Kehadirannya mengapa terasa berbeda?
- Raina Alexandria-
《-》
Hari ini hari Senin. Entah mengapa hari ini Raina sangat susah membuka mata untuk bersekolah. Karena apa?
Karena tadi malam ia tak bisa tidur dan pintu gerbang kini sudah tertutup dikarenakan upacara sudah dimulai.
Dia berdiri didepan gerbang sekolah sambil menengok kekanan dan kekiri. Bermaksud untuk melihat ada murid yang datang terlambat atau tidak.
Tapi nihil, tidak ada satu orang pun yang datang terlambat. Alhasil dia mengela nafas berat. Dia sendiri bingung bagaimana bisa masuk kesekolah tapi tidak terlambat.
Lalu satu orang pun berjalan kearah Raina. Sambil membawa tas di punggung kanannya.
Dia memperhatikan Raina dengan seksama. Karena sedari tadi Raina cemas sambil memegang gerbang.
cowok itupun berhenti didepan tubuh Raina. Ketika Raina ingin membalikkan badan ia terkejut dan mengelus dada.
"Hmm. Kakak terlambat?"tanya Raina gugup. Cowok itupun hanya mengangguk sebagai balasan pertanyaan.
"Kalau terlambat biasa kena hukum ga?" Kata Raina lagi. Cowok itupun masih sama mengangguk kepalanya sebagai balasan.
"Cara biar masuk kesekolah tapi ngga dihukum, kakak tau?"
Cowok itupun tertawa tipis tanpa Raina sadari dan berkata "Tau" Akhirnya ada satu kata pun yang keluar dari mulut cowok itu. Walaupun hanya satu kata."Gimana caranya ya?"
"Lewat gerbang."
"Kalau lewat gerbang pasti ketahuan. Tapi aku maunya yang ngga ketahuan biar gak dihukum. Kakak gimana sih. Aku tuh bilang ngga ketahuan. Kakak ngga ngerti apa kalau terlam-------." Belum sempat Raina menyelesaikan katanya, Mulutnya dibekap oleh cowok tersebut.
"Gue baru ngomong 2 kata. Lo udah beribu-ribu kata. Makanya dengerin dulu omongan gue!" Katanya tegas. "Lewat gerbang belakang. Itu maksud gue tadi." Katanya dingin.
"Yaudah aku minta maaf. Sekarang kakak mau bantuin aku biar bisa masuk kesekolah?" Kata Raina ragu.
"Ayo." Kata cowok itu. Raina pun tidak dapat bisa menyembunyikan senyumannya.
《-》
Ketika sudah sampai didepan gerbang belakang sekolah. Cowok itupun langsung mengeluarkan kunci serep yang ada di saku celananya. Kunci gerbang yang bisa membuatnya tidak ketahuan terlambat.
Kunci itupun terarah kepada gembok yang bertengker digerbang. Lalu membuka kunci gembok tersebut, dengan kunci yang ia pegang.
"Masuk," Katanya mendorong tubuh Raina.
"Iya. Ini lagi jalan." Kata Raina memelankan suaranya.
"Hmm. Makasi ya. Berkat Kakak aku bisa masuk sekolah terus belajar." Kata Raina dengan senyum tipis. Cowok itupun hanya menganggukkan kepalanya.
"Tunggu, Kakak ga langsung gabung upacara?" Kata Raina heran.
"Ga,"
"Kenapa ga mau gabung?"
"Gue mau ke belakang sekolah," katanya santai.
"Udah nanyanya?" Lanjutnya.
"Ehh." kata Raina gelagapan.
"Tapi tunggu," ujar Raina hendak ingin meyentuh pundak cowok tersebut.
"Apalagi,"
"Nama Kakak siapa?"
"Apa harus lo tau nama gue siapa?"
"Engga. Aku hanya mau kita berteman, kak."
"Apa mau gue berteman ama lo?" Katanya judes. Raina pun hanya menundukkan kepalanya.
Sedikit merasa bersalah karena membuatnya menunduk. Cowok itupun mensejajarkan tingginya dengan Raina.
"Nama gue Razir smolither. Kelas 12 Ips 3. Apa itu udah cukup membuat lo mengangkat kepala?" Kata Razir yang menatap Raina. Raina pun mengangkat kepala dan langsung bertemu mata dengan Razir.
Razir pun berjalan kearah belakang sekolah tidak memperdulikan teriakan dari Raina.
Raina pun berlari tergesa gesa kearah upacara berlangsung. Bergabung bersama barisan kelasnya. Raina masih memikirkan bagaimana jalan pikiran Razir. Apakah anak itu tidak berniat sekolah?
Tentu; hanya dia yang mengetahuinya. Apakah Raina memikirkan hal-hal negatif yang bersangkutan dengan Razir?
Tentu saja, itu hal yang sulit untuk dilupakan bukan?
《-》
Razir tidak tau bagaimana dirinya bisa memperbolehkannya berbicara kepadaku. Aku hanya mengizinkan Mama dan juga orang yang kucintai untuk berbicara hal yang penting ataupun tidak penting.
ketika aku sudah sampai didepan gerbang sekolah. Aku melihat anak perempuan dengan tergesa-gesa melirik kanan kiri. Apa yang dia lakukan? Apakah ia ingin maling disekolah sendiri? Tentu saja tidak itu adalah pemikiran yang bodoh.
semua cewek kuanggap sama, ingin mencuri perhatianku. Tapi, yang ini berbeda dari semua cewek yang kutemukan.
Ketika aku sudah sampai didepan gerbang tepatnya didepan cewek tersebut. Aku melihatnya memutar badan dan terkejut akan kehadiranku yang mendadak.
Ia terlihat sangat cantik dengan pantulan cahaya matahari menerpa seluruh wajahnya.
Dari seluruh wajah perempuan yang berada di depannya itu, Ia sangat menyukai mata itu. Mata yang selalu menghangatkan bagi orang yang melihatnya.
Matanya sangat indah. Bahkan jika di perumpamaan matanya mirip sekali dengan bulan purnama yang bersinar terang di langit. Sangat indah kan?
Banyak sekali pertanyaan yang dilontarkan dari mulutnya. Aku tau dia terlambat karena sekarang dia terlihat cemas.
Lalu aku mengajak ia untuk masuk lewat gerbang belakang. Ia ternyata mau untuk lewat gerbang belakang.
Lalu ketika aku dan ia sudah masuk, aku langsung meninggalkannya. Tapi dia menahanku. Dia seperti ingin menanyakan sesuatu. Dan tepat sasaran, dia menanyakan namaku.
Astaga apa dia belum mengenalku?
Lalu aku ingin sekali menggodanya. Ketika aku sedang menggodanya dia menunduk menyembunyikan wajahnya dengan rambut coklat miliknya yang menutupi rambutnya.Aku menyerah dengan gadis ini. Aku memperkenalkan namaku dan juga kelasku.
Dia terlihat berbeda dari cewek lain yang suka sekali menganggu. Dia lugu bagaikan cewek yang kujaga selama ini.
Kegugupannya membuatku melihat bagaimana cemasnya dia terlambat.
Wajahnya mirip sekali dengan cewekku.
Dia bukan cewekku tapi, ada perasaan ingin menjaga dirinya dalam bahaya yang mengintainya.
Walau aku belum mengetahui namanya, aku yakin mungkin hari ini akan mengetahuinya dan menyuruh Handy mencari nama perempuan dengan bola mata miliknya yang indah.
Tapi aku menyadari aku mempunyai satu peringatan, bahwa dihatiku masih ada dia yang mengisi kekosongan hatiku.
{-}

KAMU SEDANG MEMBACA
Ranzir
Teen FictionDia Raina Alexandria. Seorang perempuan dengan seribu bahasa yang ia simpan dimulut. Bukan masa lalu yang membuat ia sekarang diam, tetapi seseorang yang telah mengambil hatinya kini membenci dirinya. **** Dia, Razir Smolither menyukai seorang cewek...