19-Trick or Threat

400 71 5
                                    

"Misimu kurang berjalan mulus."

"Aha..! Kau mau membuat surat kematian lebih cepat?"

"Tidak, Tuan."

Hawa dingin merasuki tubuhnya. Seseorang bertekuk lutut ketakutan. Kepalanya dibungkus kain penutup, tangannya diikat gulungan benang nilon yang kuat ke belakang. Ia sedang menunggu eksekusi apa yang akan diterimanya.

Pria di hadapannya berada di dalam ruangan dengan tingkat pencahayaan yang rendah, remang-remang. Sehingga hanya tampak bibirnya yang menyimpulkan senyuman jahat.

"Menarik sekali.." Ia bertepuk tangan.

"Ini akan mempermudah kita untuk menjatuhkan dua buruan sekaligus."

Si Pria mengambil dua anak panah kecil di atas mejanya, dan mulai melemparkannya ke sebuah papan. Melesat dan mengenai tepat pada sasaran, yakni dua buah foto terpajang di tengah-tengah titik papan panahan.

"Aku tidak mau mendengar kecerobohan lagi."

"I-i--iya, Tuan," jawabnya terbata-bata.

"Sebelum rencana kita menjadi kacau. Cepat selesaikan tugasmu!"

"B--Baik-lah, Tu--Tuan.."

"Angkat dia," titah Si pria ke anak buah lainnya yang membuat berkepala tertutup itu berdiri.

Cek.cek.

"Kau dengar itu?"

Diri yang menahan getaran tubuh itu seketika diam.

Si Pria tertawa kecil karena dia tak menjawabnya.

"Aku telah mengisi ulang pelurunya."

"Jangan Tuan," kepalanya bergeleng.

"Kumohon," nadanya pasrah.

"Istriku akan melahirkan dua hari lagi!"

"Jangan lakukan itu, Tuan!"

"Wow..!"

"Barusan kau menggertakku? Atau.. Atau apa?" katanya berlagak polos.

"Kau ini bicara apa?"

"Barusan aku berkata bahwa 'aku hanya mengisi ulang peluru di dalam pistolku."

"Eittss... Sebentar..."

"Ah....! Aku tau! Hm... Apa kau ingin mati?"

"Tidak Tuan!" jawabnya tegas.

"Tiiidaak?" sahutnya santai, terkesan mempermainkan.

"Aish... Sayang sekali..."

"Di dalam kamusku tidak terdapat kata kegagalan."

"Apa kau lupa?"

"Bukankah anak sekolah dasar diajarkan sebuah kalimat yang berbunyi.... 'Mati satu tumbuh seribu?"

Ia berdecak-decak, menyayangi reaksinya lagi. Kemudian pandangannya beralih melihat sisi-sisi indah dari bagian pistolnya.

"Aku belum mengatakan padamu dan kalian semua," Ia mengedarkan pandangan.

"Bahwa aku menyukai seseorang dari barat?"

"Ahhmmm... Kudengar... julukannya cukup terkenal."

"Si Tembakan yang Tepat."

"Pernah mendengar? Hm? Apa kalian semua mengenalnya?" tanya Si Pria menuntut, namun tak seorangpun membuka suara.

"Kalau begitu, aku akan mencontohkannya pada kalian semua."

GAMER • Kth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang