15-Candle

458 82 13
                                    

Dentingan jam berdetak menunjukkan waktu yang diperkirakan segera menuju malam. Namun suasana sudah terasa mencekam, sesekali gemuruh dari luar dapat terdengar jelas, disertai rintikan hujan deras seperti tepukan ribuan pasang tangan yang berisik sebagai pengganti teman kesunyian. Mereka memilih diam, sibuk dalam pikiran masing-masing. Satu sama lain memandang sebuah lilin di hadapan mereka.

Tunggu. Sebuah? Tidak..

Jika kalian ingin mengatakan bagaimana penerangan di kamar ini.

Maka kuwakilkan untuk berucap, jika lokasi ini sudah dapat dikatakan sebagai arena memanggil jelangkung.

Terlalu banyak lilin disini. Najel yang meminta semuanya untuk dihidupkan dan menaruhnya di tempat-tempat yang dianggap gelap, ia tidak suka kegelapan.

"Hei."

Ia menaruh telunjuknya di bibir Najel. Mata itu tetap memandang api yang menyala disana.

"Ssst.."

"Apa.. Hujannya akan meredah?"

"Uy.." Najel menghantarkan kepalan tangannya ke lengan V, tetapi reaksi lelaki itu tetap sama. Mencoba menahan apa yang telah ia perbuat. V memejamkan mata, menekan bibirnya ke dalam. Menarik napas, lalu menghembuskan secara perlahan. Pipinya mengembang seperti ikan buntal.

"Masih sakit, ya?"

Najel menggerakkan tubuhnya ke kanan dan kekiri. Ia juga mengerucutkan bibirnya.

"Sakit?"

"Maaf."

"Khilaf."

"Diamlah," sahutnya malas.

"Padahal, aku melakukannya tidak seburuk yang kau bayangkan."

"Tapi, aku yang merasakannya!!" bantah V pelan dengan penuh penekanan kata maupun ekspresi.

"Oh. Oke sip."

Najel terus menahan tawa geli saat melihat ekspresi V. Lelaki itu terduduk diam seperti orang yang habis sunatan. Spontan Ia ingin bertepuk tangan dan benar-benar terkikik dengan nada pelan. Ternyata... Desiran aneh itu membawanya untuk melakukan sesuatu dengan V. Membuat Najel puas akan aksi yang telah Ia lakukan tadi. Walau sebentar, namun terasa nikmat.

"Itu-ku berdarah."

"Tuh! Darahnya keluar lagi."

"Bersihkan sendiri."

"Aku tidak tau cara membersihkannya."

Najel memamerkannya dihadapan V. Membuat lelaki itu terdiam lalu sejenak memejamkan matanya. Dalam mata yang terpejam, dia menghela napas dan membuangnya perlahan. Ini kesekian kalinya, kau tau? Sudahlah.

"Mana P3Knya?" V menyerah pada keadaan. Lebih baik, ya... Lebih baik dia segera mengobati luka di ujung telunjuk Najel, daripada si gila ini melakukan hal yang tidak-tidak lagi.

"Ini..ini.." sahut Najel menyerahkan benda yang beberapa menit lalu ia tendang sebelum ia berinisiatif untuk menendang bagian pusaka V saat petir dahsyat terjadi.

V dapat merasakan sengatan energi baru ke seluruh tubuhnya, membuatnya terpental ke belakang dan terjungkang dengan posisi bokong yang mendarat sempurna di lantai. Salah siapa mendekati diri Najel? Cih.. Dasar cabul! Nasib baik adik kecilmu hanya kutendang, bukan ku potong menjadi beberapa bagian, atau kutembak seperti prampok malang kemarin.

Tapi ya... Terima takdir saja, ikhlaskan saja. V harus menerima kenyataan pahit atas ketidakberuntungan akan senjata masa depannya.

"Lain kali, jangan bertindak hal yang tidak-tidak," V memberi peringatan kartu kuning.

GAMER • Kth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang