Yeji berjalan dengan santai, namun ada hal yang aneh di pagi hari ini. Semua orang tampak menyorot pandangan aneh, menyipitkan mata dan memberi senyuman aneh. Kalian kenapa?
"Bagaimana?" celetuk Somi
"Apanya?" tanya Yeji setelah duduk di tempatnya. Ia sama sekali tak mengerti.
"Sudahlah.. Kalian pergi bersama, kan?"
"Bolos kerja bersama, uuuuuyeah!!" ucap yang lain.
"Kemarin sudah jadian?"
"Ayo ceritakan pada kami!!"
"Ceritakan.. Ceritakan.."
Tiba-tiba mendadak semua kembali melanjutkan tugas mereka masing-masing karena kedatangan Tuan Park Chanyeol yang seperti biasa, badan tegap, raut wajah yang tegas, setelan jas yang semakin membuatnya terlihat berwibawa.
Sebelum Chanyeol menutup pintu, ia menyuruh Yeji untuk datang ke ruangannya.
"Kode hijau yeji!!"
"Fighting! Fighting!"
"Kami mendukung kalian!!"
Yeji bergegas pergi daripada terus digoda oleh para karyawan. Dan menemukan tuannya sedang berdiri dihadapan kaca yang memaparkan indahnya kota seoul pagi itu sambil memainkan ponselnya.
"Yeji Tuan.."
"Tutup pintunya."
"Sudah Tuan."
"Kemari, duduk di sana," chanyeol menunjuk sebuah kursi.
"Baik Tuan."
Chanyeol mendekati wanita itu lalu tersenyum. "Terima kasih atas waktu yang kamu berikan."
Yeji menyeka rambutnya, ia terlihat gugup karena saat ini posisi mereka sangat dekat. Yeji pun berdiri.
"Tak masalah tuan."
"Bisakah kamu mengubah panggilanku? Saya muak kamu selalu memanggilku tuan, tuan dan tuan."
"Mohon maaf t..tuan eh.."
"Ruanganku kedap suara. Kamu bisa memanggilku dengan sebutan chan."
"C..c..chan, tuan?"
"Lagi."
"Ah.. Maaf Tuan chan, eh.. Chan. Aku belum terbiasa."
Kenapa tiba-tiba saja dia menyuruhku untuk memanggilnya dengan sebutan Chan? Oh tidak! Jantungku berdegup tak karuan, sedikit panas di ruangan ini.
"Oh iya.. Setelah selesai kantor. Kita pergi makan malam mau?"
"Heh?"
"Makan malam. Itu pun kalau kau ma--."
"Mau tuan, iya mau..!"
"Baiklah, kamu boleh pergi dari ruangan ini."
***
Sedari tadi Yeji duduk tak nyaman ntah kenapa. Membuat Chanyeol terkekeh pelan.
"Apa karena aku tampan, dan kau gelisah seperti itu?"
"Hah? Apa tuan?"
Chanyeol berdecak pelan. "Kau masih saja memanggilku dengan sebutan tuan. Kita sedang tidak di kantor. Berhenti memanggil tuan seolah-olah kita sepasang kekasih."
"WHAT?!" Yeji terperangah, membuat chanyeol menutup mukanya. Aksi yeji telah membuat mereka berdua menjadi tontonan sesaat di restoran mewah itu.
"Kau gila?" Chanyeol berkata dengan nada pelan. "Jangan terlalu menggila karena aku tampan."
"Maaf chan.. Kau mengejutkanku."
"Aku? Sudah kubilang, ahh... Sudahlah lupakan. Mari kita makan. Ini adalah kencan kedua kita." Chanyeol tersenyum tipis, ia mulai menyantap makanannya.
"Aku membayar makan malam ini dengan sangat mahal. Dan kau menyia-nyiakan hanya untuk memandangku, Yeji?"
Lamunan yeji mendadak buyar, ia menyimpulkan senyuman. "Aku tidak bermaksud demikian. Tapi sejujurnya..."
"Apa?"
"Aku..."
Ponsel chanyeol tiba-tiba berdering, ia mengangkat panggilan tersebut dan tak lama ia menutupnya.
"Tadi.. Apa?"
"Aku.. Menyukaimu Tuan. Dan aku sangat bahagia!" Gumamnya dalam hati.
"Lupakan Tu-- chan.. Tidak, tidak ada."
"Sebentar.." kening Chanyeol berkerut, ia segera berdiri sembari tangannya mengambil sebuah tisu lalu mengelap bagian sudut kanan bibir yeji.
"Oh.." jawab Yeji spontan. "Anda seharusnya tidak melakukan ini tuan."
"Kau seperti bayi berumur lima tahun," sindir chanyeol. "Makan topoki saja kau belepotan begitu. Sekretaris macam apa kau ini," chanyeol menggelengkan kepalanya.
Yeji tegap berdiri lalu membungkukkan badan. "Maaf tuan."
"Yeji.......!!"
Lagi-lagi perempuan itu melakukan hal yang diluar dugaan. Kini rambutnya penuh dengan kuah topoki.
***
"Kita ke salon."
"Untuk apa tuan?"
"Kau tidak lihat dirimu sendiri? Dan baumu. Dan mobil ini bau topoki."
"Maafkan saya tuan."
Chanyeol berdecak pelan." Setelah ke salon, Aku ingin mengenalkan seseorang padamu."
"Seseorang? Siapa?"
"Apa kau tidak keberatan untuk pergi menemuinya?"
"Seorang laki-laki?"
"Bukan."
"Lalu?"
"Jeon Najel."
"Hah? Si salah tersangka itu tuan?"
"Iya. Ayo kita ke rumahnya."
Rumah mewah yang berada di pinggiran kota. Mereka menempuh cukup jauh dari pusat kota. Sebelum itu, Chanyeol berbicara dengan V di beranda rumah tentang keadaan adiknya dan pengobatan luka-luka Najel. Tak lama, Yeji dipersilahkan untuk masuk, ia memasuki sebuah kamar tidur yang penuh dengan nuansa salju, putih berpadu biru. Kemudian Yeji tampak terkejut dengan kondisi Najel.
"Ayo, duduk," ucap Chanyeol.
"Apa dia koma?"
Chanyeol menggelengkan kepalanya. "Tidak, dia hanya sedang tertidur."
"Kau tau, dia adalah adikku. Tapi kami merahasiakan dirinya karena dia spesial. Adikku mengidap penyakit cipa, tidak dapat merasakan rasa sakit. Jadi kau bisa membuat kesimpulan kenapa banyak bekas luka serta lebam di tubuhnya."
Yeji baru tau akan hal ini. "Gadis yang cantik."
"Dia suka bermain game, dia terkenal di kalangan game. Tak masalah selagi dia tidak mengacaukan suasana."
"Sebentar lagi dia akan mengikuti lomba game tingkat nasional. Kuharap kau dan aku bisa datang saat dia tampil."
"Menarik. Pasti dia orang yang periang," ungkap Yeji
"Tadinya. Namun sekarang dia cukup tertekan karena semua masalah yang baru saja dia hadapi."
"Ini adalah rumah baru baginya. Kau tau? Betapa pedihnya meninggalkan gadis ini bagiku. Apalagi Mr.Siwon telah membuat klarifikasi yang tak masuk akal dimana dia hanya mementingkan pencitraannya."
"Bisakah kau datang besok?"
"Datang kemana tuan?"
"Ke rumah ini. Untuk memastikan kondisi adik saya dan kau kuijinkan untuk tidak bekerja. Bisa?"
"Bisa tuan."
Chanyeol menghela napas lalu tersenyum. "Terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMER • Kth [END]
FanfictionHighest Rank #2 in Mystery -14/12/2018- --- Suara hantaman keras. Pria berkode nama V berhasil mendobrak pintu kayu usang mendekati masa lapuk itu dan mengagetkan semua orang di dalamnya. Bagaimana bisa lelaki ini masuk? Bukankah penjagaan begitu ke...