Tatapanku kosong saat berjalan dengan langkah gontai di jalanan ibukota. Mereka berbisik dibalik kaca bening, beberapa pasang mata itu memandangku jijik dan menganggap diriku sebagai perempuan tak waras.
Kaos putih oblong.
Celana pendek hitam di atas lutut.
Rambut yang menggumpal seperti benang kusut dan ditaburi banyak benda berwarna putih. Yang sekarang lebih terlihat seperti permen kapas.
Kau tau, apa yang aku lakukan?
Well, Aku sedang mengamati isi dalam sebuah kafe keluarga melalui kaca jendela. Ekspresiku tetap sama, datar tanpa sedikit kerutan akan senyuman yang sangat jarang sekali aku buat.
Namaku Jeon Najel.
Hidupku tak seputih bola salju.
Sejujurnya, aku tidak ingin membahas kata yang disebut Keluarga.
Karena keluargaku berantakan.
Ibuku tewas kecelakaan tiga tahun silam di hari kelulusan dan juga hari ulang tahunku. Hari yang sama saat prosesi penghormatan terakhir. Aku dikejutkan dengan kedatangan anggota keluarga baru yang tak ingin aku akui.
Dia merusak karakterku!
Dia merusak kehidupanku!
Dia mengejutkanku dengan kabar ayah memiliki istri baru!
Kau pikir bocah pubertas mana lagi yang mengancam ibu tirinya dengan senjata tajam. Di hari kematian ibu kandungmu?
Aku memberontak, membabi buta untuk jangan menghalangku pergi ke arahnya. Namun pemberontakan yang kubuat berujung tubuh tak berdaya ini pergi ke rumah sakit jiwa.
Aku mengalami depresi berat. Tak sanggup menerima kenyataan yang menjadi kehidupan baruku.
Selama berbulan-bulan Aku diisolasi. Menenangkan diriku dengan sejuta obat penenang. Aku tak dapat menghitung dan membayangkannya lagi, betapa beratnya jalanku waktu itu. Begitu pula dengan aktivitasku yang selalu dikontrol dan diawasi ketat.
Hahahahahahaha.
Apakah manusia sepertiku boleh tertawa?
Aku lupa kapan terakhir kali aku bisa tersenyum apalagi tertawa.
Setahun lebih aku mengalami masa sulit untuk menerima kenyataan hidup.
Ayahku juga dengan sengaja menyembunyikan bahwa aku merupakan bagian dari keluarga orang terkaya se-antero Korea.
Dia hanya mengakui kakakku di hadapan publik. Menyakitkan sekali bukan?
Hahahahaha!
Anak yang tak dianggap.
Anak yang tak punya cinta dan kasih sayang.
Aku 'kan telah membuat malu keluarga.
Tak ada yang mau berteman denganku. Karena tertutupnya kehidupan pribadiku.
Tetapi Aku sudah terbiasa dengan keadaan dan beralih untuk melupakan masalah yang kupunya yakni bermain game.
Game adalah belahan jiwa baruku.
Game adalah keluargaku.
Aku bisa memiliki banyak teman dari dunia virtual.
Sejak kecil sampai menjelang dewasa ini, kegilaanku akan game terus meningkat.
Seolah benar-benar bisa menghilangkan jejak kesedihan dalam daftar riwayat hidup.
Oh, iya.
Lamunanku buyar saat seseorang menyelimuti tubuhku dengan mantel panjang nan tebal. Refleks kepalaku menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMER • Kth [END]
FanfictionHighest Rank #2 in Mystery -14/12/2018- --- Suara hantaman keras. Pria berkode nama V berhasil mendobrak pintu kayu usang mendekati masa lapuk itu dan mengagetkan semua orang di dalamnya. Bagaimana bisa lelaki ini masuk? Bukankah penjagaan begitu ke...