32-Identity

151 33 0
                                    

Najel menuruni anak tangga sambil menenteng kantong infus, ia menghentak-hentakan kaki sehingga menimbulkan suara. Najel menatap ke arah sofa, seorang tersangka yang mematikan PC miliknya tengah bersantai disana sambil menonton sebuah berita.

"Kau!" sentak Najel dengan telunjuk yang terangkat saat berada disamping Jungkook.

"Udah?" jawabnya santai lalu berdiri.

"APA YANG UDAH?!"

Cengir jungkook merekah, ia mengacak-acak rambut Najel walau ia tau perempuan itu pasti masih kesal padanya. Bisa dilihat dari ekspresinya yang memerah bak thinkerbelle yang sedang marah.

Refleks kedua orang itu menatap seseorang berseragam rapi yang tak jauh dari mereka. Najel tak berniat untuk bertanya, hanya diam sambil menatap.

"Dimana Oh Levi?" tanya Mr.Siwon.

Najel mengangkat pundaknya. "Ntah, baru aja dia pergi."

"Kemana?"

"Bukan urusanku mengetahui kemana dia."

Kening Mr.Siwon berkerut lalu kembali pergi keluar. Hal ini membuat Najel dan Jungkook terlihat kebingungan.

***

Mataku.. Oh.. Mataku..

Tunggu dulu..., lelaki tidak membutuhkan cermin untuk berkaca diri. Kau lihat saja rupamu sendiri yang tampak terpantul jelas dari layar hitam ponselmu itu. Apakah aku pemeran Beauty and the beast? Lingkaran mata panda ini.. Mataku oh mataku.. Aku ingin mengutuk diri meskipun sebenarnya ini bagian dari pekerjaan kebanggaanku.

Tapi kenapa harus divisi ini?

Tapi.. Tapi.. kenapa harus hari ini?!

Kenapa harus akhir-akhir ini?

Ini benar-benar melelahkan! Aku tak bisa beranjak dari sini. Pantatku melekat terlalu sempurna di kursi kerjaku semua orang terus menekanku! baik dari dalam maupun kaum tinta di luar sana. Sialan!

Terlebih soal laporan ini.. Laporan baru..

"Oh ayolah V.. Tidakkah kau menganehkan kasus akhir-akhir ini? Kemari dan lihatlah!" gerutu Seokjin.

"Lah? Sudah sampai? Cepat kali bah!" Seokjin berdiri, rupanya ia sudah kedatangan tamu yang baru saja ia telpon. "Kau ini, cepat duduk dan lihatlah."

V menaruh ponselnya ke dalam saku celana. Saat ia berniat untuk duduk, tiba-tiba ia mengeluarkan ponselnya kembali. Panggilan yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Tak lama, seokjin pun bertanya.

"Kenapa?" ucap Seokjin dengan raut mukanya yang terlihat stres akan tugas.

Sebelum itu, V terlebih dahulu duduk dan berdeham.

"Dora."

"Apa?"

"Tidak, maksudku. Kenalanku telah mengetahui riwayat panggilan serta alamat IP yang dimaksudkan Najel."

"Maksudmu apa?" Seokjin masih tak mengerti, membuat V yang sedang melihat berkas beralih ke arah Seokjin.

"Kecelakaan. Perempuan itu... Ibundanya Najel."

"Bukannya sudah kubilang? Atau belum?" Seokjin mendadak lupa.

"Bukannya kau yang memberikanku tugas ini?" V balik bertanya.

"Oh iya ya," Seokjin menepuk jidatnya lalu menjentikkan jari. "Lalu.. Bagaimana?"

"Ini aneh. Dari data yang kau dan Najel berikan serta hasil dari pelacakan Dora. Kesimpulannya mengarah kepada orang rumah itu sendiri."

Seokjin menopang dagu, ia intens mendengarkan V. "Siapa?"

"Mr.Siwon."

"Kemarin, Aku sempat bertanya perihal soal kecelakaan istrinya. Ekspresi dia mendadak berubah, seperti terkejut begitu tahunya aku akan soal kasus itu."

"Dia berkata apa?"

"Tidak ada. Saat aku bertanya, ia langsung mengalihkan pembicaraan. Sibuk. Begitu ucapannya kemudian pergi."

"Apa kau sudah mengatakannya kepada Najel?"

"Belum. Ini masih membingungkan. Kenapa alamat IP itu berasal dari perusahaan SW enterteiment."

"Hmm... Kupikir kau harus membicarakannya pada Najel. Setidaknya salah satu dari anggota keluarga itu sendiri yang kau wawancarai," saran Seokjin, membuat mereka saling berpandangan dalam diam.

"Dan semoga pihak yang terlibat, bukanlah lelaki itu sendiri," V menambahkan.

"Tapi katamu alamat IP panggilan tersebut dari keluarga itu sendiri."

"Keluarga yang aneh. Seorang ayah yang sibuk, kakak yang perhatian namun tak punya banyak waktu untuk bersama Najel. Dan yang terpenting, si cantik itu yang paling aneh diantara yang aneh."

Seokjin terkekeh pelan. "Kau bilang apa? Cantik? Kau suka?"

Kening V berkerut, matanya menyorot ke arah Seokjin. "Lupakan."

"V.. Suka najel"

"V.. Suka naaajeel," olok Seokjin sambil bernada.

"Akhirnya kau move on dari Uniqorn."

"Tapi kenapa harus client yang sekarang? Beberapa bulan yang lalu kita banyak menerima jasa."

"Kau bisa diam? Lebih baik kau terima berkas ini dan cocokkan dengan yang lain. Tugas utama kita adalah mencari jejak The unknown of J, kita tidak membutuhkan berita korban baru. Aku sudah muak dengan itu. Mungkin yang dimaksudkan Mr.Siwon tentang email DS adalah J," jelas V lalu pergi tanpa membalas panggilan Seokjin.

***

Perlahan mata Chanyeol terbuka, ia mengedarkan pandangan. Tempat ini asing baginya, ia lalu bangkit dan duduk. Sepertinya ini kamar perempuan. Dan kepalanya sedikit pusing, mungkin akibat dari kebanyakan minum.

Ia beranjak keluar dari kamar tersebut dan menemukan seorang wanita tengah tertidur di atas sofa berselimuti selimut. Chanyeol menyimpulkan senyuman tipis.

"Cantik."

Chanyeol tak akan membangunkannya. Ia pergi menatap kaca transparan, memaparkan indahnya kota di pagi hari. Kurasa ini apartement miliknya.

"Sudah bangun?" tanya seseorang bernada lemah. Chanyeol menoleh ke belakang.

"Dimana jasku?" tanya Chanyeol.

"Ada di gantungan sana. Sebentar, akan saya ambilkan."

Setelah mengambil, Yeji kembali lagi. Mereka mematung dalam diam. Dan mendadak sekujur tubuh Yeji merasakan hal yang aneh, lelaki itu memeluknya dan berbisik kata "Terima kasih."

Chanyeol melepaskan pelukannya. "Aku harus pergi sekarang dan kamu cepat mandilah. Kita akan bekerja hari ini."

"Siap tuan."

***

"Sekarang apa?" tanya Jungkook.

"Ntahlah.. Hoamm, aku ngantuk."

"Bagus. Saatnya kau tidur wahai Najel Quinn. Doktermu akan merawat setiap waktu."

GAMER • Kth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang