi dari rumah Shawn. tetapi ibu ku mengajak ku masuk ke dalam untuk makan malam.
"carol, ayo makan dulu" ajak kakak ku.
"aku tidak ingin makan." teriak ku
"boleh kah monster ini masuk?"
aku belum berkata apapun tetapi dia sudah masuk. dasar monster."apakah kita harus membuka hadiah dari pangeran?" tanya kakak ku.
aku membuka kotak yang diberi oleh Shawn.
yang pertama aku ambil adalah amplop kecil berwarna - warni yang dijepit clip kertas. ada tiga amplop jumlahnya. dan aku meminta kakak ku untuk membacakan nya.-amplop pertama
Princess Carol,
aku meminta maaf karna tak menceritakan ini sebelum nya. aku sangat menyesalinya.
maafkan pangeran mu ini.-amplop kedua
Princess Carol,
tolong jangan menangis, karna aku akan sedih jika kau menangis-amplop ketiga
Princess Carol,
jangan pernah lupa dengan ku, karna nanti kita pasti akan bertemu lagi. aku berjanji untuk itu.dan aku meraih sebuah album foto.
ternyata isi nya adalah foto kami selagi kami bersama.dan yang terakhir adalah syal bermotif vintage yang biasa di pakai oleh tante anne, ibu nya pangeran ku.
"apakah aku bisa mengirim surat balasan kepada Shawn?" tanya ku kepada kakak ku.
"bisa saja, kita akan mengirim nya saat kita pergi ke kota, jadi sekarang kau jangan bersedih lagi." balas kakak ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manipulate | Shawn Petter Raul Mendes
Fiksi Penggemarpernahkah kamu bermimpi untuk hidup bersama cinta pertama mu? aku selalu bermimpi untuk itu. bahkan di saat semuanya tidak mungkin terjadi, aku masih mempercayai bahwa cinta pertama itulah yang akan menjadi bagian dalam hidupku selamanya. Tapi apa h...