"Kau?!" ucap seseorang. Matanya melotot tak percaya karena lelaki dihadapannya berhasil menembus penjagaan luar.
"Mari kita bernegosiasi terlebih dahulu," V memandang pistol ditangannya. Kemudian mengangkat benda tersebut mengarah ke para penjahat.
"Kau mau aku memainkan pistol ini atau menyerahkan diri ke kepolisian?" lanjutnya.
"Brengsek! Sombong sekali anda!" Balas pria bermasker.
V menyeringai. "Apa aku terlihat sombong?" Ia menujuk dirinya sendiri dengan tangan kirinya. "Wow.. Lucu sekali bung!"
"Jadi bagaimana? Menyerahkan diri atau...?"
"Atau apa brengsek!"
DOR!
Timah panas menembus perut V, ia menggigit bibir menahan rasa perih yang teramat sangat, belum lagi dengan luka-luka lain.
V menyeringai, membuat mereka sedikit ketakutan. Satu hal yang harus kalian ketahui. Timah panas tersebut berhasil membuat V memanas. Hahaha, ya! Memanas!
V menekuk leher, mula-mula ia melakukan pemanasan sesaat sebelum dengan santainya ia memainkan pistolnya ke para penjahat. V jadi kepikiran dan merasa heran, bagaimana bisa mereka yang ada di dalam ruangan tak layak huni ini lebih lemah daripada mereka yang di luar tadi ia tembak.
Aksi V membuat Yeji beberapa kali teriak ketakutan sambil menangis. Kondisi cukup tegang memang, beberapa kali erangan dari para penjahat keluar dari mulut mereka.
Setelah V selesai melakukan aksinya, V berjalan santai ke arah Yeji yang tampak sangat ketakutan itu. Mereka saling bertatapan, Yeji mengulum bibirnya, ia takut jika lelaki dihadapannya akan melakukan hal yang sama. Tapi tidak bagi V untuk melakukannya, V hanya menyimpulkan senyuman sebelum beralih mendekati Najel.
"Lama banget tau!" gerutu Najel. "Aku bosan mendengar perempuan cengeng itu!"
V melepaskan beberapa ikatan. Saat hampir menyelesaikan pekerjaannya, saat itulah sesuatu muncrat mengenai muka Najel. V batuk berdarah.
"What the...." Najel mengusap mukanya.
Seketika semuanya menjadi gelap. Yeji kembali berteriak.
***
"Hey.."
"Hello.."
"Spada..."
"Kau tuli apa bagaimana? Kenapa terus menangis. Bisa berhenti tidak?"
"Kamu ini bagaimana Najel, aku hampir mati ketakutan karena kondisi seperti ini!!" Yeji gregetan, ia sedikir kesal.
Dengan raut datar, Najel menjawab. "Kita semua takkan selamat jika kau terus bersedih. Dia masih bernapas namun akan mati secepatnya dan kau, aku, akan mati kelaparan. Paham?"
Yeji merundukkan kepala, ia memang cengeng, ia tak pernah berada di dalam situasi seperti ini sebelumnya.
"Kita harus mencari bantuan, kita harus pergi," ucap Najel. "Kau bantu aku menggotong lelaki ini, ayo cepat, sebelum dia benar-benar mati. Aku yang rugi banyak kalau harus membayar upacara pemakaman dia!"
Uhukk..uhukk..
"Lah? Sadar lagi?" Najel heran. "Tapi bagus juga sih, seengganya Aku tak harus menggotongmu dengan susah payah."
Mereka keluar dari gubuk tersebut dan sempat melihat sebuah mobil terparkir di depan. Namun sayangnya tak dapat dipakai karena semua bannya telah sengaja dikempeskan. Apa boleh buat, jalan kaki adalah satu-satunya cara untuk selamat dari situasi sekarat saat ini.
***
Seokjin memijit pelipisnya. Sudah sedari tadi ia mencoba untuk memanggil V tapi tak kunjung tersambungkan panggilannya. Belum lagi perihal Mr.Siwon yang memakinya dan Chanyeol yang tak tau harus berbuat apa.
"Apa ini kerja kepolisian? Kalian tidak becus!" ucap Mr.Siwon.
"Maaf pak, tapi saat ini kita mencoba untuk melacak dimana keberadaan V namun sayangnya kami masih belum menemukan titik terang dimana keberadaan mereka," jelas Seokjin.
"Dan saya rasa, Tuan tak perlu terlalu mencemaskan mereka saat ini. Karena saya rasa semuanya telah tewas, tak ada satupun yang menjadi tanda bahwa anak bapak tewas ditangan pelaku. Hanya saja saat ini mereka hilang."
"TETAP SAJA KALIAN ITU PAYAH! KINERJA KALIAN ITU TAK BAGUS!" Mr.Siwon memanas.
Kepolisian datang saat dimana mereka telah tak ada di lokasi. Polisi dan dengan bantuan dari anjing pelacak mencoba menggeledah semua yang ada di TKP. Mereka kebingungan dan dibuat sibuk.
***
"Wah.. Kakek pandai mengobati orang ya," Najel bertepuk tangan.
Kakek Jang tertawa pelan. "Ini sudah tradisi turun temurun dari para leluhur untuk pandai dalam berbagai jenis obat tradisional. Ini adalah rumput belanda, bagus untuk luka pemuda ini."
Najel mengangguk seolah mengerti, padahal nyatanya tidak. Namun syukurlah mereka bertemu dengan Kakek Jang, mereka tak sengaja berpapasan di jalan saat Kakek Jang baru pulang dari kebun.
"Dia tidak akan mati kan Kek?"
Kakek jang tertawa lagi. "Tentu tidak, tapi ia harus segera mendapatkan pertolongan yang lebih baik, yakni ke rumah sakit."
"Apa kakek ada ponsel?" tanya Yeji.
Nenek Oh datang membawa beberapa minuman untuk mereka dan menjawab. "Sayangnya kami ini hanya pasangan miskin, nak. Kami tidak mempunyai ponsel yang kalian maksud, lagi pula disini tidak ada sinyal."
Nenek Oh tersenyum saat Najel dengan cepat merampas minuman yang disediakan olehnya.
"Ah... Alhamdulillah," Najel mengusap mulutnya.
"Makasih ya Nek, Saya jadi tertolong karena Nenek." lanjutnya.
"Sama-sama Cu."
"Hmm.. Motor di depan banyak sekali sayuran, apa kalian penjual sayur?" tanya Yeji.
"Lebih tepatnya kami yang menjadi distributor sayur sawi dan daun bawang untuk pembuatan kimchi, Nak."
"Ke kota?" Yeji bertanya lagi."
"Iya."
"Apa cukup untuk dua orang pergi ke kota? Maksudku.. Jika iya, maka aku bisa meminta bantuan di kota dan lelaki itu akan segera dibawa ke rumah sakit."
Kakek dan Nenek Jang saling berpandangan. Kemudian Kakek Jang menjawab.
"Bisa, Nak. Tapi kita berhempitan dengan sayuran tak apa-apa?"
"Tak masalah bagiku," Yeji menyimpulkan senyuman.
"Tumben-tumbennya idemu bagus, biasanya kau cengeng melebihi bayi."
Yeji sedikit malu saat para lansia itu menertawainya.
"Malu kan? Malu? Ya malu lah! Kau tadi berisik sekali!"
***
Hari telah berganti. Akhirnya V tersadarkan dari ketidak sadaran diri selama 24 jam.
Ia dapat merasakan otot-otot perutnya begitu menyiksanya. Biar V tebak bahwa peluru itu masih bersarang disana.
"Sudah bangun?" tanya Nenek Oh yang tiba-tiba masuk ke kamar.
"Argh!"
"Tak perlu memaksakan diri untuk duduk, kau belum cukup kuat."
"Tak masal...lah bagiku," ucapnya sambil menahan reaksi otot perutnya.
"Kemana mereka?"
"Oh, Nak Yeji dan Najel?"
V mengangguk pelan, ia berkeringatan menahan rasa sakit.
"AAAAAAAA!!!!!!"
Nenek Oh dan V saling berpandangan. Teriakan siapa itu? Mereka bergegas keluar.
Next>
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMER • Kth [END]
FanficHighest Rank #2 in Mystery -14/12/2018- --- Suara hantaman keras. Pria berkode nama V berhasil mendobrak pintu kayu usang mendekati masa lapuk itu dan mengagetkan semua orang di dalamnya. Bagaimana bisa lelaki ini masuk? Bukankah penjagaan begitu ke...